Separatis OPM kembali menebar teror dan ancaman, kekejian mereka kembali terulang. Kali ini pembantaian terhadap 28 karyawan PT.Istaka Karya menjadi korbannya. mereka memang tak punya rasa manusia, kekejaman ditebar dimana mana sampai pelosok Papua.
Cerita dimulai dari tahun ke tahun yang penuh kekejian OPM Separatis ini, mereka seakan sengaja melakukan untuk menghentikan pembangunan di Papua.
Dilihat dari beberapa kejadian, seperti beberapa tahun lalu Penembakan pesawat Twin Otter PK-RYU milik maskapai penerbangan Trigana Air di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, Tiga warga sipil, termasuk seorang anak, tewas.Â
Penyekapan serta pemerkosaan terhadap 15 guru dan tenaga medis pada awal Oktober lalu di Kecamatan Mependuma, Kabupaten Nduga, Papua. menyerang pos TNI Mbua Kabupaten Nduga Akibat penyerangan tersebut, satu anggota TNI dari Yonif 755 dilaporkan tewas.
Serta  pembantaian 31 pekerja pembangunan jembatan trans Papua yang jelas jelas untuk kemajuan daerah papua agar tidak terisolir.
Kelompok ini sudah sering melakukan aksi teror kepada masyarakat. tujuan mereka adalah memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Â
Kasus pembantaian KKSB di Distrik Yigi, Nduga ramai dibincangkan media local dan nasional. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa ulah ini merupakan aksi KKSB yang sudah direncanakan.
KKSB menyerang warga sipil tak berdosa. Kali ini korbannya adalah para pekerja jembatan, dilaporkan sementara 31 orang tewas. Tindakan KKSB ini sangat biadab.
Kelompok dan Aktivis yang selalu berteriak tentang HAM masih saja mengatakan bahwa tindakan ini adalah kriminal biasa, bukan maker dan bukan pelanggaran HAM, walaupun sudah jelas hal ini dilakukan pada perayaan 1 Desember yang mereka anggap hari ulang tahun kemerdekaan dan sudah terencana.
Berbeda jika aparat penegak hukum TNI-Polri menginjak kaki masyarakat, langsung di ramaikan keseluruh penjuru dunia sebagai pelanggaran HAM dan dituntut untuk memberikan referendum.
Yang lebih menyeramkan adalah adanya komentar dari orang yang mengaku sebagai tokoh perjuangan papua yang memperoleh suaka di luar negeri bahwa Papua harus pisah dari NKRI.