Mohon tunggu...
lady  anggrek
lady anggrek Mohon Tunggu... Wiraswasta - write female health travel

Suka menulis, Jakarta, Blog: amaliacinnamon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jangan Ambil Suaraku

13 Januari 2019   05:10 Diperbarui: 13 Januari 2019   05:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu pesanku. Bisakah kamu usahakan? Karena meski aku melihatmu terluka bukan berarti kamu kehilangan semangat. Dan karena kamu tidak bisa berteriak maka suaramu bisa dialihkan untuk melakukan kegiatan lebih positif." Tampak air mata membasahi pipinya. Langkah kaki Richard berusaha mendekati Nabila. Entah kenapa ia merasa Nabila akan meninggalkan dirinya. Untuk selama-lamanya. Setiap kata yang keluar dari bibir gadis itu menyayat perlahan ruang hati Richard. Kesedihan yang dia rasakan semakin memuncak saat berusaha mengenggam tangan Nabila namun sia-sia.

Perlahan tubuhnya mulai memudar oleh buih-buih udara. "Selamat tinggal, Richard. Dan jangan menyerah." Ucapnya lagi. Setelah lama bersama Nabila kenapa harus berpisah lagi? Dadanya sesak Richard ingin berteriak kencang namun hal itu adalah mustahil. Kedua kakinya lemas dan bersimpuh di lantai. Dia menangis terisak-isak. Bukan karena kepergian Nabila.

Nabila kembali memperhatikan Richard diam-diam dari balik kelas. Sudah tiga bulan ini memperhatikan apa yang Richard lakukan. Tentu saja tanpa ia ketahui ternyata masih berada di sampingnya. Untuk melihat perubahan. Namun ada hal yang berbeda darinya di hari ini. Ya, tentu saja. Nabila memperhatikan Keenan saat masuk ke dalam kelas. Wajahnya bingung memperhatikan Richard Oh. Tampak ia berjalan pelan. "Ternyata firasatku benar. Ada yang berbeda dengan anak culun itu." Batin Keenan. "Hei, apa yang sedang dilakukan Keenan?" Bisik Gery kepada Leo. Hanya geleng kepala dan kedua bahunya naik sebagai tanda jawaban

. Cowok bertubuh jangkung dan besar itu duduk di sebelah Richard. "Ada apa ini?" Batin Richard memperhatikan Keenan. Tampak dahinya menekuk. Bahkan melihatnya dengan serius. "Kamu ingin menyuruhku apa?" Tanyanya bingung. Keenan mengeluarkan sebuah majalah dari tas ransel hijaunya. Lalu tangannya membuka halaman satu persatu. Dia menunjuk  halaman di majalah ada cerpen berjudul. "Nabila Dan Seribu Keinginannya."

 "Hey, Richard Oh. Benarkah ini nama loe?" Tunjuknya di pojok halaman kanan bawah. Kepala Richard agak membungkuk dan memperhatikan dengan detail. Ada namanya tertera di sana. "Iya, ini namaku. Akhirnya karya aku diterima juga." Kata Richard Oh tersenyum riang. Kedua matanya berbinar bahagia. Keenan terdiam sesaat lalu lidahnya yang kelu mulai berkata. "Kau, ini..." Tangannya menggaruk-garuk kepala. Sial, ngomong ama anak culun aja susah! Batin Keenan berteriak.  "Loe mau ikut lomba menulis antar sekolah?"

 Hahh... Wajah Richard kaget. Senyum Nabila mengembang riang. Akhirnya tiba juga. Waktunya Richard untuk berubah. Bahkan apa yang sedang terjadi kini? Richard melihat majalah lalu Keenan lagi. Ini sudah cukup kalau karyaku diterima majalah. Apakah aku mimpi di siang bolong? " Tunggu sebentar. Apa maksud  kamu?" Tanya balik Richard. "Ada lomba menulis antar sekolah sekitar dua bulan lagi. Loe mau ikut atau tidak? Silakan coba. Kalau gagal ya tidak masalah." Keenan terdiam sebentar berpikir lagi. Richard masih berusaha memahami apa yang terjadi. Namun benarkah tidak apa-apa?

"Sejak dari awal gue tahu loe berbeda, Richard. Bukan hanya culun semata. Dan maafkan gue selama ini bully loe." Ucap Keenan menyesal. Lidahnya kelu. Selama ini Richard capek dan lelah karena sering disuruh oleh Keenan dan gengnya. Namun kini sudah berubah. Namun tidak sangka melihat perubahan Keenan.

"Iya, aku maafkan Keenan, Gery dan Leo. Tentang lomba menulis aku akan ikut dan mencobanya. Sekali lagi terima kasih, Keenan." Kata Richard. Kedua matanya berbinar bahagia. Suaranya kembali keluar. Untuk hal yang positif. Tanpa ia sadari Nabila tersenyum memperhatikan Richard. Untuk memulai hari-hari baru dengan keberanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun