Dulu saat duduk di bangku SD hingga SMA, paling suka banget jajanan empe-empe, palagi konon katanya, saat saya berusia 5-6 tahun sempat merasakan tinggal di kota Wong Kito Galo tersebut, kenapa konon, karena hampir memori balita itu hilang seiring dengan perkembangan jaman.
Saat sekolah dulu, jajanan yang paling murah meriah dan bukan jajanan lokal ya hanya empe-empe, serasa ada yang kurang bila sehari tak jajan empe-empe.
Walau bentuknya monoton sebesar kue pukis dan di dalamnya katanya kuning telor, saat di goreng dan di potong-potong kecil bersama air cuka yang berasa asem.manis pedes tersebut, serasa nikmat walau sedari pagi belum sarapan nasi sekalipun.
Pokonya saat itu apa pun bentuk empek-empek dan rasa cukanya, rasa kelezatannya senantiasa selalu menghiasi hari-hari kecilku.
Namun saat dewasa dan berumah tangga, mempunyai kesempatan menengok uwa dari bapak yang sedari muda di Palembang tepatnya di sekitaran samping hotel Horison Palembang
Begitu sampai Palembang, maka yang paling di tanyakan terlebih dahulu adalah di mana beli empek-empek sekitaran rumah, akhirnya saudaraku membawaku ke tempat pedagang empek-empek Pak Raden yang tak jauh dari Hotel Horison.
Konon katanya, empek-empek disini rasanya sangat spesial serta rasa cuko yang sangat khas serta halal dalam proses produksinya. Begitu sampai kami semua duduk di meja saling berhadapan satu sama.yang lainnya, dan tak lama pelayan yang berkulit putih itu menghampiri sembari sodorkan daftar menu.
Oalaaahhh.... Ternyata banyak jenisnya juga toh empek-empek ini. Ada empek-empek lenjer, Kapal Selam, Pistel, Adaan, Kulit, Keriting sampai ada yang di panggang, sementara dari kecil hingga dewasa hanya di jejali oleh mamang empek-empek depan sekolah hanya empek-empek jenis Pistel (mirip kue pastel) dan itu pun kecil-kecil dengan kuning telor yang aaahhh sulit di terangkan.
Namun saat di Palembangnya empek-empek model Pistel, sudah besar-besar, kenyal, teksture telornya beneran kuning telor, yang usai di goreng kemudian di.potong-potong, lalu di celupkan ke.mangkok kecil berisi cuko yang pedasnya serasa mantap, sungguh sangtlah lezat rasanya di bandingkan saat merasakan usia muda dulu.
Hemmm... ternyata setelah merasakan empek-empek di Kota asalnya, maka berkesimpulan bahwa empek-empek KW yang aku nikmati sedari SD hingga SMA lezatnya tiada terkira itu, walau bukan bentuk dan rasa aslinya, tapi rasa dibohongi terkadang jauh lebih membuaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H