Mohon tunggu...
Kang Didin
Kang Didin Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

MENULIS SEDIKIT NGAWUR SELEPAS MUNGKIN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pakaian dari Sorga

20 Februari 2023   16:15 Diperbarui: 20 Februari 2023   16:46 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajining diri, seko lathi.

Ajining rogo seko busono.

Berharga atau tidak dirimu sangat tergantung dengan lisanmu. Seberharga dirimu berkaitan erat dengan pakaian yang kau kenakan. Bagi sebagian orang, apalagi yang sepakat dan sepemahaman dengan orang yang memberikannya pengetahuan tentang itu, iya saja. Manut dan sepakat.

Persetujuan tanpa perlu ditanyakan. Atau bahkan berfikir untuk ngeyel saja tidak ada. Tidak ada pikiran atau tidak ada keberanian karena satu keyakinan. Yo wes iku bener. Kebenaran yang didapat dari pendapat seorang panutan. Puncak panutan karena ketika ada yang lebih mantep untuk dianut, maka bisa jadi jalan pemikiran lain tentang pendapat. Soal pakaian.

Pakaian atau yang dikenakan seseorang sama bagi sebagian orang lain bisa menunjukan penilaiannya terhadap status social. Bahkan soal baik dan buruknya akhlak. Bagi seorang lain bisa jadi pakaian itu sama sekali tidak bisa membatasi cara piker orang. Tidak menunjukan baik buruknya karakter orang.

Bisa jadi pakai pakaian jubbah serba putih dan berkopyah kemudian orang berfikir dia ulama, orang shaleh. Pandai agama dan baik. Bisa jadi dia sama saja seperti abu jahal yang juga berpakaian seperti itu. Sebab konon pakaian Abu Jahal itu sama seperti pakaian sahabat nabi yang lainnya.

Tentang pakaian, bisa saja kita berfikir bahwa status social bisa diukur dari pakaian. Kaya miskin, pintar bodoh, berpangkat atau rendahan. Bagi kita tidak penting mengingat,kita semua makhluk, kita akrab dengan mereka semua,  karena mereka semua dan kita adalah ciptaan yang sama dari Tuhan yang satu.

Tentang pakaian yang sama dan berseragam, saat ini lebih pada untuk menyamakan persepsi satu tujuan dalam satu kumpulan untuk mencapai target yang sama. Tujuan yang sama. Misalnya dalam satu intansi tertentu penting untuk mengenakan seragam yang sama demi pencapaian bersama.

Anak sekolah memakai seragam supaya mudah dibedakan. Lho sama ko malah membedakan? Iya, yang SMP, SMA, SD seragamnya sama tapi beda cara mendidik dan materi pendidikannya. Sing SMA endi, sing SMP endi, sing SD endi.

Salah satu tokoh, bukan tokoh sih.. orang, ya orang karena dia manusia. Berketuhanan namun memiliki cara pandang berbeda tentang pakaian, seragam dan karakteristik manusia. Coba anda googling Welldo.

Well artinya baik, Do artinya berbuat. Maka Welldo artinya ? yo ngono kui. Dia bercerita perihal pakaian. Dian heran melihat orang-orang di mana-mana memakai pakaian yang sama dan serupa,  baik dari segi desainnya maupun warna dan coraknya.

 saat itu saat Dia masih kecil.   merasa heran melihat orang-orang di mana-mana memakai pakaian yang serupa Dan terpikir dalam dirinya yang masih kecil saat itu,  apakah ini sebuah keharusan ? bahwa kita harus sama dan seragam? Apakah salah jika tampil dan berpakaian berbeda ?

ini membuatnya terpancing, ternyata pola pikir dan cara pandang orang-orang di tahun 1970-an Pada saat ia masih kecil tidak jauh berbeda dengan pola pikir dan cara pandang orang-orang di zaman milenial saat ini.  mereka masih merasa aneh dan memandang ganjil pada orang-orang yang berani tampil merdeka. mereka masih belum bisa menerima orang-orang yang berpakaian yang berbeda dengan pakaian mereka.

Welldo bercerita kenapa dia berpakaian yang menurut kebanyakan orang menjadi aneh.  Konon, Bahwa dulu pernah terjadi karena Dia mengalami sakit,  sehingga mengalami mati suri selama 4 sampai 5 jam.  Ibu bernazar kepada Tuhan dalam tangisnya,  Ya Tuhan andai kata anak saya ini bisa hidup kembali maka saya akan berjanji senakal apapun anak saya ini kelas saya tidak akan melarang dan menghalanginya.

Ceritanya, pada saat ibu selesai bernazar tiba-tiba tubuh saya yang masih kecil yang sudah dibalut kain kafan tiba-tiba bergerak dan ... ***

Selanjutnya,  mulai menyadari makna spiritual dan fungsi bagian yang merdeka semacam ini buat dirinya sendiri. Ia menjadi berbeda bukanlah tujuan pribadi berpakaian melainkan karena hanya ingin.   dia mengikuti suara kemerdekaan yang muncul dari dalam diri.  Sekalipun harus bertentangan gan dengan orang lain.  

Bagi saya pakaian sama sekali tidak ada kaitannya dengan sistem moralitas dan perilaku . bagi saya pakaian itu bebas dari identitas apapun.  seseorang disebut baik dan beradab bukan karena pakaiannya melainkan oleh karena perkataan dan perbuatan.

Bagi orang pada umumnya,  fungsi pakaian di samping sebagai pelindung tubuhnya , bahkan juga berfungsi sebagai topeng untuk melindungi martabat dan kehormatannya di mata masyarakat dan komunitasnya.  Maka pakaian sering kali dipakai untuk tujuan dan kepentingan-kepentingan tertentu agar lebih dihormati dan lebih bermartabat atau paling tidak pada umumnya mereka mencari aman bersembunyi di balik pakaian yang dipilihnya agaknya sudah menjadi budaya turun temurun dari manusia.

Hanya sebagai topeng sehingga muncullah pakaian-pakaian beridentitas tertentu.  pakaian-pakaian orang-orang terhormat,  sehingga muncul ada pakaian taqwa, yang beradab dan ada pakaian yang tidak beradab, karena dianggapnya ganjil dan tidak seperti umumnya kemudian banyak orang yang bersembunyi di balik topeng.

pada sangkanya yang beradab dan tampaknya bagai orang yang saleh dan beragama,  namun faktanya tidak sedikit orang-orang yang bertopeng pakaian-pakaian.  orang-orang yang beragama ini,  perkataannya justru sering kali menyakitkan dan merendahkan yang lain.  yang tidak sepaham dan keyakinan mereka menjadi arogan dan merasa benar sendiri,  tidak mempunyai rasa hormat sedikitpun pada orang yang lebih tua.

Tidak sedikit orang-orang yang nampaknya beradab karena berpakaian takwa, mengukur orang lain baik atau buruk beriman atau kafir dari pakaian yang dipakai.  mereka tidak mampu melihat seseorang dari perbuatannya,  mereka menjadi buta mereka hanya melihat orang baik atau tidak dari pakaiannya pakaiannya sopan atau tidak pakainya ungu atau tidak

statemen agama yang berbunyi barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.  Bagi sebagian orang  ini statemen yang konon  tidak logis dan tidak ilmiah.  ini seringkali dipakai oleh orang yang fanatik beragama tetapi bodoh.  untuk menjatuhkan martabat dan kehormatan keagamaan dan keimanannya seseorang yang dianggap luar dan bertentangan dengan aliran pemahaman dan keyakinannya .

Masalahnya mengapa kata menyerupai hanya dimaknai sebatas menyerupai,  yang nampaknya saja serupa,  tampilannya dan bukan keseluruhan,  dalam soal perkataan, tingkah polah, perbuatannya,  yang merugikan banyak orang.

Pakaian adalah simbol simbol kemerdekaan.  pakaian sama sekali tidak berkaitan dengan sistem moralitas dan kode etik tertentu.  pakaian atau tampilan itu bebas dari identitas apapun.  seseorang disebut baik dan beradab bukan dikarenakan penampilan dan model pakaiannya,  melainkan karena perkataan dan perbuatannya.  Maling sekalipun pakaian yang dipakai pakaian taqwa tetaplah maling.

Kang kita harus malu mengaku dan menjadi orang baik,  begitu pula saya sangat malu mengaku sebagai orang-orang yang baik.  bahwa saya malu mengaku dan menjadi orang baik.  begitu pula malu mengaku sebagai orang-orang yang beragama.  karena bagi saya orang-orang yang beragama harus lebih baik dari orang-orang baik yang tidak beragama.

namun faktanya banyak orang-orang yang mengaku beragama dan tampil dalam keadaan agamanya namun perkataan dan perbuatannya lebih rendah dari orang-orang yang itu yang tidak beradab.  Saya tidak ingin orang-orang tahu apakah saya muslim Hindu Kristen atau Budha biarkan saja hanya Tuhan yang tahu apakah saya orang-orang yang beradab atau biadab aku tidak peduli pada semua gelar dan sebutan yang penting yang harus aku jaga adalah perbuatanku dan perkataanku agar tidak merugikan dan menyakitkan.

Saya tidak ingin dihormati dan dihargai karena pakaian Saya tidak ingin dianggap orang yang baik dan beradab hanya karena pakaian.  saya muak melihat pakaian-pakaian beradaptasi dan terhormat tapi.  dipakai oleh orang-orang yang biadab dan tidak terhormat,  yang merasa benar sendiri dan merendahkan yang lain,  yang tidak sepaham dan tidak beraliran.

Sudah saatnya bagi mereka untuk belajar mengenali dan membedakan orang yang baik dan beradab dengan orang yang jahat dan tidak beragama bukan dari pakaiannya.  sejak kapan budaya kedua ini berkembang sehingga ada pakaian taqwa dan ada pakaian kafir.  apakah benda mati semacam pakaian bisa berbuat baik dan jahat ???

Ini  benar-benar satu kebodohan jahiliyah dan sejak kapan benda mati seperti pakaian ini bisa diberi identitas kelamin sehingga ada pakaian laki-laki dan ada pakaian perempuan.  inilah kebodohan sosial yang sudah terjadi.

Anda tidak perlu setuju dengan pendapat ini. Jadi selalu kita menjumpai banyak hal yang kita tidak setuju,  jadi saya tidak perlu persetujuan sama dia.  Saya hanya menjalankan berenang di gelombang yang Allah sediakan dan juga berenang di gelombang yang sama.  kan begitu...

ada tiga macam pakaian menurut versi Alquran bagian pertama disebutkan sebagai pakaian penutup aurat sedangkan pakan yang kedua disebut sebagai pakaian sebagai perhiasan dan pakaian yang ketiga disebut sebagai pakaian taqwa.

"libas", "tsiyab" dan "sarabil". Tiga istilah di atas meski sama-sama digunakan untuk menunjukkan makna "pakaian", tapi masing-masing dari ketiganya mengandung makna yang berlainan.(sumber : https://islami.co)

Pertama; Libas. Al-Quran menggunakan kata ini dengan makna pakaian yang selalu melekat, yakni keharusan selalu menutup bagian aurat (sauah). Disebutkan dalam QS. Al-A'raf 26 bahwa Allah menurunkan pakaian untuk menutup aurat (libas yuwari sauatikum), artinya kemaluan atau aurat harus selalu ditutup. Jadi kata libas maknanya yaitu "pakaian primer", pakaian yang bertujuan untuk menutup bagian yang harus selalu ditutupi.

Kedua; Tsiyab. Kata ini digunakan al-Quran dengan arti pakaian yang tidak selalu dipakai, yakni "baju sekunder". Dalam satu waktu dipakai, dalam waktu lain dilepas, dipakai lagi dan seterusnya. Maksud pakaian yang diistilahkan dengan tsiyab bukan untuk menutup kemaluan atau aurat, tapi untuk memperindah diri (tajammul) atau menutup sekujur tubuh karena dingin atau yang lainnya. Dalam QS. An-Nur 60 disebutkan bahwa perempuan tua yang sudah menopause dan tidak ingin kawin tidak berdosa menanggalkan pakaiannya (falaisa 'alaihinna junah an yadla'na tsiyabahunna). Pakaian di sini maksudnya pakaian yang bukan penutup aurat.

Ketiga; Sarabil. Kata ini bentuk jamak dari sirbal, artinya baju kurung panjang. Pakaian ini disebutkan al-Quran bukan sebagai penutup aurat, melainkan bagian dari tsiyab, yakni untuk hal-hal lain seperti melindungi tubuh dari cuaca panas dan dingin, serangan senjata atau sekedar menutup tubuh di luar "pakaian primer" (libas). Dalam QS. An-Nahl 81 disebutkan bahwa busana sarabil dijadikan untuk melindungi tubuh dari panas dan melindungi senjata yang menyerang dalam peperangan (sarabila taqikum al-harra wa sarabila taqikum ba`sakum).

Dari statemen Alquran tersebut diketahui bahwa ternyata, bahkan penutup aurat dengan pakaian taqwa itu berbeda jauh,  dan bahkan berdiri sendiri-sendiri,  tidak saling terkait satu dengan yang lainnya. masing-masing pakai memiliki definisi dan fungsinya sendiri-sendiri.

Untuk lebih jelasnya sebaiknya kita telaah terlebih dahulu Apa arti pakaian dan gunanya untuk seorang manusia seperti kita.  bagi kita,  paling tidak sebagai pelindung untuk menjaga dan menyelamatkan bagian dari diri kita yang lemah dari ancaman yang membahayakan yang datangnya dari luar.  bagian mana sajakah dari diri kita yang lemah, sehingga butuh dilindungi oleh pakaian-pakaian tertentu.

Bagian penutup aurat adalah pakaian yang berfungsi melindungi bagian yang lemah dari diri kita yaitu yang disebut tubuh ragawinya dari ancaman bahaya yang datangnya dari alam semesta.  dari alam seperti misalnya panasnya terik matahari atau dinginnya udara pegunungan dan salju.  sebagaimana di kutub bumi,  melindungi tubuh kita dari bahaya badai pasir seperti di gurun sahara dan dari bahaya serangga seperti nyamuk atau semut. Nah itu gunanya pakaian penutup aurat.

Sedangkan pakaian yang kedua,  adalah sebagai perhiasan.  bagian ini akan membuat seseorang merasa lebih baik dan terhormat.  orang yang menggunakan akan dihormati dan merasa bermartabat di mata masyarakatnya.  oleh karena itu pakaian sebagai perhiasan ini sering kali dipakai sebagai topeng untuk menyembunyikan kekurangan dan keburukannya sehingga bisa melindungi martabat dan kehormatannya agar dihormati sebagai orang yang beradab dan beragama.

Maka pakailah pakaian orang-orang yang beradab dan beragama, pada akhirnya bagian ini menjadi bagaikan musang berbulu domba atau pakaian malaikat yang menyembunyikan watak dan perilaku Dajjal yang ada di dalamnya.

Bagian yang ketiga disebut pakaian taqwa,  yaitu pakaian yang dapat melindungi dan menjaga bagian terlemah dari diri kita sendiri yaitu hati kita dari bahaya riya dan keangkuhan.  bagian ini bisa berfungsi sebaliknya dari bagian yang kedua yang indah dan menjadi perhiasan yang bisa menyelamatkan martabat dan sosialnya menyelamatkan ego dan kehormatannya sedangkan pakaian ini dipakai agar terhindar dari ujian dan sanjungan.  pakaian ini hanya mencoba dirinya tidak ingin dipuji dan disanjung oleh siapapun yang memakai pakaian ini lebih suka dihina atau direndahkan daripada dipuji dan disanjung karena pujian dan sanjungan bisa merusak hatinya.

Pembagian fungsi pakaian di dalam Alquran,  penutup aurat dapat melindungi tubuh ragawimu yang lemah dari bahaya alam teriknya matahari, dinginnya salju atau udara pegunungan atau dari bahaya serangga dan binatang melata.

Pagian kedua adalah pakaian indah sebagai perhiasan yang bisa menyelamatkan martabat dan kehormatanmu di mata masyarakatmu secara sosial dan pakaian yang ketiga adalah pakaian taqwa pakaian taqwa adalah pakaian yang menyelamatkan kelemahan hatimu dari pujian dan sanjungan yang bisa merusak dan menyesatkan dan menerima dia apa adanya.

Maka silahkan Anda bisa memilih. Pada posisi anda sekarang. Anda berpakaian sebagai pelindung diri dari gangguan luar, sebagai hiasan yang memperindah penampilan dan yang ketiga adalah pakaian taqwa yang mempercantik akhlak, budi pekerti dan  etika.

Ha.... Yo wes, ngonoi iki mengkaji pemikiran welldo. Sedikit dari apa yang digagasnya. Tak tulis karo ngligo...  njagong jegang mbek udud. Sekali tempo nyeruput kopi. Sweger..... Jelas nek aku gak klambenan merga sumuk.  Iki mau jagongan karo Kyaine nggagas pakaian tumrape kyai. Sing bener, pener, trap dan pantes. Wes iku wae....

Sek sebentar, ada yang bilang isteri adalah perhiasan dan pakaian terindah dari Tuhan. dia yang rela menemani hidupmu adalah kiriman Tuhan dari sorga. berarti pakaianmu dari sorga bro ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun