Jakarta, 25 November 2024 -- Fenomena pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi masih menjadi salah satu isu besar yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan perguruan tinggi pada tahun 2024 mencapai 7,35%. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki gelar sarjana, sebagian lulusan masih kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Salah satu faktor utama penyebab tingginya pengangguran adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki lulusan dan kebutuhan dunia kerja. Beberapa jurusan yang diminati di universitas memiliki tingkat penyerapan yang rendah di pasar kerja, sementara sektor-sektor yang membutuhkan tenaga ahli justru kekurangan kandidat dengan keterampilan spesifik.
"Kami melihat adanya kesenjangan antara apa yang diajarkan di kampus dan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh industri. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak lulusan yang menganggur atau bekerja di luar bidang studi mereka," ujar Faisal Rahman, seorang analis pasar tenaga kerja.
Selain itu, kurangnya pengalaman praktis selama kuliah juga menjadi tantangan. Banyak perusahaan kini lebih mengutamakan pelamar dengan portofolio pengalaman kerja, seperti magang atau pelatihan profesional. Sayangnya, tidak semua perguruan tinggi di Indonesia menyediakan fasilitas tersebut secara optimal.
Namun, beberapa langkah telah diambil untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dan berbagai institusi pendidikan mulai berkolaborasi dengan dunia industri untuk menciptakan kurikulum berbasis kebutuhan kerja. Selain itu, program pelatihan kewirausahaan semakin digalakkan untuk mendorong lulusan menciptakan lapangan kerja sendiri.
Siti Mariam, seorang lulusan teknik dari Surabaya, mengaku bahwa dirinya sempat menganggur selama enam bulan setelah lulus. "Awalnya saya kesulitan mencari pekerjaan karena tidak memiliki pengalaman magang. Tapi, setelah mengikuti program pelatihan di startup lokal, saya akhirnya diterima sebagai bagian dari tim mereka," katanya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pendidikan formal saja tidak cukup untuk memastikan kesuksesan di dunia kerja. Lulusan perlu membekali diri dengan keterampilan tambahan, seperti penguasaan teknologi, kemampuan komunikasi, dan pengalaman praktis, untuk bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif.
Pemerintah juga diharapkan terus mendorong penciptaan lapangan kerja baru, baik di sektor formal maupun informal, agar angka pengangguran di kalangan lulusan universitas dapat ditekan. Sebab, keberhasilan generasi muda dalam mendapatkan pekerjaan tidak hanya berdampak pada mereka secara individu, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H