Kusibak ilalang perlahan
Ku selusuri dalam remang
Kurebahkan dalam rumput tak berembun
Menahan luka dalam kesunyian
Kutatap bintang dan rembulan
Dia pun turut diam
Membungkan tanpa kata
Merasakan apa yang kurasakan
Angin perlahan mengelus kalbu
Menggugurkan daun ke pelataran
Berserakan hamburkan kelam
Ranting pun tetap tak berkatakan
Aku terduduk diam
Bersandar pada dinding nan hening
Menikmati malam penuh kelabu
Akan kebisuan nan sunyi
Perlahan kundengar bambu berdesiran
Binatang malam bernyanyian merdu
Namun kesepian tetap melanda jiwa
Dalam heningnya malam yang membisu
Aku yang berkelana sendiri
Tanpa lelah mencari jati diri
Samar tawamu tawar senyummu
Tanpa kata nan membisu
Senda guraumu hambar
Canda tawamu hilang
Tatapan matamu hanpa
Selalu diam dan membisu
Kurindu desahan nadamu
Kurindu tarian bibirmu
Kurindu kerlingan matamu
Kurindu tanganmu mengusap janggutku
Tangan kasarmu
Kaca mata besarmu
Body gitarmu
Selalu merindukanmu
Wanagati, 12 Juni 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI