Kepada Yang Aku cari, Bu Waluya Ningsih..
mungkin usiamu sekarang 70 tahun, lama sekali aku mencari jejakmu, sejak aku lulus dari Sekolah Dasar. Aku kangen sekali padamu, kangen pada kelembutanmu saat kau mengajariku "raraban", kangen pada ketegasanmu kalau aku nakal, kangen pada kepribadianmu.
Bu Waluya Ningsih..
Tahun berganti tahun, aku susuri Gang tempat dulu engkau tinggal, tapi tak ada, tetanggamu pun tak tahu dimana engkau berada. Tapi aku tak kan lelah mencarimu Bu, walau harus kutemui jasad atau kuburanmu, tapi semoga jika aku bertemu engkau masih jagjag waringkas, masih sehat, masih tetap cantik..
Bu...sungguh engkaulah yang pertama kali memperkenalkan puisi padaku, walaupun saat itu aku tak mengerti apa itu puisi. Kau telah membuka kan pintu segala pintu buatku. Aku ingin sekali menulis puisi untukmu. aku ingin menulis puisi dengan air mata kangenku, aku ingin menulis puisi dengan airmata terimakasihku..
Bu Waluya Ningsih, Guruku yang baik..
Lulus SMP aku mencarimu, Tak kutemukan. Lulus SMA aku mencarimu tak kutemukan, lulus kuliah aku tetap mencarimu tak tak kutemukan jua. Hingga aku menikah dan sekarang sudah punya tiga orang anak. Kau tak pernah kutemukan. Aku selalu berdoa agar aku dipertemukan denganmu, tapi hanya sekali itupun lewat mimpi.
Bu..
Tanggal-tanggal tersusun rapi dan musim terus berganti. aku hampir lelah menafsir kehendak Tuhan yang tak jua mempertemukan kita. Aku masih ingin mencium aroma kasih sayangmu.
Ah bu..aku ingin meneruskan surat ini lebih panjang untuk mengawetkan rasa kangen ini, tapi sudut mataku terlanjur gerimis.Basah
Bandung, Hari Guru 25 Nopember 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H