Bulan Puasa, sebagai bulan penuh Rahmat, itu indentik dengan ritual keagamaan umat muslim yang biasa dilakukan satu bulan penuh menjelang hari lebaran.Tentu saja menjalankan puasa bukan saja hanya umat muslim, tetapi umat agama lain juga ada ritual puasa, seperti umat katolik yang bisa puasa menyongsong hari raya 'kamis putih', begitu juga umat Budha dan Hindu.
Bagi umat muslim,Perintah berpuasa terdapat dalam Al'quran disurat Al-Baqarah ayat 183 "Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa"
Puasa jika ditinjau dari literatur kesehatan, suatu hal yang bagus karena kita bisa membersihkan saluran pencernaan, dan jika ditinjau dari kejiwaan, puasa menjadi suatu seni ketrampilan jiwa kita untuk menetralisir godaan.
Walaupun puasa ini indentik dengan menahan godaan dari nafsu makan dan minum, tetapi bagi ritual puasa keagamaan, hal ini juga seni ketrampilan jiwa kita untuk menetralisir godaan lainnya, seperti hawa nafsu untuk marah, sikap-sikap negatif lainnya, makna dari Puasa, kita harus mawas diri melatih kesabaran dan toleransi.
Menahan godaan
Ketika kita hidup dalam berkecukupan, mungkin pada saat kita menginginkan sesuatu, tidak ada kendala yang berkaitan dengan keuangan.! tetapi bagaimana dengan orang yang hidup dalam batas minimal bahkan kekurangan.?Tentu saja, tidak mudah mendapatkan keinginan-keinginan pribadi, termasuk makan dan berpakaian cukup.
Seperti kita ketahui bersama, sesudah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, sampailah kita pada perayaan Hari raya Idul Fitri, dimana umat muslim merayakannya dengan makanan enak dan pakaian baru. Hal ini dipersiapkan keberdaannya dalam bulan puasa, dimana seharusnya kita menahan godaan, termasuk godaan berbelanja berlebihan.
Kita tidak menjadi heran, jika bulan Ramadhan tiba, malah para ketua RT & RW menghimbau pengalakan ronda keamanan di daerah masing-masing ditingkatkan. bukankah dalam bulan suci Ramadhan ini banyak orang justru sedang mawas diri, menjalankan ibadah puasa menahan godaan nafsu dan sebagainya, harusnya kan pasti lebih aman dari bulan-bulan lainnya.
Berita kejahatan, seperti pencopetan, penjambretan dan perampokan, sampai maling di supermarket semua meningkat angka kejadiannya. kemarin saya ada disalah satu super market besar, ketika waktu menunjukan jam 17.30 terdengar pengumuman dari pengeras suara :”seluruh petugas keamanan dan staf konter siap ditempat masing-masing’
Saya tanya pada seorang pelayan, mbak kenapa justru di jam buka malah penjagaan diperketat.?, dia menjawab, “wah kadang pengunjung meningkat drastis Bu, trus banyak barang pindah kekantongnya, kita ini yang kena getahnya, harus bertanggung jawab.!”
Tadi pagi saya dapat kabar dari seorang teman di Bandung yang mengabarkan, kemarin rumahnya dibobol maling, tiga hari lalu saya juga dapat curhat dari teman di Jakarta timur, bahwa rumahnya juga dimasukin dan habis dikuras maling.!
IRONIS bukan….? kenapa justru dibulan penuh Rahmat, justru angka kejahatan meningkat.? hal ini terjadi karena banyak faktor.! salah satunya banyak dari kita lupa bertoleransi, untuk tidak menonjolkan diri dalam membelanjakan uang pada bulan puasa, yang tentu saja membuat iri dan duka bagi orang yang tidak mampu, sehingga banyak yang gelap mata, mengiring mereka dalam perbuatan dosa yaitu menjadi pencuri, maling dan rampok, hanya karena tuntutan kebutuhan untuk lebaran.
Kikislah kebiasaan bermewah dihari Lebaran
Jika kita tidak ingin memperpanjang rantai terciptanya 'copet, maling, rampok' dadakan menjelang lebaran, sebagai orang yang biasa (mampu) membeli pakaian pada hari biasa, bukan hanya karena tunggu kesempatan setahun sekali, mendapat Tunjangan Hari Raya, apa salahnya kita tidak ikut memborong pakaian baru untuk merayakan lebaran justru dibulan puasa ini. Seperti kita ketahui masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan, dan kecemburuan sosial berbahaya untuk keamanan bersama.
Penulis bersempatan diskusi dengan dua orang teman yang mengamati dari luar Indonesia, yaitu Della Anna dari Belanda dan Mimin dari Amerika yang memberi pendapatnya, mengapa kecemburuan sosial dalam bulan penuh rahmat ini memicu orang berbuat nekad yaitu : 1) semua kebutuhan pangan, harganya naik drastis setiap menjelang puasa, tentu saja diiringi kebutuhan perut keluarga tak bisa di tahan-tahan lagi. 2) setelah berpuasa seharian, si kecil yang merengek minta baju baru untuk hadiah lebaran. 3) pekerjaan dengan gaji yang tidak menjanjikan, malah kadang mendapat musibah yaitu di PHK menjelang puasa/lebaran, sementara tidak mempunyai uang tabungan, Tunjanganpun sangat minim jumlahnya.
Jika sedang berpuasa, tetapi tingkah laku masih sama seperti sebelum puasa. kita tetap orang yang sama, yang belum bisa melepaskan diri dari dari kepentingan ego dan kesombongan diri, sehingga kebutuhan hidup yang tidak seimbang dengan tuntutan menjelang hari Raya, membuat insan nekad melakukan kejahatan, seperti pencurian, dan sebagainya.
Kita manusia hanya malu terhadap sesama manusia, jika kita tidak memakaikan diri dan anak-anak kita pakaian mewah dihari raya, tetapi tidaktakut dan malu terhadapAllah,yang akan menilai ibadah puasa kita diterima atau tidak, semuanya tergantung dari kelakuan kita sendiri.
Biarpun kita rajin menunaikan ibadah puasa, tak tercela. tetapi dibalik ini kita masih sama melakukan perbuatan tercela, bersombong diri, serakah dan pamer kekayaan, maka amal ibadah kita masih jauh dari kata sempurna.!
Dalam beritual puasa ini kita harus mawas diri, berhenti menciptakan maling, pencopet, perampok baru hanya karena kita tidak mampu menetralisir godaan untuk pamer kekayaan diri, dan merasa punya nilai lebih dengan bungkusan pakaian mewah dan barang perhiasan berkilau menyilaukan hati orang lain yang tidak mampu dan sengsara karenanya.!
tulisan ini berasal dari: