"Matahari tanpa sinar tidak layak disebut matahari. demikian juga dirimu. kau adalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar"kalimat ini meluncur dari mulut suami seorang sahabat yang jengkel melihat teman saya terdiam dan menghentikan 'langkah' hidup karena mendapat'musibah', yaitu niat baik ingin menolong temannya yang disayangi, berubah menjadi tertuduh sebagai penipu, hanya karena faktor kecemburuan dan kedengkian seseorang yang tidak mampu berbuat, fitnah keji yang dituduhkan membuatnya 'shock', dan merasa dunia ini sangat tidak adil dan marah karenanya.
Dua tahun lamanya, sahabat saya itu benar-benar memelihara kebencian dihatinya, yang membuatnya berhenti... ya berhenti berkarya, berhenti memercayai orang lain, dan berhenti untuk membuka peluang sukses yang bisa dia dapat.!sampai suatu hari, dia tersadar, sudah cukup lama dia menjadi pembenci dan sudah cukup banyak gelak tawa dia musnahkan dalam wajah murung yang menjemukan.
Akhirnya suatu hari, dia menelepon saya untuk memberikan banyak proposal untuk segera kerja.. dan berkarya..! akhirnya keputusan dibuat, tahun ini dia akan meluncurkan dua buku sekaligus yang berisi suntikan semangat untuk orang yang sedang mengalami apa yang pernah dia alami. dan memproduksi film layar lebar tentang kisah hidupnya.
[caption id="attachment_84498" align="aligncenter" width="447" caption="foto, kiriman Ernie Rand, Tilburg"][/caption]
Bravo..! atas keputusannya berhenti memikirkan musibah, kitalah matahari itu..! kitalah yang akan memancarkan sinar terang untuk kehidupan ini, banyaknya awan mendung menutupi sinar kita, tidaklah membuat kita berhenti bersinar. Matahari selalu bersinar apapun yang akan menghalanginya.
Saya hanya bisa memberinya selamat dengan mengatakan : "Jangan mau dikalahkan oleh keadaan, tetapi kalahkanlah keadaaan yang membuat hidup kita susah, Jadilah seperti air yang selalu mengalir melewati semua benda". Jadi putuskan sekarang juga, "jangan hidup menanti mati, selama masih ada nafas kehidupan, berbuatlah, berkaryalah" maknailah kehidupan ini dengan tujuan yang jelas. Banyak orang terlambat memaknai hidupnya, banyak sudah orang menutup peluang suksesnya sendiri, banyak orang buang waktu hidupnya dengan sia-sia, tersadar setelah tubuh menjadi renta dan sakit-sakitan.
Seringkali mata kita tidak terfokus kepada keunggulan yang kita punya, kita terlalu asyik melihat keunggulan orang lain.! dari keasyikan kekaguman, berangsur menjadi iri, itulah penyakit.!kita asyik berdecak kagum pada karya orang, dan mencemooh diri sendiri yang tidak berbuat apapun. kita lupa, bahwa sebuah nilai akan diberikan pada perbuatan kita, terlepas hal itu negatif atau positif.
Ketika kita kagum melihat karya orang lain, kenapa tidak bertanya pada diri sendiri, 'apa karyamu.?' 'kapan kamu akan membuat orang lain menghargaimu.?
Bagaimana, orang lain akan menghargaimu, sedangkan dirimu sibuk memberikan penghargaan pada orang lain'.Napoleon Bonaparte menasihati demikian: "Jika penyakit rendah diri hinggap pada anda, segeralah perangi sekuat tenaga dengan hal-hal positif. Dan sadarilah bahwa tidak satupun mahluk didunia ini yang sempurna. Seperti kata pepatah : tak ada gading yang tak retak".
salam bahagia untuk semua,
L.H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H