Senja serasa pengap, oleh gudang-gudang tua berbau ikan asin, berkolaborasi dengan sesaknya debu batu bara berterbangan, deru mesin-mesin kapal bugis damparkan sauhnya
Di sudut pelabuhan tua bersejarah, kapal-kapal tua masih bersandar tanpa muatan, hanya onggokan kayu tak bertuan, hingga camar pun enggan menghinggapinya
Angin laut senja masih saja binal, terbangkan payung emak-emak penunggu ikan datang dari kapal, penjual jamu tersenyum riang saat tersingkap busana oleh angin nakal
Bebatuan kian menajam, oleh kerang kelaparan, teriakan anak buah kapal lemparkan tambang penuh riang, hatinya menatapnya daratan, tak sabar menanti senja pada pesta daratan
Aku pun terseok kedinginan, amis rasa sekujur badan atas terpaan angin dari sela kapal, rasa mual di setiap bongkaran bangkai ikan, memaksaku meninggalkan senja dari sudut pelabuhan tua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H