Mohon tunggu...
Kharisma Fayza Agyunika
Kharisma Fayza Agyunika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Panggil aku Nika atau Kar. Represent public opinion. Tourism Student of Vocational High School 3 Balikpapan (2019) International Relations Student of UPN Veteran Jawa Timur (2022)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah Filsafat dan Perkembangannya di Indonesia

26 Oktober 2022   20:17 Diperbarui: 27 Oktober 2022   18:50 4095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
design: Kharisma Fayza Agyunika, element: Canva.

element: Canva.
element: Canva.

Filsafat di Indonesia

Di Indonesia sendiri, perkembangan ilmu filsafat masihlah memiliki lini masa dan sepak terjang yang terbilang pendek dibandingkan dengan negara lain. Sama seperti perkembangan ilmu filsafat lain, Indonesia juga memulai peradaban filsafatnya bermula dari mitologi-mitologi daerah yang tersebar dan kemudian dipertanyakan kelogisannya. 

Menurut Mochtar Lubis, filsafat Indonesia sudah dimulai oleh jenius lokal Nusantara di era Neolitikum sekitar tahun 3500-5000 tahun SM. Tak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya, Nusantara sendiri telah memulai sepak terjang filsafatnya jauh sebelum filsuf besar Eropa seperti Agostino Steuco (1497-1548), Marsilio Ficino (1433-1499), Giovanni Pico della Mirandola (1463-1494). Bahkan sebelum HP Blavatsky (1831-1891) dan Annie Besant (1847-1933) yang menggagaskan suatu ide yaitu "Kebijaksanaan Kuno" dan membentuk suatu lingkungan Masyarakat Teosofipada abad ke-19. 

Karena sesungguhnya, cendekiawan tersohor Nusantara pada zaman kerajaan masih berdiri pun sudah mencetuskan pemikiran-pemikiran hebatnya. Mpu Tantular, pujangga besar kebangaan Majapahit yang hidup di abad ke-14 sendiri telah menemukan sebuah titik temu agama-agama yang ada di tanah air dan mencetuskan 'Bhinneka Tunggal Ika' untuk pertama kalinya, istilah tersebut sekarang digunakan sebagai semboyan resmi dari bangsa Indonesia. Maka tak akan berlebihan jika sesungguhnya, Nusantara, melalui Mpu Tantular lebih dulu memulai peradaban filsafat di Indonesia lebih dulu sebelum filsuf pesohor eropa.

Kemudian dalam perjalanannya, seiring dengan terbukanya jalur perdagangan yang ada di Indonesia, filsafat Indonesia semakin berkembang dan mendapatkan pengaruh dari filsafat barat juga timur. Kedua bagian itu memiliki peranan penting dalam sejarah filsafat Indonesia, seperti kajian filsafat Arab atau India yang berguna untuk memahami konteks filsafat sambhara, Mpu Prapanca, dan Mpu Tantular. 

Kajian sejarah Arab amat membantu dalam memahami konteks filsafat Hamzah Al-Fansuri, Teungku Imam Bonjol, atau Syekh Thaher Djalaluddin; kajian sejarah Barat amat membantu untuk memahami lebih baik isi pembicaraan filsafat Tan Malaka, Semaun, Soekarno, atau Hatta. Sedangkan 'faktor Cina' berguna untuk menginsafi bahwa kaum Cina telah pula memberikan kontribusi filosofisnya dalam perjalanan sejarah Filsafat Indonesia. Contohnya adalah sebuah kajian sejarah Cina Modern yang sangat membantu dalam pemahaman konteks anti-Konfusianisme dalam filsafat Kwee Hing Tjiat.

Kajian filsafat sebagai ilmu pengetahuan sendiri baru berkembang pada tahun 1960-an lewat tulisan-tulisan karya M. Nasroen, Guru Besar jurusan Filsafat Universitas Indonesia. M. Nasroen yang menerangkan bahwa sesungguhnya Indonesia tidak menganut aliran manapun karena memang mendapat pengaruh dari keduanya. Filsafat barat terutama Yunani dinilai tidak cocok dengan konsep bangsa Indonesia karena pandangan hidup Yunani berdasarkan paham individualism dan materialism yang mementingkan kepentingan diri sendiri. Selain itu, terlihat dari konsep-konsep dan praktik asli dari mufakat, Pancasila, hukum adat, gotong royong dan kekeluargaan menjadi bukti bahwa filsafat Indonesia tidak berkiblat pada aliran filsafat manapun.

Tokoh Filsuf

Gambar tokoh diambil dari: Google.
Gambar tokoh diambil dari: Google.
Thales

Thales yang biasa disebut dengan apak filsuf hidup pada sekitar tahun  624-546 SM  adalah orang pertama yang dianggap melakukan sebuah proses berfilsafat dengan mempertanyakan banyak hal terutama tentang banyaknya fenomena yang terjadi dikarenakan sebuah mitos, Thales juga orang pertama yang mempertanyakan tentang terbentuknya alam semesta oleh karena itu Thales bisa dikatakan sebagai perintis filsafat alam, selain seorang filsuf Thales juga merupakan seorang matematikawan hebat, keberadaan Thales menjadi salah satu faktor jika kehidupan dan alam semesta tidak hanya seputar mitos saja tapi bisa dibuktikan kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun