Mohon tunggu...
L H
L H Mohon Tunggu... profesional -

seorang ibu yang senang membaca & menulis ------------------ @ di Kompasiana ini TIDAK pernah pakai nick lain selain nama asli yg skg disingkat menjadi LH.----- di koki-detik pakai nick 'srikandi' \r\n\r\n----------------\r\nMy Website: \r\nhttp://www.liannyhendranata.com\r\n\r\n----------------\r\n\r\nmy twitter : \r\nhttp://twitter.com/#!/Lianny_LH\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasangan tidak bisa berbohong?

19 Juni 2011   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keakraban terhadap anak dan pasangan akan terjadi jika kita punya kedekatan batin bersama. Sejumlah penelitian ahli jiwa mendapatkan kenyataan ibu yang menyusui lebih mengerti arti tangisan bayinya. Dan Bayi yang cukup lama mendapatkan ASI ibunya akan lebih mengenal suara ibunya, dan menjadi tenang dalam dekapannya. Demikian juga dengan pasangan, jika kita banyak berhubungan akrab antar bathin dan bathin, bukan sekedar pertemuan fisik saja, maka kita lebih mengerti apa kemauan pasangan kita tanpa mereka mengatakannya.

Sebagian perempuan banyak tersita waktunya hanya untuk anak, mereka lalai memperhatikan suaminya, terlebih ketika dia sudah menjadi seorang ibu dari beberapa anak. Tidak ada yang salah kita fokus pada buah hati, tetapi jangan sepelekan, hati terluka seorang suami yang cemburu pada anaknya sendiri.

Seorang lelaki yang bertanggung jawab, akan menjadi dewasa ketika dia mulai menjadi ayah, demikian juga seorang perempuan, kehidupan rumah tangga dalam ikatan pernikahan menjadikan kita cepat belajar akan rasa nyaman karena pengertian. Bahkan seorang Casanova, memberikan ilmunya menghadapi perempuan, untuk membuat pasangan mencintai anda, I don’t conquer, I submit (Saya tidak menaklukkan, saya mengalah) makna kata mengalah disini, kita lebih banyak mendengarkan, mengerti akan kemauan dan maksud dari ‘bahasa tubuh’ pasangan kita, daripada kita banyak menuntut.

[caption id="attachment_114806" align="aligncenter" width="300" caption="doc. Corbis by google"][/caption]

Keakraban jiwa membuat kita mengerti

Sebagian orang mengatakan, “pasangan saya tidak bisa membohongi saya”, itu benar adanya. Sepasang suami istri yang akrab akan segera mengetahui kejanggalan yang dilakukan oleh pasangannya, penelitiandr. Trisha Stratford, dari Sydney University of Technology, seperti dikutip dari Daily Mail. "Ketika tahapan itu terjadi kita dapat dapat membaca otak dan pikiran orang lain dalam level yang dalam atau bisa dikatakan sebagai kemampuan indera keenam"

Hidup menjadi lebih bermakna jika kita diberi tanggung jawab, dan mampu mempertanggung jawabankan apa yang diberikan. Tidak ada yang salah dengan kemajuan jaman, dan kemajuan yang dicapai oleh perempuan, tetapi kita tidak bisa menghapus ‘kodrat’ sebagai seorang ibu dimana rahim kita tempat bertumbuh cikal bakal anak manusia. Keharmonisan jiwaraga menjadi hal yang harus diprioritaskan dalam kehidupan ini. Buat apa kita menduduki jabatan tinggi dengan gaji yang besar, jika kita bersedih melihat anak dan suami kita tercerai berai menikmati dunianya masing-masing, tanpa melibatkan diri kita didalamnya.

Saat ini banyak perselingkuhan dan kenakalan remaja, pemakaian obat terlarang yang semakin bertambah jumlah pemakainya, lebih disebabkan oleh hilangnya keharmonisan rumah tangga, sirnanya keakraban antar anggota keluarga, semua berjalan sendiri-sendiri dengan keasyikannya. Kecanggihan teknologi menambah lebar jurang pemisah, karena anak, pasangan akrab dengan semua orang di dunia maya, tetapi terpisah dari keakraban justru terjadi di dunia nyata.

Kata ‘Kodrat’ jangan dipakai sebagai senjata oleh kaum lelaki untuk menyalahkan, kaum perempuan, atas apa yang terjadi dalam rumah tangganya, sebuah keluarga dibangun oleh sepasang manusia yang menghasilkan keturunan, maka jika terjadi suatu ‘kecelakaan’ dalam rumah tangga tersebut, jelas ini masalah bersama, bukan hanya sepihak. Seorang lelaki yang bertanggung jawab secara moral, tidak akan serta merta menyalahkan istrinya yang sibuk bekerja diluar rumah, ketika anaknya terjatuh karena kelalaian pengasuhannya. Ayah yang memiliki tanggung jawab jiwa yang kuat, akan merasa, musibah yang menimpa anaknya, itupun tanggung jawab dia sebagai ayah dari anak tersebut, dan berusaha memimpin penyelesaian masalah tersebut dengan sikap yang bijaksana dan tanggung jawab yang kuat.

Perlu kita ingat, jaminan hidup sukses dengan bahagia untuk anak-anak, bukan hanya kita sebagai orang tua mampu memberikan pendidikan yang bagus dan mahal, apalagi ber’gengsi’ karena menyekolahkan anak di luar negeri. Tetapi lebih kepada bagaimana kita menumbuhkan mental yang kuat, jiwa yang harmonis serta bahagia yang selalu siap menjalani kehidupan ini, sebagai siklus pengalaman yang harus dijalankan dengan mawas diri dan sikap bathin yang pantang menyerah.

Sebagai orang tua bagaimana kita mampu mendidik anak dengan sikap mental yang kuat, jika kita sendiri lari dari tanggung jawab? Kita lebih asyik dengan dunia kita sendiri, mengejar ego dan rasa senang versi diri sendiri, banyak alasan dibuat untuk pembenaran diri. Anak-anak dan pasangan, dianggap sebagai pelengkap hidup saja, bukan sebagai sentral perhatian dan curahan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun