Mohon tunggu...
Anggelina Debora Tarigan
Anggelina Debora Tarigan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tanjungpura

hanya mahasiswa biasa yang mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Di Kelurahan Nyarungkop, Kalimantan Barat

18 Mei 2020   15:59 Diperbarui: 19 Mei 2020   14:14 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Kelurahan Nyarungkop

Kelurahan Nyarungkop  atau biasa dikenal dengan nama Kelurahan Nyarumkop adalah Kelurahan  yang berada di Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Kelurahan  Nyarungkop berbatasan dengan Kelurahan  Pajintan sebelah selatan, Kelurahan  Bagak Sahwa sebelah utara, Kecamatan Singkawang Utara sebelah barat, dan Kabupaten Bengkayang sebelah timur. Jarak kantor Kelurahan  Nyarungkop ke kantor Kecamatan Singkawang Timur yaitu berjarak 2 km. Kelurahan  Nyarungkop memiliki 4 RW dan 13 RT, Kelurahan  dengan luas 21,86 km2 ini memiliki keunikan tersendiri dari Kelurahan  lainnya, salah satunya adalah Kelurahan  ini memilki objek wisata yang terkenal yaitu objek wisata Batu Belimbing yang sering dikunjungin oleh warga yang berkunjung ke Kelurahan  Nyarungkop. Akan tetapi objek wisata ini menjadi sepi di saat pandemi covid 19. Selain berdampak terhadap objek wisata pandemi covid 19 juga berdampak terhadap kehidupan masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop.

Objek Wisata Batu Belimbing
Objek Wisata Batu Belimbing
Pandemi covid 19 sendiri memiliki pengaruh terhadap perekomian masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop, termasuk para pedagang. Jika biasanya toko atau kedai ramai akan pembeli kini menjadi sepi, barang yang biasa banyak, kini menjadi sedikit. Hal ini karena kesulitan mamasok barang-barang dari luar dan juga keuntungan yang mereka dapat telah berkurang sehingga membuat mereka mengurangi pembelian stock barang untuk dijual. Tak hanya toko, warung kopi dan rumah makan pun kena imbasnya, warung kopi yang biasa nya ramai kini menjadi sepi. Jika biasanya buka sampai tengah malam kini sekitar jam 8 malam warung kopi yang ada di Kelurahan  Nyarungkop sudah tutup. Rumah makan yang biasa ramai, kinipun ikutan sepi, hal ini karena mereka hanya bisa melayani pembelian makanan yang di bawa pulang sehingga mengurangi pembeli, bahkan ada rumah makan yang terpaksa tutup karena sepi pembeli dan bahkan tidak ada pembeli sama sekali. Para pedagang ayampun terpaksa menurunkan harga ayam dikarenakan permintaan yang berkurang dan ada beberapa peternak ayam terpaksa mengurangi stock ayamnya dikarenakan tidak mampu memberi makan ayamnya. Tak hanya pedagang, pembelipun kena imbasnya, pembeli kesulitan untuk mencari bahan pokok dan ada beberapa harga bahan pokok yang naik.

Salah satu rumah makan yang tutup akibat pandemi covid 19
Salah satu rumah makan yang tutup akibat pandemi covid 19
Warung dan toko yang masih buka saat pandemi covid 19
Warung dan toko yang masih buka saat pandemi covid 19
Tidak hanya para pedagang yang berkurang pendapatannya di karenakan pandemi covid 19, hampir semua masyarakat terkena dampak pandemi covid 19. Seperti para petani karet yang berkurang pendapatannya dikarenakan harga karet yang turun. Tidak hanya para petani para pegawai seperti guru honorer  di salah satu SD Negeri di Kelurahan  Nyarungkop harus berkurang gajinya di karenakan pandemi covid 19 yang membuat sekolah terpaksa di liburkan hampir 2 bulan semenjak tanggal 16 Maret 2020. Dari hasil pemantauan dan wawancara dengan salah satu warga dapat saya simpulkan bahwa pandemi covid 19 berpengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop, yang mana masyarakat di Kelurahan Nyarungkop berkurang pendapatannya sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Suasana SDN 68 Singkawang yang sepi akibat libur lebih dari 2 bulan
Suasana SDN 68 Singkawang yang sepi akibat libur lebih dari 2 bulan
Walaupun pendapatan masyarakat Kelurahan  Nyarungkop berkurang dan ada beberapa toko ataupun rumah makan yang tutup, dan dari hasil repotase yang saya lakukan saya belum menemukan ada warga yang benar-benar kehilangan pekerjaannya. Mungkin hal ini di karenakan masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop yang kebanyakan bermata pencarian sebagai petani, masih tetap bisa bekerja di tengah pandemi covid 19, walaupun penghasilan yang mereka dapatkan tidak sebanyak sebelum ada pandemi covid 19. Dan rumah makan dan toko yang tutup, tidaklah menutup tokonya untuk selamanya tetapi hanya untuk sementara, hal ini di lakukan mereka untuk mengurangi kerugian.

Kebanyakan mata pencarian masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop adalah petani, dan perekonomian masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop dapat dikatakan masih dibawah standar, jadi penghasilan yang mereka dapatkan terkadang hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Dalam menghadapi kesulitan ekonomi biasa masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop terpaksa meminjam uang ke Credit Union (CU), hal ini karena bunga pinjaman yang diberika CU tidaklah besar dan proses peminjamannya yang mudah atau tidak ribet. Dan di saat pandemi covid 19 ini jika masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop mengalami kesulitan atau tidak mampu untuk membeli bahan makanan biasa masyarakat di Kelurahan Nyarungkop pergi kehutan untuk mencari bahan makanan atau biasa mereka memanfaatkan hasil ladang atau kebunnya, yang mana sebagian hasil panen mereka jual dan sisanya mereka konsumsi.

Kelurahan Nyarungkop dapat dikatakan kawasan yang masih aman dari pandemi covid 19 hal ini karena belum ada orang yang dinyatakan positif covid 19 di Kelurahan  Nyarungkop. Oleh karena itu dalam menanggapi masalah penyakit yang diduga gejala covid 19 mereka tidaklah terlalu panik, mereka lebih memilih memeriksakan diri ke PUSKESMAS dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya. Jika ada warga yang meninggal maka pemakaman tetap dilakukan seperti biasa bahkan masyarakat masih diperbolehkan untuk mengunjungi rumah duka. Walaupun terkesan tidak peduli dalam menanggapi pandemi covid 19 masyarakat di Keluharan Nyarungkop tetap menjaga kesehatan diri mereka dengan mulai menggunakan masker ketika keluar rumah agar terhindar dari virus corona.

Pandemi covid 19 telah melumpuhkan ekonomi Indonesia termasuk masyarakat di Kelurahan  Nyarungkop sehingga membuat beberapa orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya dikarenakan tidak memiliki uang, hal ini mendorong Pemerintah dan beberapa individu memberi bantuan. Di Kelurahan  Nyarungkop sendiri tersedia bantuan bagi orang tidak mampu yang tidak mendapatkan PKH sebesar Rp 600.000/KK, bantuan ini diberikan oleh Kementerian Sosial, dana tersebut di salurkan ke setiap Kantor Kecamatan yang kemudian Kantor Kecamatan menyalurkannya kepada masyarakat. Pemerintah Kota Singkawang juga memberi bantuan berupa sembako yaitu setiap KK mendapatkan 20kg beras dan setengah dus mie instan, bantuan ini diberikan kepada seluruh keluarga di Kota Singkawang yang dianggap tidak mampu, bantuan ini diberi secara langsung ke rumah-rumah warga yang tidak mampu.

Reaksi masyarakat Kelurahan  Nyarungkop terhadap pemudik bisa dikatakan biasa saja, tidak ada diskriminasi atau aksi seperti penolakan terhadap pemudik atau ODP. Hal ini dikarenakan masyarakat keluharan nyarungkop tidak terlalu panik dalam menanggapi pandemi covid 19 dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Istilah-istilah khusus yang terkait pandemi covid 19, yaitu sosial distancing atau pembatasan sosial, isolasi atau memisahkan orang yang sudah sakit dengan orang yang tidak sakit untuk mencegah penyebaran virus corona, karantina atau membatasi kegiatan orang yang sudah terpapar virus corona namun belum menunjukkan gejala, lockdown atau penutupan jalur keluar masuk serta pembatasan pergerakan penduduk dalam suatu wilayah, flattening the curve atau pelandaian curva, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG), herd immunity atau kekebalan kelompok, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).  Masyarakat Kelurahan  Nyarungkop kebanyakan mengartikan pandemi covid 19 sebagai virus corona, dan untuk karantina sendiri berarti diam dirumah selama 14 dan keluar rumah jika memang mendesak. 

Untuk terhindar dari covid 19 masyarakat Kelurahan  Nyarungkop mengikuti anjuran Pemerintah dengan memakai masker ketika keluar rumah, menghindari kerumunan ramai, keluar rumah seperlunya, bagi para pemudik melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari, dan masyarakat Kelurahan  Nyarungkop juga menerapkan pola hidup sehat serta menjaga kebersihan. Aspek lain yang ditemukan adalah aktivitas warga yang biasa bermain sepak bola saat sore kini tidak ditemukan lagi, kini hanya terlihat rumput yang memanjang dari lapangan sepak bola yang biasa digunakan. Selain dampak negatif dari covid 19 ada juga dampak positif yang ditimbulkan oleh pandemi ini, salah satunya adalah berkurangnya polusi udara akibat asap kendaraan baik motor ataupun mobil. Walaupun ada sedikit dampak positif yang ditimbulkan tetap saja lebih banyak dampak negatifnya, sehingga masyarakat Kelurahan  Nyarungkop berharap pandemi covid 19 ini dapat cepat berakhir, sehingga semua aktivitas dapat berjalan dengan normal.

rumput lapangan yang tampak memanjang setelah lebih dari 2 bulan ditinggalkan
rumput lapangan yang tampak memanjang setelah lebih dari 2 bulan ditinggalkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun