Mohon tunggu...
Labiq Aktumansi
Labiq Aktumansi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

pecinta seni budaya dan keterampilan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketidaksetaraan Gender dalam Dunia Kerja: Kajian Fenimisme

30 Oktober 2022   20:44 Diperbarui: 30 Oktober 2022   20:47 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai remaja mungkin banyak pikiran-pikiran yang selalu menghantui masa depan baik laki-laki
maupun perempuan hal itu bisa dipengaruhi keluarga, teman, lingkungan, bahkan pikiran mandirinya.
Secara tidak sadar, mau tidak mau mereka akan terjun ke dunia yang tidak lembut ini. Mungkin usaha
adalah salah satu pilihan dari sekian pilihan, tapi begitu berat untuk melangkah ke jenjang itu, maka
kerja adalah solusinya.


Di dunia kerja hampir tidak pandang kerjaan tersebut ringan atau berat baik laki-laki maupun
perempuan akan diperlakukan sama. Tapi naasnya sering terjadi pelecehan di dunia kerja, tentunya
pelecehan bagi kaum feminim, ya kaum perempuan. Hal ini masih sering terjadi tapi jarang sekali yang
berani untuk speak up, bisa karena faktor gaji besar dan mereka butuh. Namun mayoritas
karyawannya para lelaki, mungkin juga karena ketakutan jika ditindaklanjuti akan semakin besar
permasalahannya atau mereka menganggap dunia kerja memang keras. Hal itu bisa terjadi kapan saja
mau bagaimanapun hal itu harus kita lawan dan kita cegah, bukan hanya lelaki bagi mereka kaum
perempuan pekerjaan begitulah penting, bisa jadi mereka adalah tulang punggung dari keluarganya.
Jika hal ini terjadi, dan dibiarkan, sedangkan mereka membutuhkan uang, pikiran negatif dan
overthinking akan selalu menghantui pikiran kita. Mau sampai kapan dibiarkan?


Jangan sampai perkara seperti ini dijadikan perkara yang lumrah. Mereka sebenarnya trauma tapi
takut jika mereka speak up akan menjadi masalah yang ujungnya ke ranah pemecatan. Karena mereka
butuh untuk menghidupi dirinya bahkan keluarganya. Ada sedikit cerita dari rekan kerja saya. Dia
perempuan, dia ingin mandiri karena sudah merasa dewasa, tidak semua hal bisa mudah untuk
meminta seperti masa sekolah. Alhasil dia kerja, di dunia kerja dia sedikit tercengang "dunia kerja
ternyata sekeras ini". Iya tetap jalani kehidupan yang tidak ia pelajari dan temui di dunia sekolah. Awalawal
ia merasa aman, nyaman, tapi lambat laun mulai ada kalimat dan gerakan toxic. Disitulah dia
mulai bertanya-tanya pada dirinya, tetapi dia menguatkan dirinya, saya harus kuat, saya harus bisa
mewujudkan keinginanku sendiri. Lama-kelamaan para lelaki di kerjaan itu mulai berani untuk
menyentuh tubuh dari teman saya, tentu saja perlawanan ada, tetapi karena sifat patriarki dan lelaki
merasa jauh lebih kuat atau berani untuk melakukan semua hal, maka tidak ada kata menyerah untuk
melakukan hal yang lebih dari itu. Saya pernah membaca ada sebuah kalimat "rasa penasaran akan
selalu dicari sampai rasa penasaran habis semua, jika rasa penasaran sudah habis semua, sepah akan
dibuang". Tentu sangat mirip sekali pemikiran seperti itu, tapi ya tidak sedikit yang melakukan hal
tersebut. semakin kau memberi maka rasa penasaran itu akan semakin jauh dan puas memakan
semuanya, maka jangan sekali-kali kita memberikan rasa penasaran itu kecuali sudah ada ikatan yang
kuat, seperti menikah. pacaran bukanlah ikatan seperti yang kita pikirkan, namun itu cikal bakal
gerbang untuk menuju ke arah penasaran tersebut.

 Bukan sekali dua kali teman saya diperlakukan seperti itu dan bukan hanya di satu tempat kerja saja,
di perusahaan di perusahaan A dia dilecehkan dan dia keluar, di perusahaan B pun sama saja dan
bahkan lebih parah, ini sudah masuk ke perbuatan seksual, jika ingin diusut sangat bisa sekali, tetapi
dia memilih keluar. "Dalam waktu 4 bulan kerja saja mereka sudah berani melakukan hal seperti ini
apalagi jika saya lanjut" ujar teman saya. sengaja saya tidak mencantumkan namanya karena privasi
dan saya sudah meminta izin untuk menulis sedikit ceritanya. 

Dari hal kecil senggol-senggolan, memegang tangan dan pundak yang sudah dianggap hal biasa, dan
benar terjadi dari pemikiran teman saya yang dikhawatirkan, ketika ada kesempatan maka tak bisa
disia-siakan. di waktu dia sendirian di b…bagusnya lingkungan tersebut, seperti ada sebuah kutipan
"jika satu laki-laki hanya merusak dirinya sendiri atau sedikit dari lingkungannya, tapi cukup dengan
rusaknya satu perempuan bisa menghancurkan satu desa".

Mungkin bisa kita petik begitu pentingnya pendidikan, apalagi bagi para kaum hawa, makanya saya
tidak setuju dengan argumen bahwa kodratnya perempuan itu ada di dapur, tidak perlu sekolah tinggitinggi.
justru majunya generasi kita jika kaum perempuan memiliki ilmu yang tinggi dan diiringi dengan
akhlak yang baik. karena perempuan jauh akan lebih berharga dengan ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun