"Taman kanak-kanak atau yang sering kita sebut dengan TK adalah tempat pengenalan lingkungan yang seharusnya membantuk karakter setiap anak untuk mengeksplor hal-hal yang berbau dengan sosial dan lingkungannya."
Oleh Laedy Anggelyqueen Pelealu Lesar, Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling FKIP UKSW Salatiga.
Secara umum TK atau yang sering kita sebut dengan Taman kanak-kanak adalah Jenjang Pendidikan umum formal untuk anak usia empat hingga enam tahun. Pada masa ini atau yang dapat kita sebut juga sebagai masa kepekaan anak adalah masa-masa dimana anak seharusnya mendapatkan sebuah ilmu yang tidak terpacu pada sistem Kurikulum dengan kata lain, anak di usia tersebut seharusnya mendapatkan bimbingan motorik, simpati-empati dan juga bimbingan karakter sehingga kelak saat memasuki bangku Sekolah Dasar (SD) mereka akan terbiasa dengan suasana kelas yang menyangkut dengan jiwa sosial mereka. Karakter adalah masalah yang bisa dikatakan serius di era sekarang, karena bisa dilihat bahwa beberapa tahun ini karakter generasi muda memiliki kebobrokan dan kurangnya moral bangsa. Dan dapat kita lihat bahwa akhir-akhir ini banyak sekali kekerasan atau kriminalitas yang di sebabkan oleh anak muda.
Pendidikan tentunya dipercaya hingga saat ini menjadi wadah yang paling baik dalam mengembangkan kecerdasan dan kepribadian anak sehingga Pendidikan terus dikembangkan seiring perkembangan zaman. Bangsa Indonesia pastinya tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal ditengah era perkembangan zaman ini, sehingga mengupayakan untuk menghasilkan Sumber daya Manusia (SDM) yang terampil, cerdas, mendiri, dan yang pasti  memiliki akhlak yang mulia. Namun menurut Thomas Lickona dalam buku Educating for Character : How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility memaparkan bahwa "down through history ,in countries all over the world, education has had two great goals: to help young people become smart and to help them become good" (Thomas Lickona,1991).
Menjadikan manusia yang cerdas dan memiliki kepintaran tentunya jauh lebih mudah dibandingkan menjadikan manusia supaya menjadi lebih bijak. Memiliki lulusan yang bisa membangun bangsa tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter adalah salah satu Upaya Pendidikan nasional dalam membangun manusia yang sempurna. Namun pada kenyataannya kita cenderung mengabaikan tugas yang sangat penting ini. Bukannya membangun karakter, kita justru malah fokus melaksanakan kegiatan yang lebih mengutamakan hal-hal fisik. Sehingga inti Pendidikan karakter yang efektif terletak pada kemitraan yang kuat antara sekolah, orang tua, dan juga lingkungan Masyarakat. Kluarga adalah Role model pertama dan yang terutama untuk anak, sehingga di dalam keluarga kita dapat belajar tentang saling menghormati, kasih sayang, kedisiplinan, iman dan juga pengorbanan.
Secara etimologi, karakter berasal dari Bahasa latin yaitu character, yang berarti watak, tabiat, sifat, budi pekerti, kepribadian, dan juga akhlak. Lalu secara terminologi karakter dapat diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya. Namun karakter dalam Bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk Tindakan atau tingkah laku. Maka dari itu istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Orang yang dapat disebut sebagai orang yang berkarakter berarti memiliki prilaku yang sesuai dengan kaidah moral.
Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah Pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui Pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Definisi selanjutnya yang dikemukakan oleh Elkind dan Sweet. "Character education is the deliberate esffort to help people understand,care about, and act upon caore ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within". Dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter anak didik. Karena guru membantu membentuk watak peserta didik.
Hal ini berhubungan dengan cara guru berbicara, cara guru bertoleransi, cara guru berprilaku, dan berbagai hal yang terkait. Lalu, bagaimana bisa dikatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) dapat dikatakan menjajah? Apa yang menjadi kesalahan sebuah instansi atau Lembaga yang dapat membuat beberapa orang berpendapat tentang kejahatan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK)? Lalu Bagaimana penangannannya akan hal tersebut? Yuk mari sama-sama kita tela'ah lebih lanjut.
Dari hasil data yang telah saya peroleh setelah mewawancarai beberapa guru TK, kesimpulan yang bisa saya dapatkan adalah kejahatan dalam proses Pendidikan saat berada dalam Taman Kanak-kanak (TK) itu terjadi karna system kurikulum yang di terapkan oleh pemerintah. Taman Kanak-Kanak saat ini mengunakan system kurikulum KOSP (Kurikulum Opersional Satuan Pendidikan) atau yang disebut kurikulum Merdeka yang dimana dikembangkan sendiri oleh satuan Pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan dan tetap mengacu pada struktur minimum kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Dimana dalam kurikulum Merdeka ini anak-anak bebas untuk mengerjakan sesuatu, bahkan anak dapat memilih yang mereka sukai. Pada kurikulum ini, tugas guru hanya sebagai pendamping dan juga motivator yang bertugas untuk mengarahkan anak kepada hal-hal yang positif, maka hal itulah yang membuat anak-anak merasa betah mengikuti jam Pelajaran di sekolah karena rasa kaingin tahuan dan jiwa eksplor anak pada saat itu dapat mereka ekspresikan dengan baik.
Rata-rata sekolah Dasar (SD) pada umumnya mewajibkan dan mengharuskan anak untuk bisa membaca dan menulis. Namun, diluar instansi pula selain aturan sekolah yang menuntut hal tersebut, ada beberapa orang tua juga yang masih berfikir bahwa kecerdasan anak dapat dilihat hanya dari seberapa cepat anak dapat membaca, menulis dan juga berhitung. Menurut Arthur Jensen (1969) Kecerdasan itu diturunkan/diwariskan. Definisi kecerdasan tes IQ hanya menyentuh dari Sebagian kecil kecerdasan. Kecerdasasan pula tidak hanya memiliki satu cara ukur, kecerdasan mencangkup segala aspek kehidupan seperti kecerdasan Matematis, kecerdasan Linguistik/verbal, kecerdasan Spasial, kecerdasan musical, kecerdasan Kinestetik-jasmani, kecerdasan interpersonal, dan juga kecerdasan intrapersonal. Kurikulum Merdeka tidak mengizinkan Guru mengajarkan menulis dan membaca pada anak-anak, sehingga guru harus memutar otak untuk berfikir bagaimana anak secara non-formal mengerti cara membaca dan menulis.
Tanpa kita sadari terkadang orang tua tidak mempercayai sekolah atau siapapun yang berada di sekolah, ketakutan-ketakutan orang tua Ketika anaknya tidak berada tepat didepan pandangannya terkadang membuat perkembangan karakter anak terhambat. Mengapa bisa dikatan seperti itu, karena ketakutan orang tua dapat membuat anak merasa ingin terus Bersama sehingga sulit untuk anak terlepas dari orang tuanya. Selain itu, cara mendidik orang tua juga perlu diperhatikan agar sesuai dengan instasi sehingga anak dapat berkembang secara terbimbing dan terarah sehingga perkembangan tersebut memiliki waktu yang lebih efisien. Dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter anak yang melibatkan orang tua sangat amat berpengaruh penting, karena role model yang pertama dan terutama adalah orang tuanya sendiri.