Mohon tunggu...
Aiy-aiy Iin
Aiy-aiy Iin Mohon Tunggu... wiraswasta -

penggemar daging matang dan penikmat coretan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rara

20 Desember 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1387506215781789924

Rara

Oleh Aiy-aiy Iin

Selalu saja, setiap hari terdengar kegaduhan perabot rumah. Selalu ada nada tinggi pada kalimat yang terlontar. Dan, ada rintih ibu di akhir heningnya mereka,selalu. Bukan rintih kesakitan, namun rintih kenikmatan dan lenguhan nafas ibu yang merasakan kepuasan diikuti ringikkan lelaki layaknya binatang mencapai titik klimaks nafsunya. Ibu selalu menyuruhku diam, saat aku mencoba meyakinkannya bahwa Om Darto bukanlah pasangan yang baik. Seperti biasa, ibu tidak menjawab dengan mulutnya namun dengan tangannya, pipiku sudah tidak asing menerima telapak tangan yang melesat dengan cepat. Dan, telingaku pun sama ramahnya menerima kata bangsat, anjing, setan yang terlontar dari mulutnya.Memang benar Om Darto telah memungut aku dan ibu dari jalanan, tapi jika aku bisa mendekte Tuhan, pastilah akan ku pilih menjadi gembel daripada gelar anak tiri dari istri ke empat. "Ra, kamu yang sabar ya" kata mbak Dian. Anak kedua dari istri ketiga Om Darto. Walaupun dia kakak tiriku namun perlakuannya selalu luar biasa. Tak ada kebencian dari dirinya walaupun ibuku sudah merampas kebahagiaan keluarganya. Aku sangat salut dengan keluarga Mbak Dian yang selalu memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Tante Mirna selalu membelikanku bingkisan saat aku berkunjung kerumahnya, sendiri. Ya hanya sendiri karena ibu tidak pernah sudi menginjakkan kaki di rumah itu. Dan pastilah ibuku tidak suka jika dia melihatku berkunjung kerumah Tante Mirna. Aku selalu diam-diam berkunjung kesana,menghilang dari rumah ibu, lebih tepatnya neraka,menurutku. "Jika kamu butuh tempat untuk berlindung, kemari saja Ra. Tante senang kamu disini karena kadang tante sendirian saat Dian dan Rheno kerja" ujar Tante Mirna * "Rara, aku ingin mengungkapkan sesuatu" Aku terpaku dengan apa yang sudah diungkapkan kak Rheno. Dia mengatakan bahwa dia mencintaiku tapi semuanya tidak mungkin karena kita adalah saudara tiri. Tapi persetan dengan garis keluarga sampai sekarang pun aku tidak pernah mengakui om Darto itu adalah ayahku. Sejujurnya sejak awal aku  juga sangat mengagumi Kak Rheno yang baik dan menurutku sangat bijaksana. Lalu, kita melanjutkan hubungan tanpa sepengetahuan kedua keluarga kita. Karena aku ingin membuat duniaku sendiri.ahh.. Bukan, tapi membuat duniaku bersama Kak Rheno "Ra, aku sangat mencintaimu" kata Kak Rheno perlahan sambil mengusap pipiku perlahan. "Aku juga kak" jawabku sambil menatapnya dalam. Dan, akhirnya dengan nafsu tak terkendali. Kita memutuskan untuk tidur bersama.Dan,dia berjanji akan melindungiku.Aku bahagia walaupun selakanganku sedikit sakit dan perih. ** Aku tidak tahu apa yang salah dengan takdirku. Sudah cukup Tuhan, mereka menganiayaku layaknya anjing. Ibu, Om Darto dan keluarga Dian yang sudah aku anggap malaikat semua mengkhianatiku. Mereka ternyata mempunyai rencana busuk. Sangat rapi mereka mengatur startegi sampai aku terkecoh bahwa mereka sedang bersandiwara. Mengenalkan Rheno anak lelaki satu-satunya untuk meniduriku, pun bapaknya. Sama bangsatnya, yang tiap malam masuk ke kamarku dan menodongkan belati ke leherku sambil memasukkan kelaminnya ke selakanganku. Pun, ibu. Yang dengan mata kepala sendiri melihatku ditindih suaminya, harusnya erangan itu diperuntukkan untuk ibu bukan untukku. *** "Lantas apa yang terjadi setelah itu" kata salah satu polisi menanyai Rara dengan suara perlahan "Yaaa saya langsung mengambil air minum di dapur dan menaruh racun ke minuman ibu dan lelaki bajingan itu" jawab Rara dengan tenang "Kamu tidak merasa bersalah?" tanya polisi wanita di hadapan Rara yang merasa keheranan dengan respon gadis itu. "Gak, saya merasa puas. Sudah memenggal kepala mereka dan memasukkannya ke bak mandi.Untung saya membunuh mereka saat mereka mulai kejang-kejang karena reaksi racun yang saya masukan ke dalam minuman,jadi mereka tidak akan merasa sangat sakit seperti saya" jawab Rara dengan senyum tersimpul dari bibirnya "Lalu?" tanya polisi menyelidik "Saya maen ke rumah Tante Mirna. Dia belum tahu kalau saya sudah membunuh setan. Malamnya, saat mereka tidur, seisi rumah saya tusuk pakai belati. Saya juga sayat wajah mereka. Termasuk Kak Rheno. Hehehe... Lega" terlihat mata Rara berbinar bercampur puas saat mengungkap kronologis pembunuhan itu. Pertama kali dalam hidupnya wajahnya terlihat sangat senang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun