Mohon tunggu...
Lady Eka
Lady Eka Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya Ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Surabaya Kekurangan Air

26 September 2010   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_269717" align="aligncenter" width="260" caption="aliran air tidak lancar"][/caption]

Air adalah sumber kehidupan, untuk mandi, nyuci baju, nyuci piring, masak, minum dan lain sebagainya. Apa jadinya kalau dalam kehidupan kita tidak ada air? Atau kekurangan air? Kegiatan sehari-hari akan terganggu, warga banyak berkeluh kesah dari pagi hingga pagi berikutnya, sampai kebutuhan mereka terhadap air terpenuhi.

Surabaya adalah kota pantai yang tidak memiliki sumber mata air sendiri. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga, baik untuk minum maupun aktivitas lain, berasal dari air permukaan berupa sungai yang membelah kota. Namun sayangnya, di sepanjang aliran sungai di kota surabaya, air sudah sangat tercemar dan terkontaminasi oleh limbah industri, kotoran manusia dan sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Di kota sebesar Surabaya, kota metropolitan kedua setelah Jakarta, air merupakan barang yang begitu berharga atau bisa dikatakan langka. Untuk mendapatkan air bersih kita harus berkorban mengeluarkan banyak uang. Jutaan rupiah melayang demi mendapatkan air yang layak digunakan.

Ketika PDAM atau PAM mati, semua orang bingung mencari air, mereka mencari kran yang airnya masih mengalir untuk ditampung dalam wadah bak atau baskom besar. Kebingungan juga terjadi pada mahasiswa-mahasiswi yang tinggal di asrama. Ketika aliran air di asrama mati, secara otomatis tidak bisa mandi, bahkan terkadang air untuk cuci muka juga tidak ada. Biasanya para mahasiswa-mahasiswi ngungsi ke mesjid kampus atau ke rumah warga sekitar kampus, kadang gratis, tapi banyak juga yang memasang tarif.

Hal ini, terjadi tak lepas dari kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan, alam sekitar, terlebih dalam menjaga air agar tetap bersih. Maka diharapkan kesadaran kita semua untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, dan menggunakan air sesuai fungsinya, hemat serta tidak menghambur-hamburkan air sesuka hati.

Pelestarian lingkungan ini tentunya harus ditunjang dengan dukungan dan program pemerintah dalam menggalakkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan, menjaganya agar tetap bersih dan asri. Agar kehidupan kita nyaman, kebutuhan air bersih terpenuhi di masa sekarang maupun di masa generasi yang akan datang.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun