Mohon tunggu...
Stephen Aji Wardana
Stephen Aji Wardana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen prodi Pendidikan Bahasa Mandarin di Universitas Universal

Seorang yang berminat dalam bidang bahasa, budaya, sejarah, dan kesenian. Sekarang sedang menekuni profesi sebagai dosen di salah satu universitas di Batam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Mengatasi Kejenuhan pada Pembelajaran Daring

4 Juli 2022   18:33 Diperbarui: 4 Juli 2022   18:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa pandemi ini, tidak sedikit orang tua yang mengeluh anaknya kerap mengeluh jenuh, bosan, tidak mendapat apa-apa saat mengikuti pembelajaran online/daring/jarak jauh dari sekolah. 

Sebenarnya hal ini tidak hanya terjadi pada murid yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan. Jangan hanya sebut anak SD saja yang bisa merasakan jenuh, anak-anak SMA/SMK pun tidak jarang juga mengeluhkan hal yang sama. Sebagai pendidik, hal ini menjadi tantangan tersendiri yang mau tidak mau harus dapat dicari solusinya. Bahkan ada yang memprediksi, meskipun pandemi COVID 19 telah usai, model pembelajaran daring tetap akan dipakai. So, apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat menjaga atmosfer ruang kelas virtual kita agar tetap kondusif? Berikut saya berikan beberapa tips dan triknya.

1.Berikan sesi Ice Breaker sejenak.

Tidak peduli apakah karyawan kantoran, guru/dosen, siswa atau pengusaha kecil-kecilan, semua orang memerlukan  rehat sejenak dari rutinitas. Sesi ice breaker dalam kegiatan pembelajaran dapat juga membantu bahkan guru/dosen pengajar dikelas agar tetap dalam kondisi mental yang fresh. Ada banyak model ice breaker yang dapat kita cari di media internet. Ada yang bersifat individual, ada pula yang bersifat kelompok. Ada yang berdurasi lima menitan, ada pula yang berdurasi belasan menit atau bahkan hingga setengah jam an. Pemilihan model ice breaker ini dapat disesuaikan juga dengan kebutuhan pengajar dan kelas. 

2.Berikan pengetahuan unik

 Dengan majunya teknologi dan pengetahuan yang ada sekarang, para pendidik dapat memilih pengetahuan-pengetahuan unik dan menarik dari informasi yang tersedia untuk disampaikan sebagai "bumbu penyedap" dalam kelas. Anggaplah sebagai contoh,  ketika guru sedang menyampaikan tentang materi ekologi laut, guru dapat memilih fauna laut yang unik atau kondisi alam dasar laut yang jarang terekspos atau baru ditemukan untuk merangsang minat murid. Tentu saja, pengetahuan baru ini dikondisikan pula dengan materi yang disampaikan. Siswa/mahasiswa yang mendengar akan tentusaja merasa tertarik dan mendapat hal yang baru dalam pembelajaran, karena bisa saja mereka sudah membaca materi-materi pembelajaran dari buku pegangan sebelumnya sehingga merasa sudah mengerti atau tahu apa yang akan disampaikan oleh guru/dosen.

3.Ramah dan pertimbangkan saran dan masukan siswa

Siswa/mahasiswa juga adalah manusia sosial yang dapat merasakan, berpikir dan menyampaikan sesuatu. Tidak menutup kemungkinan mereka menyampaikan suatu masukan atau permintaan tentang bagaimana atau apa yang akan kita sampaikan di pertemuan-pertemuan berikutnya. Kita sebagai pendidik, wajib menerima kondisi dimana mereka mengutarakan sesuatu itu. Kita sebagai pendidik juga memiliki peran dan tugas untuk memanusiakan manusia dan mengajari siswa/mahasiswa bagaimana menjadi teladan di kemudian hari. Setelah kita memberikan keramahan berupa kesempatan mereka menyampaikan ide/pendapat, kita pun wajib mem-filter hal-hal yang kita mampu dan cocok untuk lakukan didalam pertemuan selanjutnya. Kita tidak perlu selalu menerima semua masukan yang disampaikan siswa/mahasiswa di dalam kelas. Hanya masukan-masukan atau ide-ide yang memang memberikan benefit  bagi perkembangan proses pembelajaran.

4. Pelajari metode-metode pembelajaran baru

Jangan takut! Jangan gengsi! Jangan kuatir! yang namanya manusia tidak akan dapat lari dari yang namanya perkembangan. Biarpun kita sudah selesai mengenyam bangku kuliah, tapi kita tetap tidak boleh berhenti membaca dan belajar. Bagaimana kita dapat memberikan output kalau kita sendiri tidak ada input? Ilmu-ilmu yang kita dulu pelajari, bisa saja sudah usang ketinggalan zaman pada saat ini. Jangan monoton dalam perjalanan karir kita. Einstein pernah berkata: " Bukan yang kuat atau pandai yang akan bertahan hidup. Melainkan mereka yang mampu beradaptasi." Ketika siswa/mahasiswa kita merasa bosan atau jenuh dalam kelas kita, tingkat efektifitas belajar otomatis akan menurun. Inilah sebabnya kita wajib mampu membaca situasi dan cepat tanggap dalam mengatasi permasalahan yang ada.

5. Jangan takut menggunakan metode games dalam kelas

Metode games terkadang dihindari oleh guru/dosen bukan karena buang-buang waktu, tetapi karena persiapan dan kontrol waktu yang membutuhkan perhatian ekstra. Murid/mahasiswa tingkat manapun akan tertarik mengikuti games ajakan guru/dosen mereka. Apalagi kalau games tersebut sangat menarik dan memberikan suasana fresh  dalam kelas. Namun yang perlu diingat, metode games ini tidak serta-merta digunakan bersamaan dengan sesi ice breaker  yang disebutkan di point 1. Games ini dapat kita desain untuk waktu yang agak panjang, namun pada proses permainannya, siswa/mahasiswa juga mendapatkan proses belajar dan input pengetahuan. 

6. Libatkan siswa lebih lagi dalam kegiatan kelas.

Generasi sekarang dapat kita sebut dengan istilah slang : generasi youtube. Yang dimana kemampuan belajar mereka bisa jadi sangat mandiri, dapat lepas dari peran guru atau orang tua, belajar mandiri melalui media internet yang ada contohnya: melalui ruangguru, khan academy, channel-channel yang ber konten edukatif di Youtube dan lain sebagainya. Atau bahkan generasi ini sangat mudah untuk bergantung kepada orang lain (dalam hal ini guru) dalam memberikan berbagai macam materi. Dengan kata lain, pasif dalam pembelajaran mandiri/independen. Mau model yang pertama atau yang kedua, Guru/dosen sama-sama dituntut untuk dapat mengajak siswa/mahasiswa untuk ikut serta dalam pembelajaran aktif (active learning).Active learning adalah model pembelajaran yang dalam 20 tahun terakhir ini populer di kalangan pendidik, namun masih banyak hal yang dapat di jelajahi dari metode ini. Kesimpulannya, metode pembelajaran aktif merangsang siswa/mahasiswa untuk dapat menjelajahi sendiri materi dan proses pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas dengan guru/dosen yang berperan sebagai supervisor  dan mentor. Guru/dosen tidak lagi perlu berperan dominan dikelas sebagai sumber materi belajar utama. Siswa /mahasiswa diarahkan untuk mengerjakan proyek atau tugas sederhana dengan petunjuk-petunjuk yang tersebar dari berbagai sumber. 


Demikianlah tips dan saran bagi para educator mengenai mengatasi kejenuhan pembelajaran dikelas. Semoga bermanfaat. Bagaimana kesan Anda setelah mempraktekkan tips diatas? Silahkan bagikan pengalaman dan/atau pertanyaan Anda di kolom komentar dibawah ini. Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun