Cerita ini berawal ketika saya di ajak oleh komunitas sepeda gunung Sukudholl (Pak Koestanto, Mas Danto, Mas Farkhan, Pak Widodo, pak Bambang dkk) blusukan di wilayah Panggang, Gunungkidul. Menurut mereka ada jalur di daerah tersebut yang sangat asyik dengan pemandangan Indah khas pegunungan. Kesempatan pertama kita berangkat dengan naik mobil mas Danto & mas Farkhan dengan start dari sekitar wilayah goa Cerme, Selopamioro, Bantul (Nantinya kita lebih suka start dari perempatan Jl. Bantul – Panggang, di atas pertigaan ke SPN Selopamioro). Saat itu saya masih memakai sepeda XC-trail Patrol 511 yang sekarang sudah saya jual dan ganti ke Giant Reign, dan bapak-bapak dari Sukudholl di dominasi dengan Santacruz hitam-nya. Sampai saat ini saya sendiri sudah empat kali mengarungi jalur ini, tiga kali bareng pak Koes dkk dari Sukudholl dan sekali bareng teman-teman dari Bantul Mountbikers (BMTB). Sekali blusukan sore sampai maghrib dalam kondisi hujan dan blusukan terakhir kita mencoba mencari jalur baru dengan start sedikit lebih timur dari titik start biasanya.
Titik start dimulai dari perempatan jalan lintas Bantul-Panggang di mana kalau kita ke arah selatan kita menuju arah goa Cermai. Di perempatan (Terdapat warung kelontong, Warung mie ayam dan Salon di dekatnya) kita ambil ke arah utara dengan jalur masih aspal mulus sampai ke jalur cor block dua jalur dan mulai terlihat pemandangan lembah di sekitar-nya, kiri-kanan adalah tanaman hutan pemerintah (kayaknya sih). Perjalanan dilanjutkan masuk ke kampung Turunan (Sesuai banget namanya dengan daerahnya, hehehe), selepas kampung kita disambut jalan batu gamping sedikit nanjak. Di salah satu tikungan terlihat hamparan lembah Sungai Oyo yang terlihat Indah dari ketinggian, dan sudah bisa ditebak akhirnya keluarlah kamera dari backpack dan photo session pun di mulai
Dari tempat foto-foto selanjutnya jalanan full turunan, It’s a downhill time baby !!! Pertama jalan berupa turunan macadam meliuk-liuk, sepeda bisa dipacu kencang (tapi awas ban bocor kena batu gamping tajam), kalau masih kurang kencang bisa ditambah dengan pedaling. Semakin ke bawah jalur semakin halus, jalur macadam berubah menjadi jalur tanah berumput, di beberapa bagian terdapat gundukan tanah yang bisa jadi jump alami, dengan speed tinggi kita bisa sedikit bergaya dengan jumping. Saat hujan jalur menjadi semakin menarik karena licin dan cipratan-cipratan tanah basah terbang mengenai muka, jadi jangan lupa memasang fender untuk menahan cipratan tanah basah saat hujan.
Pilihan kedua adalah : melanjutkan perjalanan bersepeda, atau kalau mau foto-foto bisa berfoto ria dengan background sawah ataupun sungai Oyo yang kalau sedang tidak banjir airnya bening, segar dan berwarna hijau karena lumut. Jalur selanjutnya di dominasi jalur XC dengan beberapa tanjakan dan turunan pendek, kadang berbatu, kadang dibeberapa bagian jalan kita harus menuntun sepeda karena tanjakan berbatu-batu besar yang susah ditaklukkan dari atas sadel.
Jalur ini akan berakhir di desa Kedung Jati yang terdapat instalasi pompa air sungai untuk mensuplai air ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Selopamioro. Titik ini biasanya menjadi titik pemberhentian karena rata-rata yang baru pertama kali blusukan di sini merasa capek sebelum nuntun sepeda naik ke sebelah rumah pompa. Tapi jangan khawatir karena pemandangan di sebelah rumah pompa cukup menyejukkan karena kita berada di atas tebing yang dibawahnya mengalir Sungai Oyo.