Mohon tunggu...
Kyota Hamzah
Kyota Hamzah Mohon Tunggu... Freelancer - penikmat sejarah yang kebetulan menulis

Penulis puisi, cerita sejarah dan hal-hal menarik soal sejarah. Kadang menulis fenomena yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan dalam Selangkangan

19 Agustus 2019   18:39 Diperbarui: 19 Agustus 2019   18:51 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan dalam selangkangan. Bagi mereka yang memahami firmannya sebagai pembenaran atas dosanya. Segalanya halal bila bertindak mengatasnamakan nama-Nya. 

Semua diharamkan bila tidak sesuai dengan birahi mereka. Mereka bersama Tuhan namun Tuhan tidak bersama mereka. Menikam sambil memuji layaknya orang kesurupan dunia bukan setan. 

Setan saja malu punya kawan yang bangsat seperti mereka. Setiap ada kerusakan di tempat mereka, nama mereka diungkit-ungkit sebagai tersangka utama. Padahal tugas setan hanya menggoda umat manusia bukan menghasut sesama manusia. 

Begitulah manusia yang menempatkan Tuhan di antara selangkangan mereka, bukan di hati maupun di akal mereka. Lebih utama melayani kelamin daripada menyantuni anak yatim. Kalau pun menyantuni anak yatim harus ada meliput pemberian mereka biar menarik sambil pamer harta dan jasa. 

Wahai anak bangsat yang ada di bumi. Tuhan ciptakan dirimu dan dirinya berbeda-beda agar saling mengenal bukan memenggal, apalagi memakai nama Tuhan untuk membantai. 

Perbedaan adalah rahmat bukan ungkapan laknat wahai keparat. Agamamu ya agamamu, dan agamanya ya agamanya. Jangan paksakan agamamu padanya dengan kebencian dan kekerasan. 

Sajikan agamamu layaknya sesajen yang ramah dan damai padanya. Semua mengajarkan kebaikan Dan kebenaran itu tergantung penganutnya. Cukuplah kau jalani jalanmu dan jangan paksa yang berbeda kecuali bila itu keinginan mereka sendiri. 

Kereta api tak pernah menyerobot jalur kereta lain. Jadi lakukan tugasmu wahai wayang bila kau sendiri ingin dibanting sendiri oleh dalangmu sendiri, sang pencipta. 

Dan jangan bawa-bawa agama seperti engkau memamerkan kelaminmu di depan khalayak. Jadikan agama sebagai pakaian yang berwibawa, kalau belum bisa setidaknya yang layak. Sebab Tuhan mencintai hambanya yang berusaha sesuai kemampuannya bukan bualannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun