Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepiring Nasi Tanpa Lauk

4 April 2018   18:27 Diperbarui: 4 April 2018   18:34 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh bangga saat menghampirinya, padi di panen melimpah ruah, senyum manis dari bibirnya, hari-hari pun bahagia

Usai sudah gabah di keringkan, di bawahnya sekarung ke penggilingan, untuk beras yang akan di makan

Namun rasa haru tak tertahan, petani hanya bisa nanak nasi buat makan, tanpa ada pauk di meja makan, tak ada uang tuk di belanjakan

Petani nan malang, ada beras tetap ga makan, bingung beras di jadikan uang, hingga makan tak berlauk paukkan

Kenapa demikian nasibnya?,  ternyata petani takut sama ijon, takut pula pada tengkulak desa, saat padi hijau memaksa di belinya

Nasib petani disini menyedihkan, tak mampu menatap rembulan, apalagi lihat bintang berkedipan, hanya menatap awan-awan kegelapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun