Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(RTC) Makan Pagi yang Menjengkelkan

29 November 2017   07:35 Diperbarui: 29 November 2017   08:42 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini, seperti biasa sebelum sampai ke Sekolah Jumadi selalu menyempatkan diri untuk sarapan Nasi Jamblang langganannya. Sudah hampir 2 tahunan tak pernah absen kalau pagi hari selalu sarapan di Jamblang Ibu Nurbaini, selain murah meriah juga rasa nikmatnya tiada bandingannya, palagi Komitmen layanannya dengan Jumadi sudah terbangun lama hingga ada uang maupun gada uang Jumadi pasti mampir untuk bekali perutnya hingga siang nanti.

Sedang asyik-asyiknya makan sarapan, tiba-tiba datang motor gede yang ternyata adalah teman dekatnya yang hidupnya sudah berangsur membaik sejak setahun yang lalu diangkat menjadi PNS  dan di tempatkan di staf Dinas Pendidikan di Kotanya, dimana sebelumnya berkedudukan sama sebagai penjaga sekolah. Motor gede Muhar berhenti tepat di belakang Jumadi sambil berkata " orang miskin kalau makan di pinggir jalan " hardiknya.

Mendengar kata lecehan yang ternyata keluar di tujukkan pada dirinya, mendadak Jumadi pun menoleh ke belakang dan melihat yang bicara itu adalah teman dekatnya yang sudah makmur sepontan dengan nada kesal Jumadi membalas ucapan itu " Memang kalau orang kaya makanya di tengah jalan yaa?

Mendengar jawaban yang tak di sangka akan keluar dari mulut temannya itu, Muhar hanya tersenyum dan menutup kaca helmnya kemudian langsung pergi tancap gas motor gedenya tinggalkan Jumadi yang hatinya sedang kesel akan ocehan temannya itu.

" Sudah Bu Nur hitung, Nasi 3, Sambal 2, dadar 1, ikan tongkol 1, tempe 1 jadi berapa ? Kata Jumadi dengan agak kesal karena omongan temannya tadi.

" Lima ribu lima ratus rupiah Mas Jum" jawab Ibu Nur dengan cepat menghitung apa yang sudah di makan Jumadi.

" ini bu adanya lima ribu, kurang lima ratus ya bu, nanti sekalian besok kuranganya" kata Jumadi sambil menyerahkan selembar uang lima ribuan.

" Ya Mas Jum tidak apa, oh ya tadi itu temannya ya ? Kok, bahasanya sombong banget Mas Jum ? Bu Nur menanyakan kejadian tadi.

Dengan nada masih agak kesel Jumadi menjawab pertanyaan Bu Nur Jamblang langganannya itu " Iya bu, dia sudah biasa candaan begitu, cuma kadang waktu dan tempatnya yang tidak pas buat candaan, makanya langsung pergi.

" Ya sudah yang sabar saja Mas Jum nya, ingat roda itu berputar loh mas" ungkap Bu Nur menenangkan hati Jumadi.

Rupanya celotehan temannya oleh Jumadi merasuk ke hati di bilang orang miskin sarapannya di pinggir jalan, hingga saat meninggalkan tempat sarapannya begitu kesal dan tanpa sadar rokok dan koreknya ketinggalan di meja dagangan  Jamblang Ibu Nur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun