Mohon tunggu...
Laila Marni
Laila Marni Mohon Tunggu... Penulis - Pemelajar kehidupan

Perempuan tangguh yang terus mencoba untuk tidak mengeluh, sebab hidup bukan hidup jika tak menderma bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penderma Rasa

1 Februari 2020   07:09 Diperbarui: 1 Februari 2020   07:05 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang paling beruntung kecuali kopi
Ia luapkan aroma pada hidung pecintanya juga pada hidung kekasih

Ia susuri belantara hingga membuat penikmatnya jatuh pada cinta
Ia meluncur, menjadi sungai dalam rongga mulut kekasih, mengalir layaknya darah dan mendegupkan jantung, diberinya nada yang tak biasa

Pagi ini, kopi direguk kekasih
Hangatnya memberi kesan, menaburi rasa milyaran, dan aku tenggelam padanya.

Tak menjadi buah bibir siapapun, tapi bahagiaku melangit, saat ia mampu mengukir pelangi di mata kekasih.

Aku larut padanya, ia larut pada kekasih, perlahan kami bukan siapa-siapa, selain petugas penderma rasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun