Mohon tunggu...
Andi Anjas Hermanto
Andi Anjas Hermanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ingin dekat dengan pena

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Terbaikku, Kakakku

15 Oktober 2013   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 7965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu kamarku sangat panas, AC sudah 2 minggu rusak, kipas angin di ambil kakakku, Joni namanya, obsesinya menjadi editor di salah satu televisi swasta di negeri ini membuatku harus selalu mengalah kepadanya. Aku sendiri rara, anak kedua dari 2 bersaudara, aku masih menjalani aktivitasku sebagai muris SMA Negeri 07, kelas 1  tentunya.
“tok..tok..tok...ra...ra...rara...”. suara dibalik pintu membuatku harus beranjak dari tempat tidurku, saat kubuka pintu kamarku, ternyata kakakku.
“Napa kak ?”. tanyaku malas, sambil mengusap rambut dan memeluk tubuhku, kakakku berkata.
“kakak Cuma mau bilang, entar kalau tidur jangan ngiler yah, ntar rumah kita kebanjiran”, ucap joni berlari menjauh setelah menjitak kepalaku dan mengerjaiku. Akupun berteriak di tengah malam buta.
“Mamaaaah, kak joni  usil lagi !!!”, teriakku, kudengar suara tawa bernada ejekan dari kamar kakakku, baru kuingat mama kan keluar kota tadi pagi dengan om bahar dan tante lusi. Penderitaanku pun dimulai. Aku harus melawan keusilan kakakku selama sebulan.
Esoknya aku bangun pagi-pagi demi menghindari keusilan kakakku. Seusai mandi, aku memakai baju sekolahku cepat-cepat sebelum kakakku terbangun dari neraka jahanamnya. Setelah itu, kulangkahkan kakiku ke dapur untuk membuat sarapan. Tapi, diatas meja telah tersedia sarapan kesukaanku, Nasi goreng + susu. Dibawah piring ada secarik kertas bertuliskan.
Ini permintaan maaf kakak yah.
Selamat menikmati adikku sayang.
Aku terharu membacanya, ternyata kakakku yang usil masih punya hati juga untuk adiknya yang imut ini. Hahahahah tawaku dalam hati. Akupun menghabiskan nasi goreng bikinan kakakku dan setelah itu minum susu.
“Gluk....Gluk...Gluk...., ahhh”, desahku sambil melap bibirku dan menatap gelas susu itu. Tapi kok rasanya asin yah :”, tanyaku dalam hati.
“Ra, susu diatas meja mana ?”, tanya Joni padaku.
“Dah rara minum kak, makasih yah kak, nasi goreng bikinan kakak top banget deh”, ujarku sambil memeluk kakakku.
“Tapi ra, itukan...”, belum sempat melanjutkan kata-katanya, aku mennutup mulutnya.
“sudah kak gak papa kan rara minum susu kakak”, ucap ku sambil memeluk kakakku satu-satunya.
“Mampus lo, rara adik kakak yang imut dan bloonnya minta ampun, itu bukan susu untuk kamu atau kakak, tapi untuk Krisna.
Mendengar nama krisna, mataku melotot dan mengingat makhluk mungil berbulu halus.
“krisna ?, maksudnya krisna kucing kita kak ?”, tanyaku, kakakku menjitak kepalaku dan berkata.
“Iya adikku yang bloon”, ucapnya singkat.
“Aaaaaaaaaaa, tidaaaaaaaaaaaaaaak”, teriakku sehingga membuat joni menutup telinganya. Akupun berlari menuju mastafel dapur dan......
“Wueeeeeekkkk”, aku muntah-muntah karenanya. Kulihat dari cermin kakakku tertawa terpingkal-pingkal karena ketololanku pagi ini. Sungguh malang nasibku.
Setelah berlama-lama di wastafel aku keliling mencari orang usil yang mengerjaiku pagi ini.
“kak, napa kakak gak bilang kalau itu susu kucing ?”, labrakkku setelah menemukannya di depan televisi.
“Kamu juga gak nanya”, jawabnya singkat”, “lagipula tadi kakak dah tulis memo kok”, sambungnya kembali.
Kuteringat pesan singkat di atas meja nakan, “tapi disitu gak ada tulisan tentang susu kak !!!”, labrakku lagi sudah mulai geram dengan kelakuan kakakku.
“di baliknya bloon, makanya periksa dulu sebelum minum”, hardiknya, akupun berlari ke dapur dan mengambil kertas itu dan membaca tulisan di baliknya, yang membuat mukaku merah karena malu.
“Yaa udah rara mau ke sekolah aja”, ucapku melangkah pergi.
“Sekolaaaaah ?”, tanya kakakku kaget.
“Iya napa ?, anterin yah !”, ujarku manja.
“Eh dodol, hari ini kan tanggal merah, mau belajar sama setan yah ?”, ejek kakakku
Usai ejekan kakakku, aku berlari menuju kamarku, sambil menutup mukaku yang memerah mengalahkan merahnya tanggal hari ini. Apes benar aku hari ini, minum susu kucing, pas mau ke sekolah ternyata libur yah. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
“Ra, aku ada di depan rumahmu nih “, ucap suara dibalik telpon yang ternyata adalah teman sekolahnya.
“ngapain di depan rumah ?”, tanya rara
“buka pintumu dodol, ada yang mau gue ceritain”, jawabnya lagi seakan tak sabar ingin masuk.
“ya udah tunggu bentar”, rara pun berjalan keluar kamarnya menuju pintu depan rumahnya, namun tiba-tiba perasaannya tak enak, seakan ingin jatuh, kepalanya sangat sakit dan bruuuuuukk.....
Seminggu dirawat di Rumah sakit, rara tak kunjung sadar, mamanya sudah pulang, namun tak ada perubahan, kata dokter rara keracunan makanan, tapi kata joni rara keracunan susu kucing.
“dia kayaknya shock, kondisi fisiknya lemah”, ujar dokter itu
“tapi masih bisa sembuh kan dok ?”, tanya mamanya
“iya, walaupun sedang pingsan tapi rara akan sadar, jadi tolong berikan waktu yang cukup untuk beristirahat”, sepeninggal dokter di ruang pasien, ibunda rara menangis melihat anak perempuannya tergeletak lemah di ranjang pasien, mukanya pucat, entah karena kekurangan darah, atau kurang makan, tapi ibunnya tetap setia menemaninya.
“Maaaa, kakak mana ?”, ucap rara lemah sambil menggenggam tangan ibunya mencoba untuk membangunkannya.
“sayang kamu sudah sadar, kakak belum datang, katanya masih di jalan”, ucap mamanya seraya mengambil handphone di tasnya.
“Gak usah ma, ntar juga nyampe”, ujar rara melarang mamanya.
“ya udah mama, ke ruang suster dulu yah”, pernyataan mamanya hanya dibalas dengan anggukan, rara kembali memejamkan matanya berusaha untuk ttidur kembali. Namun ada langkah kaki yang menuju kearahnya tapi tak sanggup di membuka kembali matanya.
“Ra, ini kakak, kakak Cuma mau bilang kakak dah diterima jadi editor”, ucapnya memegang tangan adiknya.
“Ra, maafin kakak yah, soalnya kakak selalu ngusilin kamu, ngerjain kamu, tapi sebenarnya kakak tuh sayaaaaang banget ama kamu. “kamu itu sahabat terbaik kakak deh pokoknya,kalo kamu sadar, apapun yang kamu minta kakak kasih deh, tapi jangan yang mahal yah”,
Kakaknya berhenti sejenak berbicara, dia menampilkan raut wajah sedih yang membuatnya menangis di depan adik kesayangannya.
“kakak, gak usah nangis yah, soalnya muka kakak tuh jelek kalau nangis”, ucap rara lemah sambil memegang punggung tangan kakaknya.
“kamu dah sadar ra,maaaaa rara sadar”, teriaknya di lorong rumah sakit.
“gak usah teriak-teriak gitu, mama udah tau kok”, joni kaget mama sudah tahu tapi dia belum tahu, diapun kembali teringat janjinya tadi. “janji tadi Cuma bo’ongan yah ?”, ucapnya sombong
“gak boleh, kamu harus nepatin janji kamu, awas kalo gak”, ucap mamanya sambil menjewer telinga joni, yang disambut tawa rara. Setelah kejadian itu, joni, rara, dan mamanya semakin akrab, Joni pun mulai beraksi kembali mengerjai rara, namun rara malah senang saat dikerjai kakaknya, walaupun kadang dia melapor kepada mamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun