Memanjakan, mempunyai makna yang berbeda dengan memberi perhatian. Jelas kita semua akan memberi perhatian lebih pada orang yang kita sayangi, sebagai contoh terhadap pasangan, terlebih pada anak-anak. Tetapi bagaimana cara kita mengekspresikan perhatian tersebut akan memberi dampak yang berbeda pada perkembangan kepribadiannya. Seringkali kita rancu dalam mengekspresikan perhatian dan memanjakan,begitu juga dengan disiplin dan aksi memberi hukuman.
Memberi perhatiaan, bukan berarti kita akan membantu setiap gerak anak-anak mulai dari hal kecil seperti memakai kaos kaki dan memakai pakaian. Anak usia balita sudah bisa diajak untuk berlatih mengerjakannya sendiri. Hal ini sangat perlu untuk pembentukan kemandirian dirinya. Selain untuk kemandirian, anak-anak dilatih syaraf-syaraf motoriknya, sehingga tangan dan kaki dan semua gerakan anggota tubuhnya menjadi luwes untuk digunakan dan berkembang sebagaimana adanya.
Pada pasanganpun berlaku ‘hukum’ tak tertulis yaitu hargai privacy masing-masing, jangan karena kita sangat memanjakannya dengan memberi perhatian-perhatian. Dipihak lain, pasangan kita merasa tertekan sebagai orang yang merasa diawasi dan dituntut menurut.
by kompasiana
Kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua di budaya kita adalah, penilaian semu, yaitu ‘jika kita banyak membantu anak-anak maka itu orang tua yang baik dengan penuh perhatian’, Berbeda denganbudaya asuh latih anak dari banyak Negara lain, dimana orang tua lebih menekankan pada kepercayaan terhadap anak-anaknya, Mereka membiarkan anak berkembang, mereka percaya, anak-anak mampu melakukan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan sendiri. Begitu juga ketika menanjak usia remaja, orang tua juga memberi kepercayaan bahwa anak-anaknya mampu mengendalikan masalah seputar seksualitas mereka, maka kita ketahui bersama, di banyak Negara maju masalah pengetahuan dan pendidikan seks sangat terbuka antara orang tua dan anak, demikian juga di masyarakatnya.
Selain memanjakan, seringkali orang tua senang mendisplinkan anaknya dengan cara menghukum, padahal mendidik dan menghukum adalah dua hal yang berlainan makna dan berlainan cara mengekspresikannya. Menghukum diri sendiri juga banyak dijalankan orang tua terhadap dirinya sehubungan asah asuh anak ini, Hal ini lebih jelas, jika orang tua ini sangat sibuk dengan dunianya, mereka merasa sangat bersalah karena tidak banyak waktu untuk bersama anak-anaknya, nah disinilah timbul sikap memanjakan yang akhirnya membawa dampak ‘racun’ pada perkembangan kepribadian anak-anaknya.
Banyak sikap dari orang tua yang mencoba lari dari kenyataan, mereka merasa telah mengabaikan tanggung jawab sebagai orang tua terutama kaum ibu, karena kesulitan untuk hadir menemani aktivitas anak-anaknya, sehingga mereka memberi kompensasi berupa kemanjaan, seperti pemberian hadiah yang tidak tepat dan sangat berlebihan, kasih sayang yang diwakilkan oleh pengasuh anak-anaknya. Dengan berbuat demikian, mereka akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat, merasa bahagia karena anak-anaknya tercukupi dengan hadiah dan fasilitas hidup yang mewah dan layanan kasih sayang dari orang upahannya.
Sebagai orang tua, tentu saja kita menginginkan mempunyai anak-anak yang baik, dan menjadi kebanggaan orang tua. Kita tidak menginginkan kegagalan dalam perkembangan anak-anak, Maka suatu kewajiban bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan bekal informasi dan perlakukan yang tepat guna, dimana kita berusaha membekali mereka dengan pendidikan mental yang kuat, supaya tidak menjadi pribadi yng labil dan mudah menyerah, pendidikan moral dan agama yang selaras, agar terbentuk menjadi manusia yang berakhlak dan berbudi luhur selain berilmu tinggi, karena semua unsur saling berkait tidak dapat terlepaskan.
Kembali kita mengenang nasihat Albert Einstein (1879-1955) sebagai berikut: “Religion without science, is lame, Science without religion is blind”. (Agama tanpa ilmu pengetahuan akan timpang, Ilmu pengetahuan tanpa agama, akan buta) maka penting bagi kita orang tua membekali puta-putri dengan akhlak yang baik, karena dengan pengetahuan dan ilmu yang tinggi, seseorang bisa menjadi manusia jenius.! Tetapi jika mempunyai akhlak yang rendah, jadilah dia seorang teroris baik untuk keluarganya, juga untuk lingkungan hidupnya.
by google
Banyak cara untuk mengekspresikan kasih sayang kita, ketika diri kita tidak mampu untuk bersama anak-anak, kualitas pertemuanyang lebih utama daripada kuantitas waktu. Jaman sekarang teknologi sudah sangat maju, gunakan semua untuk menambah kualitas hubungan orang tua dan anak, begitu juga dengan pasangan. Anak maupun pasangan yang merasa Kurang Perhatian, membuat mereka mencari perhatian diluar rumah.
Penularan Energi Stress
Banyak penelitian membuktikan, kondisi distres ibu yang sedang hamil memengaruhi kondisi batin secara menyeluruh pada si janin, baik pertumbuhan fisiknya, juga pertumbuhan kejiwaannya. Demikian juga selanjutnya orang tua yang depresi akan mempengaruhi tumbuh kembang anak-anaknya, Jangan menyalahkan pribadi anak jika mereka akhirnya menjadi penderita depresi, hanya karena frustasi akan sikap orang tuanya.
Banyak anak-anak berkembang menjadi pribadi yang frustasi,karena banyak orang tua yang memaksakan kehendak dirinya, kita lupa bahwa anak adalah pribadi yang terpisah, kita tidak bisa menerapkan semua cita-cita yang ada dipikiran kita untuk anak-anak. Kasus drop out dibanyak universitas dikarenakan anak-anak yang merasa bosan dan ‘salah’ jurusan. Ketika diselidiki apa yang terjadi dibalik alasan tersebut, ternyata banyak anak menjawab : ‘mereka memilih jurusan tersebut bukan pilihannya, mereka menjalankannya, hanya karena berusaha patuh terhadap apa yang orang tua mau.!’