Mohon tunggu...
Laduni Fitrah
Laduni Fitrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

untuk pemenuhan tugas menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Pola Keperilakuan Auditor: Peran Akuntansi Keperilakuan dalam Meningkatkan Kualitas Audit

20 Juni 2024   10:13 Diperbarui: 20 Juni 2024   10:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Auditor sebagai penjaga integritas keuangan harus bergulat dengan banyak masalah dan bias yang dapat mempengaruhi kualitas audit mereka. Beberapa di antaranya adalah norma-norma kelompok, tekanan kerja, dan juga bias kognitif yang mempengaruhi penilaian dan proses pengambilan keputusan yang dapat mengakibatkan audit yang buruk. Akuntansi keperilakuan adalah pendekatan yang bertujuan untuk memahami elemen psikologis dan kognitif yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, yang membuka kemungkinan untuk wawasan baru tentang perilaku auditor. Melalui akuntansi keperilakuan, kita dapat mengidentifikasi bias dan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi auditor sehingga dapat mengembangkan strategi dan intervensi yang berharga untuk kualitas audit yang lebih baik.

Auditor memiliki bias kognitif, pola pikir yang dapat mengaburkan penilaian mereka. Tidaklah mudah untuk melakukan audit yang seimbang. Hal ini dikarenakan untuk menyelesaikan proses secara efisien dan efektif dengan hasil yang diinginkan, auditor seharusnya mengumpulkan bukti yang cukup dan menggunakan prosedur standar, sehingga berperan sebagai detektif yang mengumpulkan fakta-fakta tentang apa yang terjadi misalnya dalam organisasi yang sedang diselidiki. Bias konfirmasi telah diidentifikasi sebagai salah satu bias kognitif yang dapat sangat mempengaruhi proses audit. Dalam kondisi ini, auditor akan selalu mencari dan menginterpretasikan informasi yang mengkonfirmasi keyakinan awal mereka, sementara mengabaikan bukti yang bertentangan yang mereka temukan, sehingga mungkin berakhir dengan memberikan opini yang salah tentang laporan keuangan tanpa mempertimbangkan apakah ada kemungkinan salah saji di dalamnya atau tidak.

Pengambilan keputusan auditor selain bias kognitif juga dipengaruhi oleh variabel psikologis seperti kepribadian, tekanan pekerjaan dan norma kelompok. Tingkat tekanan kerja yang tinggi, tenggat waktu yang ketat, ekspektasi klien dan sumber daya yang terbatas dapat mengakibatkan kelelahan, kecemasan dan pengambilan keputusan yang tergesa-gesa yang dapat menghasilkan kesalahan opini audit.

Terdapat norma-norma kelompok dalam kantor kantor akuntan publik atau tim audit yang dapat mempengaruhi auditor. Mereka mungkin menyetujui opini audit yang tidak konsisten dengan pertimbangan mereka karena keinginan untuk diterima dan menghindari konflik. Cara auditor memproses informasi dan mengambil keputusan dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian seperti locus of control, neuroticism, dan agreeableness. Auditor dengan locus of control internal lebih percaya diri dan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal, sedangkan auditor yang memiliki neurotisisme yang tinggi mungkin merasa khawatir atau ragu-ragu.

Akuntansi perilaku membantu auditor dalam menemukan dan menghindari keputusan yang keliru selama proses audit. Hal ini juga menyediakan petunjuk untuk merancang prosedur audit yang lebih adil dan mengurangi risiko bias. Melibatkan peninjauan hasil audit oleh auditor lain dan menggunakan teknik brainstorming yang terstruktur dapat membantu mempertimbangkan berbagai skenario kemungkinan serta bukti audit dengan cara yang lebih obyektif. Peningkatan kesadaran diri dari auditor tentang beberapa komponen psikologis seperti kepribadian, harapan peran, dan tekanan kerja juga sangat penting. Auditor dengan tingkat kesadaran diri yang tinggi akan lebih mudah mengetahui kesalahan dalam dirinya sendiri serta mengatasinya.

Akuntansi keperilakuan juga meningkatkan komunikasi dan kerjasama tim audit. Auditor harus dijamin dari tekanan yang tidak perlu karena budaya audit harus mendukung objektivitas, keragaman, dan pertimbangan kritis. Walaupun akuntansi keperilakuan masih tergolong baru dalam praktik audit, semakin banyak perusahaan audit yang menyadari hal ini dan memulai memasukkannya dalam pelatihan dan metodologi audit. Dengan menggunakan akuntansi keperilakuan, auditor mampu meningkatkan kualitas audit, menghasilkan pendapat audit yang lebih dapat dipercaya, serta menambah kepercayaan publik pada profesi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun