Mohon tunggu...
Nur Laelasari
Nur Laelasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Terus terbang menjelajah kehidupan, sampai kehidupan tak lagi dapat terbang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adakah Harapan Bagi Kami?

4 Januari 2014   23:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adakah Harapan Bagi Kami?

Pancasila telah menjadi pondasi negara sejak Indonesia merdeka. Tujuh belas agustus tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima, teks proklamasi telah dikumandangkan. Sejak saat itu, Sang Garuda jadi pedoman bangsa.

Dimulai dengan ke-esa-an Tuhan, di pungkasi dengan keadilan sosial bagi semua warga Indonesia. Kami menggenggam Pancasila. Kami selalu mencari makna dari setiap sila. Empat sila sudah kami selesaikan. Tapi tidak sila ke-lima.

Kami bimbang. Kami meragu. Kami gagu. Dan kami membatu.

Kami tertinggal mimpi-mimpi yang menggantung jauh, tinggi di langit ke tujuh. Bahkan antariksawan tidak mampu menarik mimpi kami yang terlampau tinggi.

Spektrum warna pelangi tak mampu halau awan berduri. Semerbak bunga menguap bersama debu kota. Menempel pada lapisan mimpi kami. Membuatnya terjatuh di lantai bumi. Terinjak dan hampir mati.

Andai saja kami cenayang. Kami akan tahu seberapa besar mimpi kami akan tercapai. Namun, kemudian kami kembali meragu bahkan kami bersyukur tidak mengetahui mimpi kami yang entah bagaimana terlempar.

Benar, kawan..

Mimpi kami terlempar di negeri sendiri. Mimpi memiliki buku sendiri, bekas pun tak mengapa. Mimpi memiliki rumah sendiri, dari janur kering pun tak mengapa. Dan kami ingin memiliki sepetak sawah sendiri, agar menjadi sepiring nasi untuk kami makan satu keluarga.

Kami merindukan Pancasila seutuhnya. Merindukan gemerlap keadilan pada mata kami. Mata yang terus terjaga wujudkan mimpi. Dan setiap malam kami bertanya pada atap negara.

“Pada Langit Garuda adakah harapan bagi kami?”

Pada pigura kardus berisi kertas tipis bergambar Pancasila, kami menatap dengan rasa percaya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun