Sudah hampir menginjak bulan ke 6 kita dan hampir sebulan lagi kita akan merayakan lebaran. Biasanya di bulan ini pengiriman barang akan melalui masa masa peak season tetapi volume barang masih biasa saja. Hal ini disebabkan oleh dua hal utama pertama adalah fluktuasi BBM dan tidak setabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Hal yang paling mendasar dibutuhkan oleh bisnis adalah stabilitas. Pada dasarnya tidak ada bisnis yang mau merugi. Pertama untuk produsen domestik sangat dipengaruhi harga BBM jika BBM naik maka para distributor akan mulai men-stok barang karena adanya ekspektasi kenaikan harga sedangkan jika BBM turun maka para distributor tidak akan berani untuk men-stok karena ditakutkan belinya terlalu mahal sehingga pada saat dijual akan merugi. Jika kita flash back pada bulan febuari dan maret pada saat itu adalah momen penurunan harga BBM dan ekspektasi penurunan BBM. Sedangkan pada bulan berikutnya Maret dan seterusnya para distributor mulai berani men stock barang karena ada sekali kenaikan harga BBM, walaupun serapan pasar tidak seperti yang diharapkan. Pada saat saat ini kita belum menghadapi volatilitas harga BBM lagi tetapi akan kita lihat dengan semakin menguatnya nilai dollar.
Kedua adalah tidak stabilnya nilai rupiah terhadap dollar. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada impor. Perlu diketahui bahwa importir untuk membeli barang dan kemudian mendatangkan kemudian menjual memerlukan waktu kira2 3 bulan. Jika ada perubahaan dollar pada saat itu maka akan sangat mempengaruhi penjualan misalkan dollar naik dan baru dibayar setelah sampai maka barang yang dibeli akan menjadi mahal dan belum tentu bisa dijual. Nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk menurunkan minat para investor untuk investasi di Indonesia sebagai contoh 4 tahun lalu Principal memanamkan modalnya 10 Juta US dengan nilai kurs 10000 rupiah. Jika nilai tukar dollar sekarang menjadi 13000 maka untuk mengembalikan uang yang sama memerlukan effort 30 persen lebih sedangkan tidak mungkin menaikkan barang di masa masa ini apalagi serapan pasar sangat rendah. Fluktuasi dollar, BBM, dan diperparah dengan keadaan ekonomi global yang sedang menurun. Beberapa negara besar seperti tiongkok sedang mengurangi pertumbuhannya dari double ke single digit. Kita sebagai negara yang sangat tergantung dari produksi bahan baku seperti batu bara, minyak kelapa sawit dsb tentu sangat terkena dampaknya. Karena bahan baku kita sebagai komoditas expor unggulan tidak bisa terserap oleh pasar global. Tentunya dengan keadaan ekonomi sperti ini apa yang bisa lakukan?
Terus bagaimana kita menyikapi hal ini ditengah seluruh bisnis sedang galau. Ada bisnis yang tidak galau yaitu bisnis pengiriman express dan ecommerce. Menurut kawan saya CEO MatahariMall.com Hadi Wenas ecommerce di tahun 2014 berjumlah 1% dari seluruh retail sedangkan di tahun diproyeksikan akan naik 3.5% menjadi 4.5%. seluruh kenaikan dari online ini semua didapat dari offline karena tidak ada pertumbuhan yang cukup signifikan. Jadi bagi yang mengalami kelesuan usaha mungkin bisnis online inilah yang bertanggung jawab. Spillover effect dari bisnis online ini adalah express delivery service karena semua pengiriman online itu akan membutuhkan pengiriman yang sifatnya one to one dan cepat. Ecommerce ini akan mengefisienkan semua jalur distribusi yang kita punya dengan cara meng-ELIMINASI segala sesuatu yang tidak produktif contohnya akan banyak sekali middle man yang nantinya out of business jika tidak mengganti model usahanya sekarang. Bahkan menurut IATA, Ecommerce akan merubah pola perdagangan dunia dalam periode 10 tahun kedepan.
Jadi jika dahulu jika kita memiliki banyak node di dalam supply chain kita, nanti akan jauh lebih simpel dan ekstrimnya dari pabrik langsung ke end end consumer. Kita belum menyadari seberapa banyak hidup kita telah di rubah oleh ecommerce seperti pembelian tiket pesawat dan hotel contohnya. Tapi itu adalah fase utama sebelum kita membeli barang melalui online menurut Theis Simmons, CEO Singpost. Transaksi ecommerce juga sebagian besar masih didominasi UKM/IKM yang jumlahnya mencapai 75% dari total penjualan ecommerce. Bicara IKM/UKM nantinya mereka ini yang akan menjadi pahlawan yang akan menyelamatkan kita dari krisis ekonomi. Peran ecommerce dan logistik nantinya harus melibatkan IKM/UKM sebagai motor utama penggerak dari kelesuan ekonomi oleh karena itu makin banyak kita lihat Asosiasi, LSM atau apapun bentuknya mensupport IKM/UKM. Bahkan Presiden Jokowi pun telah menginstruksikan 13 kementrian yang dimotori oleh MENKO untuk mendorong UKM/IKM ini. UKM/IKM untuk saat ini banyak dari ecommerce sistim, pelatihan bisnis dsb yang memotori. Tetapi belum banyak dari sisi Logistik yang membantu mereka untuk memasarkan produknya di kancah Nasional bahkan Internasional.
Bayangkan Jika petani bisa memproduksi Stroberi kemudian dikirimkan melalui pengiriman Express dengan tingkat kematangan 95% langsung ke final konsumen, hal ini akan sangat membantu petani kita dan saya yakin Pak Tommy Perdana akan sangat gembira sekali. Memang banyak sekali lemak-lemak dengan dalam supply chain kita sehingga biaya mahal. Dengan adanya pola bisnis baru akan ada opportunity baru. Tapi satu hal harus saya ingatkan akan banyak perusahaan yang BANGKRUT dengan pola bisnis yang lama. Jadi sekarang tinggal kita ikut atau mati time window kira2 10 Tahun. Lookman Djaja dengan berkolabroasi dengan POS Indonesia akan membantu para IKM/UKM ini dari sisi logistik dengan memanfaatkan jaringan dan asset yang idle POS untuk mengangkat IKM/UKM ke kancah Nasional dan Global. Dengan demikian nasib UKM/IKM kita bisa semakin baik dan bisa menjadi motor utama dalam mengeluarkan kita dari pelemahan ekonomi yang panjang ini.
Rgd,
Kyat
https://www.facebook.com/kyatmajalookman
https://www.facebook.com/CV.LookmanDjaja
http://id.linkedin.com/in/kyatmaja
https://twitter.com/kyatmaja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H