Mohon tunggu...
labirinrisetid
labirinrisetid Mohon Tunggu... Akuntan - Labirin Riset Indonesia

Crafting analysis & data story-telling on Behavioral Science & Economics. We’re not homo economicus, but homo sapiens.

Selanjutnya

Tutup

Money

Is It The End of Rational Economics?

16 April 2020   16:08 Diperbarui: 16 April 2020   17:23 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

86% orang setuju bahwa manusia terkadang tidak rasional, terutama dalam pengambilan keputusan. Namun tahukah anda, bahwa dalam Ilmu Ekonomi pengambilan keputusan manusia diasumsikan diambil secara rasional?

Lebih dari dua abad yang lalu sebelum polling ini dimulai, Adam Smith merilis buku yang berjudul "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations" pada tahun 1776. 

Smith mendefinisikan Ilmu Ekonomi sebagai ilmu tentang cara mengambil keputusan dengan kondisi sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi keinginan yang seringkali melebihi kapasitas. 

Dari kondisi tersebut muncullah yang disebut kelangkaan (scarcity), yaitu suatu kondisi dimana sumber daya yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan keinginan.

Adanya kelangkaan ini menjadi dasar manusia untuk mengambil keputusan yang menguntungkan bagi dirinya dengan biaya yang seminimal mungkin (Homoeconomicus), atau dalam arti lain manusia selalu mengambil keputusan secara rasional.

Apakah kita termasuk kategori manusia rasional tersebut? Sebagian besar akan setuju dan menjawab iya. Sampai disini pengambilan keputusan anda dapat dijelaskan oleh Teori Ekonomi  Klasik sebagaimana penjelasan diatas.

Namun, dengan adanya dinamika sosial di masyarakat, asumsi tersebut terkadang tidak  pas diterapkan dalam semua keputusan. Adakalanya kita menemukan orang di sekitar kita, mungkin saudara kita, bisa jadi rekan, atau bahkan kita sendiri, yang berpikir dan mengambil keputusan berdasarkan dorongan intuisi bahkan jauh atau tidak rasional.

Apakah kita atau orang tersebut marjinal? Ternyata tidak, mayoritas kita mengalami hal tersebut. Bahkan hasil polling 86% pernah mengalami atau melihat irasionalitas. Apabila Adam Smith sebagai Bapak Ekonomi tidak menjelaskan fenomena ini, lantas teori mana yang mengakui adanya irasionalitas tersebut?

Behavioral Economics (BE) menjadi bagian yang memperkaya penjelasan aktivitas ekonomi dalam menjawab pertanyaan tersebut. BE merupakan cabang Ilmu Ekonomi yang menggabungkan psikologi dan ekonomi. Tidak heran para pakar BE merupakan profesor di bidang psikologi seperti Richard Thaler yang menjelaskan Cafetaria sebagai salah satu analogi dalam BE. Adakah di sini yang sudah tau?

Labirin Riset Indonesia -- Behavioral Analysis and Data-storytelling, merupakan media literasi yang interaktif dan dikelola oleh ahli yang tertarik pada BE. Selamat datang di akun kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun