Rockstar, sebuah game developer yang terkenal untuk franchise mereka yang mendunia karena gameplay dan storytelling yang bagus pada setiap game mereka baik itu franchise game Grand Theft Auto, Red Dead Redemption, Max Payne, Atau bahkan Midnight Club. Rockstar pertama kali mulai terkenal pada era konsol PS2 terutama saat keluarnya game GTA III, GTA Vice City, dan GTA San Andreas dengan cerita yang sangat menarik dan bagus hingga mekanik gameplay yang telah merevolusi mekanik game hingga zaman. Namun bukan berarti perusahaan ini belum pernah menginjak kontroversi terutama dengan orang tua dengan game-game mereka yang banyak menunjukan tindakan berbahaya dan kekerasan. Tetapi sejujurnya apakah suatu game dengan kualitas, cerita, bahkan pesan moral yang bagus bisa membuat game mengenai kekerasan bisa berkesan baik untuk seorang remaja?
Salah satu game hit pertama Rocktar merupakan game 3D GTA pertama yakni GTA 3, dimana kita bermain sebagai Claude, seorang kriminal yang mencoba membalas dendam pacarnya yang menghianati dia dalam sebuah perampokan bank. Kita mengikuti perjalanan Claude dimana dia masuk dan membantu banyak organisasi kriminal seperti mafia italia dan Triad Tiongkok. Misi-misi dalam game tersebut mengharuskan para pemain melakukan Tindakan kriminal serta kekerasan dan hal tersebut telah membangun sebuah Gambaran bahwa games seperti ini dapat meningkatkan perilaku agresif suatu remaja. Dalam sebuah artikel yang diterbirkan di website National Institue of Health, para peneliti dari University of Vermont melakukan survey bersama 2000 partisipan berumur 9-10 tahun dan membagi mereka menjadi dua, anak yang tidak bermain game sama sekali dan anak yang bermain video game. Mereka menemukan bahwa anak yang bermain video game menunjukan keunggulan dalam kecepatan dan akurasi dalam kemampuan kognitif mereka dibandingkan dengan yang tidak bermain game sama sekali.
Ada juga sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cheryl Olson, seorang spesialis kesehatan publik di Harvard. Penelitian ini menunjukan bahwa 28% anak laki dari survey yang ia lakukan menunjukan bahwa mereka hanya bermain game seperti GTA karena ketertarikan terhadap senjata berapi dan 25% anak laki-laki yang di survey setuju bahwa alasan mereka bermain game seperti GTA untuk alasan mengeluarkan amarah mereka dalam game, dan bukan di dunia nyata.
Bahkan dalam game GTA terakhir yang dibuat Rockstar, GTA V, ada mode dimana anak-anak bisa membuat gamemode dan level mereka sendiri mulai dari membuat jalanan balap, petak umpet, bahkan bermain sebagai suatu peran seperti seorang personel medis, polisi, bahkan rakyat biasa yang dapat mengajarkan kreativitas, dan bagaimana seseorang dapat berdiskresi dan berinteraksi dengan masyarakat secara beradab dan dengan melakukannya dengan bahagia.
Selain itu game rockstar memang berbeda dengan game-game handphone atau menonton tiktok seharian yang dapat merusak rentang perhatian seorang individu karena game seperti series GTA dan Read Dead kaya akan sebuah cerita dan gameplay yang mengagumkan yang patut dinikmati oleh semua orang dengan pesan moral mereka masing-masing.
Namun tetap saja perlu diingat bahwa game-game rockstar kebanyakn memang disarankan untuk orang yang lebih dewasa maka orang tua juga perlu menjaaga dan memonitor anak mereka agar menghindari area yang memang tidak cocok untuk anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H