PSIKOEDUKASI: MEWUJUDKAN RELASI ROMANTIS SEHAT DAN BAHAGIA BAGI REMAJA PEREMPUAN DI DESA PASIRTANJUNG, KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
Kegiatan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta
Oleh: Sri Juwita Kusumawardhani, Vinna Ramadhany Sy, Gita Irianda Rizkyani Medellu
remaja perempuan terkait batasan dan standar relasi romantis sehingga nantinya mereka mampu untuk mewujudkan relasi romantis yang sehat dan bahagia. Penting untuk mewujudkan hal tersebut, karena memiliki relasi romantis yang sehat dan bahagia berdampak positif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan individu (Cannon & Murray, 2019). Metode penyampaian melalui psikoedukasi mengacu pada hasil program Healthy Relationship Series (Earl, 2019) yang memaparkan bahwa program psikoedukasi terkait relasi romantis yang sehat berdampak pada pemahaman partisipan yang mendalam terutama terkait membuat batasan, komunikasi, resolusi konflik, serta adanya pembahasan isu-isu tambahan seperti kesehatan mental dan kekerasan berbasis gender.
Berdasarkan penelitian Hertika dkk (2017), perkawinan usia muda dengan kondisi ketidakmatangan emosional cenderung memicu berbagai konflik suami istri bahkan dapat berujung perpisahan. Terdapat informasi bahwa warga Desa Pasirtanjung cenderung memiliki sikap untuk menikah di usia yang sangat muda. Solusi yang ditawarkan adalah psikoedukasi dengan tujuan meningkatkan pemahamanMurray, Rose, Cannon (2021) memaparkan bahwa relasi sehat dan bahagia didasari oleh relasi yang aman, artinya bebas dari berbagai bentuk kekerasan dan pengabaian. Kemudian, relasi sehat dibangun oleh respect, kepercayaan, komunikasi positif, kemampuan mengelola konflik, dan mampu bersenang-senang bersama. Di tingkatan paling atas, ada relasi bahagia yang mampu menyediakan sumber dukungan dan kasih sayang. Mengacu pada program yang dipaparkan oleh Alamillo, Ritchie, dan Wood (2021) terdapat 5 topik utama yang akan berusaha disampaikan dalam program psikoedukasi ini, yakni:
a)Sikap terhadap relasi romantis: Memiliki perspektif yang positif dan konstruktif terkait relasi romantis yang sehat dan bahagia
b)Keterampilan dalam relasi romantis: Mampu berkomunikasi secara terbuka dan berempati terhadap pasangan
c)Perilaku pengelolaan konflik: Mengetahui ciri perilaku yang sehat maupun yang berbahaya ketika melakukan penyelesaian masalah di dalam relasi romantis
d)Kualitas relasi romantis: Pemahaman mengenai batasan dan perbedaan relasi yang sehat, tidak sehat, dan relasi berkekerasan
e)Keterbukaan terhadap layanan terkait relasi: Kesediaan mencari pertolongan melalui konseling dan layanan professional lainnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada hari Minggu, 27 Agustus 2023 pukul 9.00 sampai dengan 11.00. Peserta yang hadir sebanyak 28 orang, seluruhnya merupakan remaja perempuan di tingkat SMA. Sebelum acara dibuka, para peserta diminta untuk mengerjakan pretest, agar tim mengetahui pengetahuan awal mereka terkait relasi sehat bahagia. Lalu, acara dibuka dengan pemberian sambutan oleh pihak perwakilan sekolah, beliau menunjukkan apresiasi positifnya terhadap kegiatan ini dan menghimbau para peserta untuk berpartisipasi secara aktif. Kemudian, kegiatan pertama adalah pemberian materi psikoedukasi yang berjudul "Mewujudkan Relasi Romantis Sehat dan Bahagia Bagi Remaja Perempuan" dibawakan oleh Vinna Ramadhany Sy, M.Psi., Psikolog. Materi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai relasi sehat dan bahagia.
Pada materi ini, Mbak Vinna menjelaskan terlebih dahulu definisi relasi romantis dan aspek-aspek yang perlu ada di dalam relasi romantis seperti perlunya memiliki kasih sayang terhadap kedua belah pihak, memahami dan mengagumi satu sama lain, serta adanya perasaan berada di dalam 1 tim sehingga semangat untuk mengusahakan hubungan tersebut. Kemudian, barulah memasuki pembahasan terkait relasi romantis yang sehat, dimana di dalamnya perlu ada komunikasi yang efektif dan pengelolaan emosi yang baik. "Relasi romantis yang tidak sehat, tidak diawali langsung dengan kekerasan. Awalnya relasi dijalani dengan indah dan manis." papar Mbak Vinna.
Pembahasan berikutnya yang disampaikan oleh Mbak Vinna adalah mengenai tanda cinta yang tidak sehat, menjadi salah satu cirinya adalah intensitas hubungan hingga adanya isolasi dan kecemburuan berlebihan. Biasanya, relasi yang tidak sehat terasa sangat intens hingga mengekang salah satu individu di dalamnya. Tidak jarang mereka bahkan dihalang-halangi untuk bersosialisasi dengan teman atau keluarga, serta dilarang untuk aktif berkegiatan dan menyalurkan potensi pribadi karena salah satu pihak cemburu dan terlalu takut bahwa luasnya pertemanan atau keaktifan di dalam kegiatan akan dapat berpotensi mengakhiri hubungan romantis tersebut. Cara untuk menghindari hubungan yang tidak sehat adalah dengan memiliki pengetahuan mengenai perbedaan relasi yang sehat, tidak sehat, dan berkekerasan serta fokus untuk membangun hubungan dengan komunikasi positif dan saling menghargai.
Sebelum memasuki sesi tanya jawab, pemateri berikutnya adalah Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi., Psikolog yang memandu jalannya pengisian lembar kerja. Di sesi ini, para peserta memperoleh lembar kerja (gambar terlampir) untuk diisi secara mandiri dan dibahas secara berkelompok di forum. Bagian yang pertama adalah tanda relasi dalam bentuk lampu lalu lintas, jadi peserta diminta untuk mengategorikan pernyataan mana yang termasuk kategori lampu merah (STOP! Relasi ini berkekerasan dan berbahaya), lampu kuning (Hati-hati! Relasi ini mulai tidak sehat), dan lampu hijau (Aman -- Relasi ini sehat dan Bahagia).Â