Mohon tunggu...
L H
L H Mohon Tunggu... profesional -

seorang ibu yang senang membaca & menulis ------------------ @ di Kompasiana ini TIDAK pernah pakai nick lain selain nama asli yg skg disingkat menjadi LH.----- di koki-detik pakai nick 'srikandi' \r\n\r\n----------------\r\nMy Website: \r\nhttp://www.liannyhendranata.com\r\n\r\n----------------\r\n\r\nmy twitter : \r\nhttp://twitter.com/#!/Lianny_LH\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jiwa yang Kehilangan Kasih Sayang

22 Januari 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang sekarang banyak yang dengan sangat mudah kehilangan kasih sayang dari hatinya, sehingga mampu menganiaya, bahkan membunuh sesamanya hanya karena hal kecil saja. Sebaliknya, kita diperlihatkan banyak ulah hewan yang mengajarkan arti persahabatan dan kesetia kawanan yang dilandasi kasihsayang.

Manusia memiliki slogan ‘kemanusiaan’ yang bersifat manusiawi, untuk menginfikasikan kelembutan jiwanya. Sedangkan hewan, memiliki julukan sebagai makhluk yang memiliki sifat ‘kebinatangan’ untuk mengindifikasikan sebagai naluri kebuasan jiwanya.

Di Nairobi, Kenya, Seekor anjing telah menyelamatkan seorang bayi perempuan yang dibuang dalam keadaan sekarat. Anjing itu membawa bayi tersebut melewati jalanan yang ramai, agar orang-orang melihat dan berharap mau menyelamatkan bayi tersebut. Dari kisah ini siapa yang mempunyai sifat ‘binatang’ dan siapa yang memiliki sifat ‘manusiawi’, anjing itukah atau manusia pembuang bayi tersebut?

Belakangan ini, berita yang berkaitan dengan kekejaman atas ulah manusia pada manusia lainnya, telah mendominasi media elektronik maupun cetak, baik itu berita yang berasal dari luar negeri ataupun dalam negeri. Hal ini bukan saja terjadi atas sekelompok orang, tetapi ini terjadi atas perorangan dan dengan masalah pemicu yang sangat sepele saja. Kita prihatin dengan hal ini. Satu pertanyaan yang mungkin banyak orang mempertanyakannya “kenapa hal ini bisa terjadi?”

Kita ambil beberapa contoh kasus hilangnya nyawa seseorang oleh kekejaman sesamanya dengan pemicu hal yang sepele, seperti kasus ‘mayat dalam lemari’ ternyata pemicunya hanya karena korban bersikeras, meminta pelaku pembunuhan itu untuk mengantarnya mencari suaminya. Tetapi dibalik hal sepele tersebut, terdapat hal yang sangat sepele lainnya, yaitu ‘mengapa korban tidak mau mengerti bahwa pelaku meminta pengertiannya untuk menunda waktunya, karena dia harus bekerja’. Korban dibunuh karena mencaci maki pelaku, karena tidak meluluskan keinginannya, sehingga pelaku kehilangan kesabarannya’. Itulah Keterangan awal yang diberitakan Vivanews dari tersangka bernama Joko, 34 tahun dan Luki, 28. tersangka pembunuhan terhadap korban yang diketahui bernama Sri Mukti.

Kasus pembunuhan dengan hal yang lebih sepele lagi, yaitu ‘Kentut yang membawa maut’. Sebuah nyawa melayang sia-sia karena bercanda yang keterlaluan, alhasil bukan senang yang didapat malah jadi petaka. Itulah yang dialami Ribut Supriyanto, remaja berusia 17 tahun. Warga Perumnas Jatiroto Permai, Kecamatan Jatiroto, Lumajang yang akhirnya tewas di tangan sahabat mainnya, Jefri Ananta, 20, lantaran olok-olok dan tingkah bergurau Supriyanto dianggap keterlaluan. Jefri mengatakan, Supriyanto kerap kentut dengan sengaja di depan mukanya dan melontarkan ejekan dengan kata-kata kotor. Kapolsek Jatiroto AKP Mochamad Toha mengatakan, pelaku saat ini ditahan di Mapolsek Jatiroto.

Satu lagi kasus yang baru saja terjadi (sumber berita: detik15/01/2012), hanya karena suka menulis hal-hal yang sekedar iseng, Koko Permana (23) tewas akibat dikeroyok oleh dua orang remaja. Pengeroyokan dipicu karena Koko menulis kata-kata tidak senonoh di dinding akun ‘facebook’ milik Citra, mantan pacarnya

Pada media asing dari Huffington Post, Senin, 7 November 2011, Berita ini juga disiarkan “Tempo.com” kejadian ini terjadi di Lowa, Bagaimana sahabat berubah menjadi musuh yang kejam sehingga ingin sahabatnya itu mati terbakar hidup-hidup.Kisah dimulai saat Harris meminta Nikki Rasmusen untuk membuat undangan pesta via jejaring pertemanan Facebook.

"Saat tanggal pesta semakin dekat, ternyata banyak undangan yang menyatakan mereka tidak akan hadir, dan pestanya kemungkinan akan batal," ujar Jack Kamerick, polisi Iowa yang menangani kasus ini, menerangkan peristiwa tersebut menyulut pertengkaran antara kedua wanita ini, dan berujung pada pemutusan pertemanan di Facebook.

Balasan yang diberikan Harris atas tindakan Rasmusen ternyata cukup mengerikan. Minggu lalu, wanita ini mencoba membakar rumah pasangan Jim dan Nikki pada pukul satu malam. Pasangan yang sedang tertidur lelap ini beruntung dapat terbangun setelah mendengar bunyi yang keras dari garasinya, dan berhasil memenyelamatkan diri. Harris saat ini sedang ditahan di penjara Polk County, dengan tuduhan usaha pembakaran tingkat pertama.

Belajar dari hewan

Ketika jiwa kehilangan kasih sayang, semua hal bisa terjadi, seperti berita yang dikutip dari pelbagai media di Tanah air, dimana seorang ibu tidak segan-segan mematahkan kaki tangan bayinya sendiri, karena merasa marah pada ayah sang bayi yang meninggalkannya. Berita yang memprihatinkan dan membuat kita merinding dengan perasaan ngeri, melihat Feri bayi berusia 5 bulan, harus mengalami perawatan intensif di RSUD Koja, Jakarta Utara.

[caption id="attachment_156920" align="aligncenter" width="300" caption="foto by google"][/caption]

Hilangnya kasih sayang dihati, membuat kita menjadi makhluk yang mengerikan, hati diliputi perasaan benci dan marah. Banyak hal yang memicu kita menjadi budak kebencian, salah satunya perasaan kecewa. Banyak orang yang tidak mampu menerima kekecewaan.

Yang membedakan kita manusia dengan hewan, kita punya nurani. Tetapi kemanakah, perginya hati nurani ini?. Ketika manusia saling mengumbar kebencian satu dengan lainnya, hewan mengajak kita belajar tentang cinta dan kasih sayang tanpa pamrih. Cerita dibawah ini memberi gambaran, tidak perduli hal ini terjadi dengan situasi berlainan bangsa, ketika kasih sayang menjadi landasan hidup, maka yang ada hanya kebaikan dan ketulusan dalam berbuat.

Michelle Feldstein dibuat takjub dengan kesetia-kawanan lima ekor domba dan lima ekor kambing yang datang bersamaan dengan seekor kudabernama Sissy berusia 15 tahun. Kondisi kuda ini kedua matanya tidak melihat, dia buta.

Kambing dan domba penjaga itu tidak pernah jauh dari sisi sang kuda. Mereka tidak pernah meninggalkan Sissy seorang diri. Mereka membimbing Sissy ke tempat makanan dan air, serta mengarahkannya ke kandang kuda ketika badai salju jatuh. ”Mereka menunjukkan kepada Sissy di mana tempat air dan berada di antara Sissy dan pagar untuk memberi tahu bahwa di depan Sissy ada pagar,”. Persahabatan dan kasih sayang yang luar biasa, demikian Feldstein mengatakannya.

Feldstein , mengumpulkan hewan-hewan yang sudah tidak dikehendaki oleh pemiliknya. Dia dan suaminya, seorang pensiunan editor dari majalah Mad, dalam satu tahun dapat menghabiskan dana hingga 50.000 dollar AS untuk memelihara hewan-hewan telantar itu. Saat ini ada 200 hewan berbagai jenis yang mereka pelihara.

[caption id="attachment_156922" align="aligncenter" width="300" caption="foto by google"]

1327202695279099480
1327202695279099480
[/caption]

Tentang kasih sayang antar binatang berbeda jenis, bisa disaksikan dengan pelbagai contoh, salah satunya, tentang seekor induk anjing yang berjuang menyelamatkan diri, dengan berenang sambil menggendong seekor anak monyet di punggungnya, ini terjadi dalam musibah banjir di Thailand belum lama ini.

Demikian juga media ‘on-line’ membicarakan sebuah foto, dimana terlihat seekor induk monyet berlari menggendong seekor anak anjing yang masih kecil, ketika sebuah pabrik meledak dan terbakar di China. Di sebuah kebun binatang, seekor induk monyet bahkan menyayangi kedua anak angkatnya yaitu dua ekor anak singa. Jika binatang saja bisa memiliki kasih sayang, mengapa kita kehilangan kasih sayang dari hati ini?

Keunggulan manusia yang tidak dimiliki hewan, adalah Cita-cita, manusia boleh mempunyai cita-cita setinggi apapun, Tetapi hewan, hanya bisa menjalani hidup tanpa cita-cita. Mengapa kita harus kehilangan kasihsayang, untuk mencapai cita-cita akan sebuah dunia yang dihuni bersama dengan rasa damai sejahtera.

Marah dan benci itu salah satu warna dalam kehidupan, tetapi jangan biarkan warna itu menjadi dominan menenggelamkan warna lain, yaitu cinta, kelembutan dan kasih. Penelitian para ahli jiwa sudah membuktikan, dimana banyak penyakit mematikan, timbul karena perasaan negatif, salah satunya kebencian yang menumbuhkan perasaan tidak mampu memaafkan.

Kalimat bijaksana yang bagus mengajarkan pada kita: “jika kita memelihara kebencian, hal itu, sama seperti orang meminum racun sedikit demi sedikit, sambil berharap orang lain yang mati”. Itulah yang harus kita sadari, Racun itu kita yang meminumnya, berarti tubuh dan jiwa kita yang akan menderita. Bukan orang lain yang kita benci.

Kadang begitu bencinya kita pada seseorang sampai sulit untuk memejamkan mata, membuat semua makanan terasa pahit dan membuat hari-hari dilalui dengan begitu sengsara. Sementara orang yang membuat kita menjadi demikian, sedang bersenang-senang tanpa memikirkan diri kita. Maka berhentilah memelihara benci, karena akan menjadi bumerang untuk kesehatan kita sendiri.

artikel ini tayang pada edisi cetak koran Suara Pembaruan 22 Januari 2012

13272023051705319544
13272023051705319544

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun