Mohon tunggu...
Labiq Aktumansi
Labiq Aktumansi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

pecinta seni budaya dan keterampilan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wangsit Lingsir Wengi dan Drawata

7 Juli 2023   19:25 Diperbarui: 7 Juli 2023   19:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DRAWATA ?
Ya, drama Akhir tahunan yang diadakan oleh Universitas Pamulang. Acara ini sudah berjalan 4 tahun silam dan ini yang keempat (vol 4.0). Menampilkan sebuah drama bersama teman satu kelas memang tidak mudah, apalagi bagi anak-anak yang bekerja mereka harus meluangkan waktunya untuk latihan, musyawarah, persiapan artistik dll. Namun acara ini bisa saya lalui dengan banyak sekali pelajaran.

Menurut saya drawata ini bukan hanya sebuah tujuan tapi perjalanan arti kerja sama, kemanusiaan dan pengorbanan. Saya akan bercerita mengenai teman saya terlebih dahulu, karena saya sangat kagum terhadap mereka. Banyak sekali lika-liku yang kami lewati ada yang sakit sampai dirawat, ada yang pingsan ketika gladi resik, ada yg bolos kerja, pulang malam bahkan sampai dini hari untuk persiapan acara ini. Jika tujuan hanya nilai menurut saya sangat rugi, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat besar, kita bisa melihat karakter setiap anak. Sesi latihan kami sangat panjang, tapi susahnya selalu bentrok dengan jarak dan jam kerja ini yang membuat kita selalu bertengkar. tapi itu bukan halangan, kita harus tetap mementaskan drama ini sampai selesai.


Drama yang kita bawa berjudul "Wangsit Lingsir Wengi" menceritakan sebuah anak yang memiliki darah keturunan terlarang. Ia bernama Arum, anak asli Nyai Dewi. Dia terlahir dengan membawa wangsit di dalam dirinya. Karena sangat bahaya jika dia tinggal di hutan larangan, maka anak itu di titipkan kepada orang tua yang lama sudah mengidam-idamkan seorang anak. Dari situlah Arum di titipkan kepada kedua orang tua tersebut. Nama mereka adalah Mbok Janirah dan Mbah Reso. Ketika Arum mulai meranjak dewasa ia mendapatkan isu tentang dirinya, ia pun bertanya kepada kedua orang tuanya. Singkat cerita mereka menemui Nyai Dewi di hutan larangan, dan nyai Dewi memberi wejangan untuk hati-hati terhadap Arum ,karena dia membawa wangsit Lingsir wengi, jika dia marah maka akan mengeluarkan sesosok kuntilanak yang sangat menyeramkan dan sakti, kuntilanak itu bernama Mbah buyut.

Sepulang dari hutan larangan, Arum dan Mbah Reso melihat ibunya yang sedang dimarahi oleh orang terkaya di desa yang sombong dan angkuh, ia bernama Bu patmi. Dari situlah Arum menunjukan wangsit yang terlarang itu, sehingga hal yang tidak diinginkan pun keluar, Mbah buyut. Semua benda dan rumah seketika menjadi berantakan tercecer tidak karuan karena ilmu dari Mbah buyut. Tapi kisah ini masih ngegantung karena belum sampai babak finish.

Namun saya sebagai pemeran disini merasa bangga, karena perjalanan ini sangatlah susah, tapi bisa melewati.

Awalnya saya menjadi bagian lighting, namun saya tidak bisa selalu datang untuk kumpul membahas lighting ini, akhirnya saya terjun ke tim artistik. Tapi ada sedikit yang saya kurang setuju, nama drawata itu sendiri. Menurut yang saya baca arti drawata itu musibah, kalimat ini di ambil dari bahasa sansekerta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun