Mohon tunggu...
Mr Labqi
Mr Labqi Mohon Tunggu... -

i'm labbqii

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pluralitas dan Bangsa Indonesia

22 Juli 2015   16:37 Diperbarui: 22 Juli 2015   16:42 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai pulau yang membentang mulai sabang hingga merauke. Setiap pulau tentu memiliki komunitas masyarakat dan dihuni oleh karakteristik yang berbeda – beda sehingga, tak dapat dipungkiri bahwa dalam Negara Indonesia muncul berbagai macam aneka ragam agama, budaya, dan etnis. Adanya perbedaan tersebut tidak dapat dihindarkan karena setiap individu memiliki sikap dan dasar pemikiran yang berbeda – beda.

Semboyan bangsa Indonesia yang telah tercantum dan menjadi bagian dari lambang Negara Indonesia Garuda Pancasila adalah Bhineka Tunggal Ika. Sebagai semboyan bangsa, artinya Bhinneka Tunggal Ika adalah sebagai pembentuk karakter dan jati diri bangsanya. ”Bhinneka Tunggal Ika pada dasarnya merupakan gambaran dari kesatuan geopolitik dan geobudaya di Indonesia, yang artinya terdapat keberagaman dalam agama, ide, ideologis, suku bangsa dan bahasa. Keragaman tersebut terjadi karena dari segi geografis, Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari 17.200 pulau, dan lebih dari 300 etnis mayoritas serta minoritas yang kemudian berdampak pada keanekaragaman bahasa dari etnis – etnis yang tersebar dalam untaian pulau – pulau (Rahman, 2010: 8).”

Keanekaragaman yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak dahulu  kala, dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal tersebut dapat dipandang dalam dua prespektif. Pertama, dari sudut pandang horizontal dimana fakta menunjukkan adanya satuan – satuan sosial yang keberagamannya didasarkan pada adanya perbedaan suku bangsa, adat istiadat, agama, dan keberagaman daerah lainnya. Prespektif kedua adalah prespektif vertikal,dimana perbedaan didasarkan pada unsur – unsur kualitas seperti halnya unsur ekonomi dan politik. Dalam hal ini adanya pluralitas tidak dapat dihindarkan meskipun ada sebagian kelompok yang menolaknya karena dianggap sebagai ancaman dalam kelompok tersebut.

Dalam kehidupan sehari – hari keragaman sangat nampak pada kehidupan sosial di daerah perkotaan, dimana dalam kebanyakan kota – kota besar telah menjadi tempat aktivitas penting yang meliputi aspek ekonomi, sosial, dan politik. Oleh sebab itu, kota – kota besar menjadi sebuah contoh fakta yang tak lepas dari kehidupan plural maupun multikultural. Maka dari itu sangatlah perlu adanya konsep pluralitas, yang mana interaksi antar manusia didasarkan pada aspek kekeluargaan, saling menghormati, saling menghargai, dan toleransi satu sama lain. Diharapkan dari hal tersebut terjadi asimilasi dan akulturasi budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun