gambar : bentengkesehatanumat.wordpress.com
‘Jadi?’ Itu yang kupertanyakan setelah membaca sebuah artikel yang cukup mencengangkanku. Di dalam majalah kedokteran terkemuka edisi Agustus 2012 lalu, terpampang judul yang cukup padat. ‘Acetaminophen Meningkatkan Risiko Asma pada Anak.’
Acetaminophen alias paracetamol merupakan obat penurun panas yang paling banter digunakan orangtua kepada anaknya yang demam. “Mbak, ada parasetamol sirup?” atau “Mbak, minta parasetamolnya satu, yang tetes, ya!” adalah pertanyaan yang paling umum kudengarkan saat sedang bertugas. Begitu mudah dan akrabnya parasetamol digunakan oleh masyarakat.
Namun, artikel terbaru yang kubaca kali ini membuatku bertanya-tanya. Bukanlah mengenai apa alternatif pengganti yang lebih aman untuk anak yang demam yang menjadi pemikiranku, melainkan bagaimana masyarakat diinformasikan mengenai hal ini.
Artikel terbaru tersebut tentulah bukan artikel ‘asal ketik’. Tidak main-main, telah dilakukan penelitian melibatkan 322.959 orang dewasa dari 50 negara. Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui bahwa positif parasetamol dapat memicu terjadinya mengi dan asma. Sedangkan, untuk usia yang lebih muda seperti anak-anak berusia satu tahun diketahui bahwa parasetamol dapat meningkatkan risiko asma hingga 46% di usia dewasanya kelak. Penelitian lain pada anak usia 1 tahun di Ethiopia maupun penelitian pada 121.700 perempuan di Amerika Serikat sendiri juga menunjukkan kesimpulan yang serupa. Namun, hingga 30 tahun terakhir masa penelitian ini, belum diperoleh alasan yang jelas mengenai keterkaitan penggunaan parasetamol dengan risiko asma.
Akibat dampak yang ditemukan pada penggunaan parasetamol sebagai obat demam ini, maka dicari alternatif pengobatan lain dan diketahui bahwa ibuprofen merupakan alternatif pengobatan demam terbaik dan teraman. Kesimpulan ini tidak muluk-muluk, telah dilakukan penelitian pada 1.879 anak dengan penyakit asma. Tingkat keluhan akibat penggunaan obat ibuprofen lebih rendah dibandingkan pada anak yang menggunakan parasetamol.
Adapun pengobatan dengan menggabungkan antara parasetamol dan ibuprofen hanya memberikan efek penurun panas yang sangat kecil. Kombinasi kedua obat ini memang dapat mempercepat waktu penurunan demam selama beberapa menit, namun total waktu penurunan demam bila dibandingkan dengan pemberian parasetamol tunggal atau ibuprofen tunggal adalah sama.
Jadi, alternatif pengobatan demam pada anak yang teraman adalah ibuprofen ketimbang parasetamol. Sampaikanlah kepada orang disekitar Anda. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H