Mohon tunggu...
Kylanissa Al Faiza
Kylanissa Al Faiza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Al Azhar Indonesia

Halo! Saya adalah mahasiswi yang masih belajar, jika masih ada kesalahan tolong bantuannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keputusan Childfree, Apakah Bagian dari Bentuk Aktualisasi Diri?

23 Mei 2024   22:00 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://images.app.goo.gl/FUfatWrizWd268w96

Akhir akhir ini childfree telah ramai menjadi perbincangan di Indonesia. Banyak dari generasi sekarang yang memutuskan untuk childfree. Istilah childfree merupakan suatu pandangan dimana seseorang maupun pasangan memilih atau menginginkan untuk tidak memiliki seorang anak (Blackstone & Stewart, 2012). 

Masing-masing individu childfree memiliki latar belakang tertentu yang mendukung keputusannya untuk childfree. Keputusan untuk tidak memiliki anak diambil secara sadar, bebas dan berdasarkan hasil pemikirannya secara pribadi. Keputusan untuk childfree merupakan keputusan yang masih dinilai anti-mainstream sehingga rentan mendapat sinisme dan penolakan masyarakat. Serupa halnya dengan seorang selebgram bernama Gita Savitri yang berkeputusan untuk childfree. Kepribadian seseorang yang memutuskan untuk childfree dapat dikaji dengan teori kepribadian Carl Rogers.

Childfree

Individu childfree menyadari adanya perbedaan persepsi mengenai keluarga ideal dalam sosial masyarakat. Hal ini terlihat dari respon yang berasal dari lingkungan individu childfree baik dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Individu childfree menyadari bahwa keputusan mereka untuk childfree merupakan sebuah pilihan yang masih tabu dalam masyarakat. Individu yang memutuskan untuk childfree tidak jarang dinilai menyimpang dan mengalami tekanan dari keluarga dan masyarakat (Doyle et al., 2012).

Di sisi lain individu childfree memiliki pandangan bahwa keluarga ideal tidak harus selalu dihubungkan dengan kehadiran anak. Terdapat orang-orang yang ingin menikmati hari tuanya tanpa terbebani dengan anak. Individu childfree menolak anggapan bahwa memiliki anak merupakan pusat dari identitas mereka (Doyle et al., 2012). Seperti halnya yang tertera dalam unggahan Gita Savitri di Instagramnya.

Di sisi lain sebagian masyarakat, anak merupakan penerus keturunan dalam sebuah keluarga, perekat rumah tangga, sebagai teman di masa tua, sebagai sumber penghasilan atau tulang punggung, dan sebagai penerus profesi orang tua (Soemanto, 2002; Nardo, 2016). Namun bagi individu yang memutuskan untuk tidak memiliki anak, mereka beranggapan bahwa dengan ada atau tidak adanya anak, kehidupan mereka tetap baik-baik saja dan sah-sah saja bagi sebagian orang jika menganggap bahwa anak itu merupakan sumber kebahagiaan.

Aktualisasi Diri

Kesiapan dalam memutuskan childfree mendukung individu untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan baik dalam dunia nyata maupun di media sosial. Pengalaman dan dukungan dari lingkungan sekitar membantu individu untuk mencapai ideal self. Individu childfree telah mencapai ideal self pada dunia nyata sehingga apa yang mereka tampilkan dalam media sosial adalah gambaran dari kepenuhan diri individu. Kebutuhan individu untuk mengaktualisasikan diri dinyatakan telah terpenuhi apabila telah mencapai tiga fase utama yaitu congruence, empathy dan unconditional positive regard.

Peran Aktualisasi Diri dalam Childfree

Congruence tercapai pada saat real self dan ideal self sejalan. Dalam real self, individu menghadapi ekspektasi sosial mengenai kehadiran anak dalam rumah tangga dan persepsi sosial bahwa childfree adalah pilihan diluar arus utama. Meskipun demikian, individu masih dapat dengan bebas memaknai childfree sebagai pilihan hidup yang setara dengan pilihan untuk memiliki anak dan keputusan yang berasal dari diri sendiri, bukan pengaruh eksternal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun