"Sungguh miris dan Biadab" hanya kata itu yang terucap dalam batinku, saksikan keganasan oknum-oknum tak berkemanusiaan, merajalela di jalanan hingga meregangkan nyawa.
Dimana nalar persatuan dan kesatuan bangsamu, sementara olahraga adalah pemersatu bangsa, akal sehatmu kau campakkan hanya karena keegoan kelompokmu saja, tanpa pernah memikirkan orang-orang di sekelilingnya.
Tak kau dengarkah erangan kesakitan yang kau hantamkan pada kepalanya, hujaman aneka benda tumpulnya mendarat di badanya, darah segar bercucuran ke segala arah, namun kau tetap menendang dan membinasakannya.
Tak sadarkah tangisan sesak kedua orang tuanya, yang telah membimbing hingga sekarang terlihat dewasa, kau tak pernah mengenal sejarah hidupnya, di matanya hanya ada nafsu dan dendam belaka.
23 tahun kedua orang tuanya membesarkannya, namun kau hancurkan tulang-tulangnya, diseret ke segala penjuru arah, di iringi nyanyian-nyanyian maut di lubang buaya.
Sungguh biadad, dosa apa hingga dia pantas di rajam laksana pezina tertangkap massa, hingga seorang Haringga Sirla meregang nyawa dalam kesakitan, lewat patuk-patuk burung pemakan bangkai.
Sungguh muak atas perilakunya, sungguh keji akan sifatnya, saat nyawa seorang anak bangsa, pecinta sepakbola di negeri kelahirannya, tak sebanding dengan nyawa  kucing yang di selematkan di tiang listrik oleh petugas bencana.
Padahal di lokasi, ribuan pasang mata menjadi saksi, atas kebiadaban anak bangsa, ribuan petugas keamanan pun berjaga, namun tetap luput dari pengamatannya.
Hanya ratusan sinar gawai berterbangan ke arah kebiadaban, ribuan gawai merekam kebrutalan, tanpa ada satu pun tuk jadi penghalang.
Ada rasa luka di dada, di keluarga dan pada bangsa ini, luka yang harus segera terobati dengan penuh cinta, hingga hilang kata caci maki, mengubur hati penuh benci, semua harus di perbaiki.
Demi Tegaknya NKRI...