Mohon tunggu...
lady day
lady day Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru Taman Kanak-kanak yang sedang menyiapkan S2 di UTHM Johor-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mawar Layu Akhirnya Kembali Mekar

12 Mei 2010   04:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_139104" align="aligncenter" width="128" caption="Mawar dan Gani (Sumber foto : google)"][/caption] “Thank you very much, Prof. I’m very happy to get this news. See you tomorrow, Prof. Bye” Aku segera menutup telepon dari supervisorku Profesor Josef.

Bahagia sekali rasanya mendapat peluang untuk melanjutkan studiku. Walaupun penyesuaian dengan dunia kampus awalnya terasa berat sekali. Aktifitas rutin mulai dari kunjungan perpustakaan, menyelesaikan tugas-tugas di kampus sampai persyaratan mengikuti seminar atau conference tingkat internasional mulai aku jalani. Maklum saja hampir 10 tahun aku meninggalkan dunia akademis. Kerjaku hanya shopping, jalan bareng teman-teman, malah terkadang diajak papa jalan-jalan keliling dunia mengurusi perusahaannya. Bagiku masuk dunia kampus sangat menyenangkan sekali saat ini. Bunya banyak teman, pengetahuanku tentang dunia luar semakin luas dan yang paling terasa adalah duka masa silamku sedikit demi sedikit mulai hilang.

Tak terasa ini semester akhirku di kampus, dan syukurnya aku dapat sponsor untuk melanjutkan doctor dari proffesorku. Aku tak memikirkan hal lain selain studiku. Aku ingin membuktikan Mawar bisa bangkit kembali dari keterpurukan masa silamnya.

Hari ini aku ada janji untuk menyerahkan proposal S3 kepada Proffesor Josef. Rasanya tak sabar aku ingin segera berjumpa dengan Proffesorku itu, selain ucapan terima kasih padanya aku juga ingin diperkenalkan dengan seorang mahasiswanya yang sama-sama akan berangkat ke kampus favoritku di Amerika 2 bulan kedepan.

Setelah mengetuk pintu ruangan Prof.Josef, beliau langsung mempersilahkan aku masuk ke ruangannya. Aku sedikit malu karena ketika kulihat jam tanganku ternyata aku sudah terlambat 10 menit dari waktu yang dijanjikan beliau.

“Sorry Sir, I’m late” kataku sambil dengan suara sedikit manja, maklumlah beliau sudah aku anggap seperti ayahku sendiri.

“Hmmm, ok dear. No problem. Please come and have a seat” Prof Josef dengan senyum menyambut kedatanganku tanpa ada kemarahan sedikutpun, itu pula yang membuatku lega, walau nafas masih sedikit tersengal-sengal karena berlari-lari kecil menuju ke ruangan prof.

Di ruangan itu sudah ada seorang lelaki yang duduk membelakangi ku sambil membaca buku. Prof Josef langsung memperkenalkan lelaki itu padaku.

“Mawar, this is my best student., Abdul Gani. And Gani, this is Mawar, my beautiful flower, he.he..” Prof Josef memperkenalkan kami berdua sambil tertawa kecil memperlihatkan gigi-giginya yang kelihatan bersih dan putih seputih rambutnya.

Mendengar nama Abdul Gani, aku terkejut bukan main. Jangan-jangan dia adalah mantan kekasihku yang pernah mengisi hatiku. Dia yang pernah ingin melamarku namun terlambat karena aku tak sabar menunggu kedatangannya yang sudah berbulan-bulan tiada kabar beritanya. Oh, Tuhan, aku dipertemukan lagi dengannya. Aku harus bagaimana bersikap di depannya? Tiba-tiba tanganku terasa dingin, aku gugup tak tahu harus bagaimana. Ketika dia menoleh ke arahku, ternyata dia memang Ganiku, aku masih ingat penampilannya masih sama seperti waktu aku terakhir bertemu di bandara Polonia Medan sebelum kami berangkat 2 tahun lalu.

Prof Josef memperhatikanku yang sedang terpaku menatap Gani, dan Gani juga dalam keadaan menatapku tak bergerak juga.

“Hello.... yuhuuuuu...” suara Prof Josef memecahkan lamunan kami berdua.

“Hi, mawar. How do you do?” Gani mengulurkan tangannya padaku

“Hi, How do you do” jawabku sambil menyambut uluran tangannya.

“Hmmm, seems that you know each other, right? Tanya Prof Josef pada kami.

“Yes, we are” Jawab kami kompak.

“Wow, nice. Sorry, i have to go now. Just wait here, i’ll be back soon. Bye” Prof Josef tersenyum sambil ngeloyor keluar ruangan, sebab tiba-tiba ada yang memanggil beliau keluar.

Pertemuanku dengan Gani membuatku seperti melihat secercah cahaya. Kamipun saling bercerita tentang riset masing-masing. Aku salut dengan Gani, masih seperti dulu caranya menyampaikan ide dan pemikirannya, sangat tenang, namun orang lain sangat mudah memahami pemikirannya dan tak sedikit yang menerima idenya.

“By the way, sudah berapa buah hatinya, Mawar?” tiba-tiba Gani mengalihkan diskusi kami. Aku sedikit gugup mendengar pertanyaannya.

“E...e...buah hati. Hmmmm, belum ada tuh. Belum rezeki, Gan” Jawabku lega, setelah mampu memilih jawaban yang pas untuk tidak memberitahu masa silamku yang kelabu.

“Maaf ya kalau terlalu pribadi pertanyaanku. Mudah-mudahan kamu dapat rezeki dan kebahagiaan ya” Jawabnya mencoba menenangkan diriku.

“Ah, gak papa kok. Biasa aja kali. Kalau kamu sendiri gimana? Istri dan anakmu sehat-sehat aja kan? Mereka ikut kamu kesini ya?” tanyaku balik padanya.

“Hmmmmm, aku belum menikah tuh. Belum ketemu jodoh yang pas. Doakan aku ya.” Jawab Gani sambil senyum dan menunjukkan gigi-giginya yang putih tersusun rapi.

Perbincangan dengan Gani benar-benar membuatku bahagia, namun masih ada terselip rasa bersalah padanya. Tidak bisa kunafikan juga, masih ada rasa nyaman saat berdekatan dengannya. Walaupun aku tidak berharap banyak akan bisa kembali padanya setelah pernikahanku yang gagal dan pernah meninggalkannya dulu.

(bersambung.....)

Cerita sebelumnya;

Bagian 4: http://ekstra.kompasiana.com/group/fiksi/2009/12/27/mawar-layu-sebelum-berkembang-bagian-4/

Bagian 3: http://ekstra.kompasiana.com/group/fiksi/2009/12/26/mawar-layu-sebelum-berkembang-bagian-3/

Bagian 2: http://ekstra.kompasiana.com/group/fiksi/2009/12/25/mawar-layu-sebelum-berkembang-bagian-2/

Bagian 1: http://ekstra.kompasiana.com/group/fiksi/2009/12/25/mawar-layu-sebelum-berkembang/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun