Mohon tunggu...
Adhyatmoko
Adhyatmoko Mohon Tunggu... Lainnya - Warga

Profesional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Sengkuni Gubernur DKI, Ahok

22 April 2016   19:08 Diperbarui: 23 April 2016   11:25 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahok sebut BPK ngaco saat dipanggil oleh KPK (Selasa, 12/4)"][/caption]

Nama Sengkuni tak asing dan acapkali disebut-sebut semasa badai hujatan melanda Partai Demokrat. Satu per satu elit partai berlambang Mercy itu dijadikan tersangka oleh KPK dan mendekam di hotel prodeo. Susilo Bambang Yudhoyono masih menjadi orang nomor satu di republik. Namun, kursi empuk kepresidenan tak lekas membuatnya nyaman. Kepercayaan publik yang merosot tajam terhadap partainya mengharuskan SBY meminta KPK untuk mengusut tuntas kasus korupsi yang menyandera anak buahnya. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum sampai bereaksi lewat status atau personal message blackberry messenger-nya "Politik Para Sengkuni".

Siapa Sengkuni yang ia maksud? SBY-kah, koleganya di parlemen, atau rekan separtai yang tidak menerima kekalahan pasca Kongres Demokrat di Bandung tahun 2010? Sebab, Anas menyebut nama mereka ketika dirinya duduk di kursi pesakitan. Ia menganggap KPK bermaksud mengadili proses politik (Baca: Kongres). KPK seharusnya memeriksa semua peserta kongres, termasuk mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, serta Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie yang juga mencalonkan diri sebagai ketua umum Demokrat dalam Kongres 2010.

Alhasil, Anas tak dapat menahan lajunya proses hukum. Kecermatan jaksa mampu membahasakan hasil penyidikan KPK, sehingga tertutup kemungkinan bagi dirinya untuk berkelit. Ia pun menyusul sobat karibnya, Nazarrudin yang lebih dulu menikmati pembaringan di balik jeruji besi. Anas divonis Mahkamah Agung dengan 14 tahun kurungan dan denda 5 miliar. Ia terbukti melakukan korupsi dan pencucian uang proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang.

Baik Anas maupun Nazarrudin menggambarkan tingkah polah Sengkuni. Di balik kesalahan yang diarahkan publik, mereka mencoba menepisnya dengan membangun berbagai alibi. Mereka berlindung dengan menuding pihak-pihak lain sekenanya. Agak puas mungkin dirasakan jika tudingan itu kebetulan menjawab prasangka publik. Dalam kondisi terpojok, itulah kelakuan mereka. Sengkuni memang licik, tak ksatria hadapi kesalahan sendiri. Siapa itu Sengkuni?

Bernama muda Trigantalpati, Arya Sengkuni atau Harya Sakuni adalah putra kedua Prabu Gandara dengan permaisuri Dewi Gandini. Ia memiliki perwatakan suka menghasut dan banyak bicara. Kepandaiannya mengatur siasat dan tata pemerintahan mudah mengambil hati kakak iparnya, Prabu Dhestarastra, orang tua dari seratus Kurawa di Hastinapura. Sebagai paman dari Kurawa, Sengkuni ialah tokoh intelektual atau dalang atas tindakan jahat Kurawa kepada Pandawa. Untuk menghabisi Pandawa dan merebut Kerajaan Amarta, ia melancarkan politik adu domba.

Konflik tajam antara Kurawa dan Pandawa lantas memuncak dan menimbulkan perang Bharatayudha. Kisah epos ini menceritakan perlawanan kejujuran dan pengkhianatan, kebajikan dan angkara murka, keadilan dan keserakahan. Tapi, keperkasaan Pandawa tiada tertandingi. Sengkuni mati di tangan Bima. Mulutnya dirobek-robek dan tubuhnya dikuliti untuk persembahan kepada Dewi Kunti. Tokoh yang menyimbolkan ketidakjujuran itu hancur lebur dilindas gada Rujakpolo.

Meskipun Sengkuni telah mati, jiwanya terus menghantui hingga kini. Ia hidup di tengah-tengah kepalsuan laku para figur publik. Sengkuni melintasi ruang dan zaman. Nazarrudin dipenjara, ia mati. Begitu pula, KPK berulang kali membunuh Sengkuni lewat Anas, Sutan Bhatoegana, Miranda Gultom, Ratu Atut, Dewi Yasin Limpo, dan banyak lagi lainnya. Bagaimana dengan Ahok? KPK sedang mengusut kasus Sumber Waras dan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta.

Adakah Sengkuni di sana, siapa saja? Satu pejabat yang tertangkap tangan akibat suap pembahasan raperda reklamasi, yakni M. Sanusi, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta. Sedangkan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah dipanggil oleh KPK dan berstatus saksi/terperiksa dalam kasus Sumber Waras. Penyidik memerlukan bukti lanjutan untuk mencari tersangkanya. Cepat atau lambat, publik berharap KPK sanggup mengungkap skandal korupsi di belakang pembelian lahan RS. Sumber Waras.

Hukum harus menghentikan Sengkuni yang menghujat lembaga tinggi negara, seperti DPR. Sengkuni juga merendahkan auditor negara yang dijamin oleh konstitusi. Ia bilang “BPK ngaco!” Tak ubahnya, ia menuding ada oknum di KPK gegara mencampuri kasus Sumber Waras. Tak patut dibiarkan Sengkuni berkeliaran dan bermain mata dengan pengembang yang sembarang mencaplok pulau-pulau kecil demi bisnis properti. Atau, rakyat kecil akan menderita, tergusur, dan terisolasi dari peradaban.

Sengkuni, Oh.. Sengkuni, pandai mencari simpati. Enyah dari partai, ia tunggangi isu deparpolisasi. Berlagak bersih, tapi tak menjaga budi bahasa. Diduga merugikan negara, ia alihkan soal laporan harta kekayaan. Pikirnya, PPATK tak bekerja menyisir aliran dana tak wajar. Percuma menjual transparansi kalau lika-likunya tercium kolusi. Dekati presiden, toh tak muluskan reklamasi. Sengkuni, mati dirobek-robek mulutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun