Mohon tunggu...
L H
L H Mohon Tunggu... profesional -

seorang ibu yang senang membaca & menulis ------------------ @ di Kompasiana ini TIDAK pernah pakai nick lain selain nama asli yg skg disingkat menjadi LH.----- di koki-detik pakai nick 'srikandi' \r\n\r\n----------------\r\nMy Website: \r\nhttp://www.liannyhendranata.com\r\n\r\n----------------\r\n\r\nmy twitter : \r\nhttp://twitter.com/#!/Lianny_LH\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Standar Ganda Jiwa dalam Keadilan

15 April 2012   05:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:35 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Seseorang akan terlihat sangat bodoh ketika diminta menunjukkan kekurangan dirinya, dan dia terlihat sangat pintar ketika menunjukkan kekurangan orang lain”ini sebait kalimat yang saya baca di status profil sebuah jejaring pertemanan. Ya memang apa yang tertulis, benar adanya! Kita akan selalu jeli melihat kuman diseberang lautan, tetapi gajah dipelupuk mata sendiri, tidak akan disadari keberadaannya.

Kita kesulitan atau bahkan tidak bisa melihat kondisi punggung sendiri untuk memberi komentar. Berbeda dengan punggung orang, yang bisa kita lihat dan memberi penilaian sesuka hati.

Dalam melihat kesalahan orang, seringkali kita menjadi hakim yang kejam, dengan bengis kita akan menuntut perbaikan dari orang tersebut. Sedangkan untuk kesalahan diri sendiri, kita banyak minta toleransi. Jiwa kita memberlakukan peraturan berstandar ganda. Untuk orang lain ‘Don’t’ sementara untuk kita ‘Do’.Jiwa kita banyak menuntut hak, sementara pada orang lain, kita menuntut kewajiban orang.Jika kita buat bagan pembagian antara hak dan kewajiban, maka untuk diri kita sendiri, hanya hak yang kita besarkan porsinya, sementara kewajiban sebanyak mungkin kita tepiskan, bahkan kita hilangkan keberadaannya.

Banyak kesulitan timbul karena kita menempatkan jiwa kita pada ‘area budak’, seorang budak akan bertindak untuk menyenangkan tuannya saja, bukan berbuat berdasarkan keinginan berprestasi. Pola pikir demikian banyak terjadi pada lingkungan organisasi, mereka bekerja berdasarkan ketika atasan melihat, begitu atasan berlalu mereka akan kembali pada polanya, bekerja hanya sebagai pengisi hidup, bukan sebuah prestasi.

Di dunia ini punya hukum yang jelas dan seimbang, “siapa menabur dia akan menuai”,jika kita hanya menabur kebencian, maka kita akan menuai hal yang sama. Demikian juga sebaliknya.Berdasarkan hal ini,kita harus berani keluar dari lingkaran kebiasaan untuk memiliki standar keadilan untuk jiwa sendiri. Jika kita salah, akuilah dan berusaha untuk minta maaf. Demikian juga dengan kesalahan orang lain, kita bisa meluaskan area toleransi untuk membawa perubahan yang positif. Mencemooh hanya menciptakan kebencian, Tetapi kritik membangun yang disampaikan dengan kasih sayang mampu melumasi roda ketidak beradayaan.

Jika di alam pikir kita selalu hal negatif yang ada, memandang orang lain sebagai si malas, si jahat,si kikir yang selalu membuat susah hidup orang lain. Maka kita juga siap-siap akan mendapatkan segala hal demikian adanya. Sebab hukum energi akan menarik energi yang sama kembali pada kita sendiri. Dalam metode Autohypnosis penyembuhan di bidang psikiatri, segala niat batin terjadi dialam bawah sadar dulu, dan akan terealisasi kemudaian di alam kenyataan.Penting sekali mengisi alam niat kita dengan hal positif, agar terhindar dari hal-hal negatif yang kita polakan sendiri.

[caption id="attachment_171807" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption]

Jiwa & Uang

Dalam interaksi dengan sesama di alam dunia modern ini, dunia menciptakan ‘uang’ sebagai bentuk pertukaran kepemilikian uang dan jasa. Dengan uang banyak orang menjadi pribadi yang sulit ditebak, bisa dia menjadi orang yang murah hati untuk membagi kelimpahan miliknya, atau menjadi pribadi yang terus menerus memeras sesamanya untuk menimbun uang miliknya.

Kalimat bijaksana mengatakan ‘jangan membenci uang, tetapi juga jangan jadi hamba uang’. Jadikanlah uang hanya sebagai alat tukar untuk memperlancar kehidupan, bukan sebagai suatu tujuan untuk menimbunnya. Segala sesuatu yang tertimbun membutuhkan tempat khusus. Demikian juga uang! Jangan biarkan dia menempati seluruh ruang hati dan pikiran, bahkan kehidupan kita.Dalam kitab agama Buddha ada wejangan sang guru yang berkata “Sumber penderitaan hidup adalah kemelekatan, kepemilikan atas benda-benda di dunia fana ini”

Jika kita mengumpamakan hidup di dunia ini, kita sebagai tamu. Semua yang ada bukan milik kita, hanya milik pemilik lokasi, kita hanya tamu yang diizinkan untuk menggunakan apa yang ada. Tetapi bukan untuk dimiliki dan dibawa mati. Harta benda tidak bisa kita bawa ke liang kubur, hanya perbuatan-perbuatan kita yang akan tertinggal dan tetap hidup di alam kenangan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan diri kita selama hidup ini.

Standar ganda keadilan

Banyak hubungan pertemanan, hubungan bisnis bahkan hubungan dalam rumah tangga mengalami keretakan antara pasangannya, karena ketidak adilan dalam penggunaan uang. Kita sulit menerapkan keadilan pada jiwa sendiri ketika menempatkan uang dalam kehidupan ini. Seorang rekan bisnis bisa dibunuh hanya karena uang, saudara saling menuntut warisan untuk meminta haknya. Pertemanan berubah menjadi musuh besar, hanya karena uang!. Seorang istri dibenci suaminya hanya karena ketidak adilannya dalam pembagian uang pada lini-lini kehidupan rumah tangganya. Banyakdalam cerita rumah tangga, bagaimana pertengkaran suami istri terjadi, hanya karena sang istri memberi sumbangan uang yang jauh lebih kecil pada orang tua suaminya, dibanding pada orang tua dirinya.

Kejujuran, keadilan dalam penggunaan uang sebaiknya tetap diterapkan dalam segala bentuk ikatan, baik itu dalam ikatan bisnis, atau rumah tangga. Beberapa klien saya terpaksa bercerai hanya karena ribut-ribut, akibat ketidak adilan dalam pembagian uang pada pos-pos pengeluaran. Uang bisa membuat jiwa kita menjadi kosong ketika, mendapat kenyataan, bahwa pendapatan (gaji) bulanan kita hanya mampir di dompet dan habis lenyap untuk membayar semua kebutuhan hidup. Semua hanya karena uang!

Uang bukanlah hal yang maha penting dalam hidup ini, tetapi tidak bisa dipungkiri, hidup tidak memiliki uang membuat kita menderita, karena saat ini, alam dunia modern membutuhkan uang untuk menukar segala kebutuhan hidup. Banyak orang miskin menghibur diri dengan mengatakan “Biarlah miskin, yang penting bahagia”. Banyak orang kaya mencemooh “Bagaimana bisa bahagia, jika perut sangat lapar, anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah” dan beberapa penonton akan berkata“ya lebih baik menangis di dalam gedung mewah, daripada menangis dipinggir jalan dalam kemiskinan”

Jangan tempatkan status hidup kita berdasarkan kepemilikan jumlah uang!, orang yang memiliki banyak uang dalam hidupnya, tidak akan memiliki perbedaan derajat dalam orang yang kekurangan uang dalam hal kebaikan, kejujuran, kearifan berpikir.

Ketika dunia heboh dengan banyak hal tentang kemiskinan yang menghasilkan penderitaan. Sementara di sisi lain, banyak orang berlimpah harta menangis karena hidupnya terjepit waktu, sehingga untuk sekedar ingin bercengkrama dengan keluarganyapun, mereka tidak memiliki waktu.Maka bisa disimpulkan, baik orang kaya ataupun orang miskin harta, yang mereka miliki sebagai harta berharga di dunia ini adalah Waktu!

Soal kesuksesan orang,tidak bisa diukur dengan kepemilikan uang, sukses itu sangat relatif tidak ada standar bakunya, hanya yang membedakan orang sukses dan berpotensi sukses adalah mereka yang bisa adil memandangdan menerapkan penggunaan waktu dalam hidup ini!. Seorang ayah yang tahu bagaimana harus adil terhadap putra-putrinya untuk kesuksesan hidup, tidak akan memanjakannya dengan harta benda, tetapi jiwanya adil memberdayakan potensi yang dimiliki sang putra-putri berdasarkan waktu.

Membicarakan orang-orang yang akan menduduki kursi kesuksesan, ternyata ciri khas mereka, adalah memiliki tingkat pemahaman yang tinggi atas diri mereka sendiri. Mereka tahu nilai-nilai dan tujuan-tujuan hidupnya, sehingga mereka menggunakan waktu dengan seefisien mungkin. Mereka punya program hidup yang jelas.

Dalam salah satu bukunya, Philip Humbert mengatakan: “orang yang sukses, Mereka semua memahami jaringan hubungan teman dan kolega. Mereka memberikan keadilan dalam penghargaannya pada semua orang yang pernah mengajari mereka segala sesuatu dalam kancah hidup ini”.

Daripada sibuk mencemooh kekurangan orang lain dan menerapkan standar ganda yang hanya akan menimbulkan perselisihan dan kemarahan, lebih adil untuk jiwa kita menghargai setiap hal yang kita dapatkan, baik itu hal menyenangkan atau menyusahkan. Ambil semua hikmah dari apa yang terjadi. Pelajari dan terapkan untuk suatu perbaikan, dan melangkah pasti untuk masa depan lebih baik.

[caption id="attachment_171806" align="aligncenter" width="300" caption="artikel ini tayang dalam edisi cetak koran Suara pembaruan edisi 15 April 2012"]

13344674801204981037
13344674801204981037
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun