Mohon tunggu...
Andi Nugroho
Andi Nugroho Mohon Tunggu... -

wartawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhir Sang ‘Jawara’ (Tulisan ke-3)

5 Agustus 2010   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehabis Isya, Iqbal, sepupu Nusroniah, datang ke rumahnya. Karena capai, Nusroniah sudah tidur setelah selesai sholat Isya. Iqbal meminta Ica untuk membangunkan ibunya.

“Mpok, encing dimana,” kata Iqbal. Dia sering dipanggilan Mpok dan suaminya sering dipanggil Encing di keluarganya.

“Emangnya kenapa, paling ngurus urusan orang,” kata Nusroniah.

Iqbal kemudian menceritakan, suaminya telah meninggal. Nusroniah tak percaya, ia meminta Iqbal jangan bercanda dan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Setelah dijelaskan, ia langsung menjerit sekuatnya dan menangis. Telepon genggam diambilnya dan ia segera menghubungi adik Endid, Neneng. Ia tak menyangka hari itu akan menerima kabar duka. Sebab baru tadi pagi ia merasa suaminya begitu romantis setelah mengantar ke kampus, yang jarang-jarang dilakukan Endid.

Menurut Endang, meninggalnya kakaknya penuh dengan kesimpangsiura dan tidak wajar. Endang berharap pihak polisi segera untuk mencari siapa sebenarnya pembunuh kakaknya.

“Kakak saya mencoba untuk memberikan solusi,” kata dia. “Entah apa, mungkin reaksi spontan, ada yang menikam leher belakangnya dari belakang, tikam dari belakang." Namun begitu, Endang melanjutkan, “Saya punya firasat ada konspirasi dari oknum untuk menghilangkan abang saya."

Pihak polisi sudah meminta keterangan beberapa orang yang dicurigai. Kabarnya, Wahyudi pun sudah menyerahkan diri, tapi sampai saya menulis ini, belum dapat informasi lengkapnya.

Wahyudi sebagai pihak yang diduga bermasalah belum kelihatan batang hidungnya. “Melayat pun belum,” kata Nusroniah. “Saya sangat kecewa dengan Pak Wahyudi. Saya perih,” ujar Nusroniah. Ia meminta aparat hukum untuk segera menyelidiki siapa dalang sebenarnya.

Nusroniah masih curiga dengan pembunuhan itu, meski ia yakin tak ada unsur prasangka etnis. Sebab, suaminya itu bukan orang yang suka mencari masalah. Tiap kali Endid keluar rumah, ia tak pernah putus berdoa demi keselamatan suaminya. Namun demikian, ia harus menerima takdir Tuhan, Minggu sore itu adalah akhir dari tugasnya sebagai ‘jawara’...

Jakarta, 06062010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun