BANYUWANGI, Kwarcab Banyuwangi -- Sabtu (10/2/2018) Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko membuka Pioneering Competition 2 dalam rangkaian Universitas 17 Agustus 1945 Fiesta 2018. "Peranan lembaga Gerakan Pramuka sebagai pendidikan non formal dapat memotivasi dan mempercepat kemandirian untuk mencapai keberhasilan pembentukan karakter kaum muda sebagai calon pemimpin bangsa yang handal dan lebih baik di masa depan," pesan Yusuf saat memberikan sambutan pengarahan.
Pionering Competition 2 dibuka dengan pelepasan balon oleh Ketua Kwarcab Banyuwangi Yusuf Widyatmoko dan Rektor Untag Banyuwangi Andang Subaharianto. Kompetisi ini diikuti 19 Gugusdepan di Kabupaten Banyuwangi. Per gugusdepan berjumlah 9 personil, totalnya kurang lebih 153 personil. Biaya pendaftaran sebesar tujuh puluh ribu dan yang mendapatkan predikat juara akan mendapatkan piagam, tropi, dan uang pembinaan.
Pioneering adalah seni merangkai tongkat dan tali menjadi bangunan, binatang, alat Transportasi dan lain-lain. Untuk mencapai hasil yang sempurna dibutuhkan kerjasama, keterampilan tali-temali, pengaturan waktu, dan memanfaatkan bahan dengan cermat. Penilaian diukur dari unsur kokoh, menggunakan simpul dan ikatan yang baik, bernilai seni dan bermaanfaat.
"Lomba ini bukan sekedar tali menali, menyusun tongkat dan sebagainya. Tujuan utama kami adalah membangun prinsip gotong royong dan toleransi. Sebab akhir-akhir ini urusan toleransi dan gotong royong di kelompok muda agak menurun. Mengapa diadakan lomba pioneering ini, karena Untag juga memanfaatkan untuk menarik calon mahasiswa dan para pemenang, jika masuk Untag Banyuwangi akan mendapatkan beasiswa berupa potongan uang gedung dan seterusnya," ujar Hary Priyanto, Pembina Gugusdepan Pramuka Untag Banyuwangi.
Adi Prayogo selaku Ketua Panitia Pioneering competition 2 Untag Fiesta 2018 mengatakan, motivasi mengadakan lomba pioneering karena pramuka mempunyai kreatifitas yang tinggi. Maksimal jumlah tongkat yang digunakan per gugusdepan yakni 175 buah dan tali menyesuaikan dengan kebutuhan. Waktu pengerjaan empat jam dan ukuran petaknya 4x5 meter.
"Dalam kegiatan ini hambatannya ialah koordinasi. Seperti komunikasi dengan gugusdepan terkait tecnical meeting dan beberapa gugusdepan yang tidak bisa menghadiri perlombaan, mungkin ada kesibukan yang membuat mereka tidak dapat hadir," tutur Adi.
Juara satu lomba ini diraih oleh Gugusdepan SMK PGRI Rogojampi, kedua disusul SMK Nurut Taqwa Songgon, dan posisi ketiga diduduki oleh MAN Genteng.
Penulis : M. Choirul Huda
Editor  : Mohamad Arif Fajartono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H