Mohon tunggu...
Kyyy Arif
Kyyy Arif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya

Saya seorang mahasiswa yang suka menulis sebuah artikel tentang kegiatan saya sehari-hari dan kegiatan perkuliahan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Inovasi Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Mengolah Limbah Batang Pisang Menjadi Pupuk dan Pestisida Organik di Desa Dilem

15 Juli 2024   23:11 Diperbarui: 15 Juli 2024   23:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya kembali menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Kali ini, Kelompok 11 yang terdiri dari Rizky Arif Firmansyah, Kapabel Adi, dan Rindang Raharjo, di bawah bimbingan Ibu Dia Puspita Sari, berhasil mengembangkan metode pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik di Desa Dilem, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto Hal ini selaras dengan Visi yang diusung oleh YPTA UNTAG Surabaya dengan konsep PERTIWI (Patriotisme, Etika Profesi, Ramah Lingkungan, Toleransi dan Transparan, Integritas, Wawasan Global, Inovatif).

Desa Dilem, yang terletak di kaki Bukit Semar, merupakan daerah dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani ladang hutan. Posisi geografis yang unik ini memungkinkan berbagai jenis tanaman seperti pisang, jahe, porang, singkong, dan serai tumbuh subur di area tersebut. Namun, tanaman pisang mendominasi lahan pertanian, seiring dengan berkembangnya industri keripik pisang di daerah tersebut.

"Kami melihat potensi besar dari limbah batang pisang yang selama ini hanya dianggap sebagai sampah," ujar Rizky Arif Firmansyah, koordinator Kelompok 11. "Inovasi kami bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang limbah ini dan mengubahnya menjadi sumber daya yang berharga."

Proses pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik melibatkan beberapa tahap kritis. Pertama, limbah batang pisang dikumpulkan dan dipisahkan dari material lain. Kemudian, limbah difermentasi dengan bantuan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik menjadi nutrisi yang lebih mudah diserap oleh tanaman. Setelah fermentasi, cairan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik cair. Dengan penambahan bahan tertentu, cairan ini juga dapat dijadikan pestisida organik yang efektif.

Kapabel Adi, anggota tim lainnya, menjelaskan, "Pupuk organik cair yang kami hasilkan kaya akan unsur hara yang dapat memperbaiki struktur tanah dan menyediakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sementara pestisida organik kami efektif mengendalikan hama dan penyakit tanaman tanpa meninggalkan residu berbahaya."

Inovasi ini mendapat sambutan positif dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan kelompok tani setempat. "Kami sangat mengapresiasi ide dari Kelompok 11 ini," ungkap Ketua LMDH Desa Dilem. "Inovasi ini bisa membantu kami memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan potensial meningkatkan produktivitas pertanian kami."

Rindang Raharjo, anggota tim ketiga, memaparkan berbagai manfaat dari inovasi ini: "Selain mengurangi limbah organik, pupuk dan pestisida organik ini juga mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan. Para petani bisa menghemat biaya pembelian pupuk kimia dan pestisida sintetis, sekaligus mengurangi risiko terpapar bahan kimia berbahaya."

Program KKN yang berlangsung dari 10 Juli hingga 21 Juli 2024 ini melibatkan total 35 mahasiswa yang terbagi dalam 12 kelompok dengan program kerja yang beragam. Selain mengembangkan inovasi pengolahan limbah, Kelompok 11 juga memberikan pelatihan kepada petani dan pelaku UMKM setempat tentang cara membuat dan mengaplikasikan pupuk dan pestisida organik ini.

Dr. Agus Supriyanto, Kepala Program Studi Pertanian Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, menyatakan dukungannya terhadap inovasi ini. "Inisiatif mahasiswa kami sejalan dengan visi universitas untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga peka terhadap kebutuhan masyarakat dan lingkungan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Dilem, Bapak Suharto, menyampaikan harapannya agar inovasi ini dapat terus dikembangkan dan diterapkan secara luas di desanya. "Kami berharap kerjasama dengan universitas dapat berlanjut, sehingga Desa Dilem bisa menjadi contoh penerapan pertanian organik yang sukses," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun