Mohon tunggu...
Kyatmaja Lookman
Kyatmaja Lookman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Director @ Lookman Djaja (http://www.lookmandjaja.com) , Indonesian Transport solution provider specializing in long haul delivery [Java-Sumatera-Bali]

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dulu Mana Ayam atau Telor BBG [Bahan Bakar GAS]

22 Desember 2014   17:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak berasa kurang dari 10 hari lagi sudah 2015. MAE sudah didepan mata dan sampai saat ini kenyataanya ongkos logistik kita masih tinggi 23-25% GDP dan ranking 53 di dunia. Di sini saya ingin menyoroti program BBG yang menjadi program unggulan pemerintah yang dalam pelaksanaanya masih saling tunggu menunggu dan belum banyak ada realisasi. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan Pertamina BBG di jl meredeka Timur. Belum banyaknya penggunakan BBG ini didasari oleh beberapa faktor. Pertama SPBG belum tersedia banyak sehingga pengusaha tidak mau melakukan investasi dan yang kedua BUMN tidak mau melakukan investasi SPBG secara masif karena belum banyaknya populasi truk BBG. Dulu mana Telur atau Ayam, hal ini akan terus menjadi problem dan dikhawatirkan program konversi tidak akan kunjung selesai meskipun Presiden berganti. Memang sekarang sudah ada sedikit2 tetapi kurang cepat!

Permasalahan yang lain adalah tingginya nilai pajak untuk Truk BBG sekitar 45% sedangkan di negara lain mungkin dibebaskan menurut Chairman Hino Indonesia Toshiro Mizutani saat kita bermain golf bersama. Tentunya dari segi regulasi kita harus menurunkan juga nilai pajak ini agar harga Truk BBG bisa lebih ekonomis. Sebagai perbandingan HINO 6x2 BBG itu harganya 1.5m kurang lebih dibandingkan yang BBM 800jt an, hampir 2 kali nilai investasi. Truk BBG sendiri bukan tanpa permasalahan. Truk BBG itu tidak beda dengan truk bermesin besin. kita tahu bahwa mesin besin itu torsinya kecil dan tenaga didapatkan dari perputaran RPM yang tinggi. Sehingga mesin BBG murni itu dengan cc yang sama memiliki tenaga lebih kecil dibandingkan dengan mesin Solar menurut Technical Advisor Isuzu Indonesia Bp. Tonton.

Bebarapa hari yang lalu kita mengadakan diskusi lanjutan di tempat Pak Sasmito [Presdir Sidomulyo Selaras] membahas masalah teknologi lanjutan sebelum kita beralih ke ful BBG. Terus terang kita masih terkendala investasi yang mahal dan jaminan pasokan BBG untuk Truk yang full BBG. Oleh karena itu munculah wacana dual fuel untuk menggunakan BBG dan BBM. solusi ini mungkin merupakan solusi yang terbaik setidaknya pada saat ini. kita namakan tempo transisi sebelum memasuki full BBG. Teknologi konversi selama ini masih kurang bisa diterima kami pengusaha truk karena memodifikasi mesin. dimana mesin di bor untuk dimasukkan busi. Dengan memasukkan busi maka mesin solar akan memiliki karakteristik sama seperti mesin BBG. akan tetapi ketika ada kerusakan akan sulit sekali diperbaiki karena kita melakukan modifikasi permanen pada mesin.

Kemudian ada produk konversi yang sangat minim modifikasi, dimana gas dimasukkan kedalam air intake, tidak pada fuel intake. hal ini berbeda karena tidak ada modifikasi dilakukan pada mesin. Solar digunakan sebagai pengganti busi untuk mentrigger ledakan dan power lanjutanya didapatkan dari gas yang disuntikkan melalui air intake. Sehingga konsumsi solar seakan seperti kendaraan dalam keadaan stasioner dan power didapatkan dari gas akibatnya kendaraan sangat irit BBM dan disubstitusi dengan BBG, selain itu torsi dan power juga menjadi lebih besar. sebagai gambaran BBG itu harganya Rp.3100/liter setara solar/m3 sedangkan solar Rp.7500,-/liter. Teknologi ini saya rasa yang paling pas untuk dipakai sebagai jembatan menuju full BBG. Selanjutnya kita akan melakukan join kolaborasi untuk monitoring dengan ISUZU dangan alatnya MIMAORI untuk memantau dengan seksama keadaan truk apakah aman atau tidak. Mimaori adalah alat semacam GPS keluaran Isuzu yang akan memantau detail status truk seperti mesin, fuel consumption, dll. dan akan dilaporkan secara live ke Isuzu.

Ketika ini berhasil maka populasi truk pengguna BBG akan bertambah selain itu ada solusi dari pertamina untuk menempatkan long tube di pool truk sehingga pasokan BBG ada. Kemudian Pertamina berkomitmen untuk membangun SPBG di jalan jalan tol dan jalan jalan di Pantura untuk tahap berikutnya. BBG ini merupakan teknologi ramah lingkungan yang setara dengan EURO 4 selain itu juga lebih ekonomis. Kita dari APTRINDO akan melanjutkan dengan FGD [Focus Group Discussion] lebih lanjut untuk membantu pemerintah memastikan program ini bisa berjalan. karena mahalnya biaya logistik itu bukan cuman tanggung jawab pemerintah tapi kita semua. terima kasih

Rgd,
Kyat

http://www.facebook.com/kyatmajalookman
http://www.facebook.com/CV.LookmanDjaja
http://www.facebook.com/APTRINDO
http://twitter.com/kyatmaja
id.linkedin.com/in/kyatmaja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun