Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

#9thKompasiana| Banyak Cerita dan Peristiwa di Kompasiana

4 November 2017   14:00 Diperbarui: 4 November 2017   14:11 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya saya ucapkan selamat ulang tahun dulu buat media kroyokan Kompasiana yang ke- 9 tahun ini, yang mulai tampil cantik, seksi dan tentu saja sarat materi dari orang-orang yang berjuluk Kompasianer dengan berbagai disiplin ilmu dan tentu saja sangat berbobot enak untuk di baca setiap hari, setiap waktu dan setiap menit.

Cerita pengalaman di 9 tahun Kompasiana ini, walau belum banyak layaknya para senior K, setidaknya ada beberapa kisah yang tidak bisa di lupakan begitu saja. bahkan dari beberapa peristiwa itu seakan menempatkan kehadiran saya di setiap peristiwa itu sebagai orang yang dicari duluan dan selalu di mudahkan jalannya, baik saat refortase maupun pengumpulan data, padahal jujur jadi wartawan pun belum pernah, dan itu yang membuat para wartawan media lokal cemburu. Padahal kalau di urut ya ga perlu cemburu buta gitu, karena rata-rata orang-orang buruan media itu adalah para atasan dan majikan saya dimana saya bernaung.

Awal Kenal Kompasiana

Sejak di mintai bantuan untuk membuatkan akun di Kompasiana oleh seorang kepala Sekolah Dasar yang bernama Apriani Dinni, saat itu pula saya sering mengintai dan membuka Kompasiana sebagai wujud penasaran terhadap akun apa sebenanya, namun setelah beberapa minggu di perhaatikan dan berisikan sesuatu yang luar biasa, maka 5 hari pasca ulang tahun saya, di putuskan untuk membuat akun serupa di Kompasiana.

Dan akhirnya, 15 Mei 2017 akun saya terdaftar di Kompasiana dan mulai ikut-ikutan posting artikel apapun yang saya bisa walau dalam taraf pembelajaran, ikutan vote dan komentar di beberapa artikel Kompasianer yang lain, ada keseruan tersendiri, dunia seakan dekat dan tanpa jarak, seperti dengan Pak Tjip dan Ibu Tjip yang di Australia, dan masih banyak lagi Kompasianerr yang posting dari beberapa negara lain, semuanya akrab saling komentar, tegur salam penuh canda dan saling koreksi manakalah ada judul dengan isi artikel yang di posting tidak nyambung, sebuah keindahan di rumah besar dan itu hanya Kompasiana.

Masuk Kompasiner Teraktif Ketiga

Sesuatu hal yang tidak di sangka sama sekali, dari hobby membuat puisi walau kadang semaunya sendiri, di posting sehari bisa 5 sampai 6 artikel di Kompasiana, ehh... tidak taunya oleh Admin Kompasiana dalam artikelnya di bulan Agustus dan September 2017, katanya sebagai Kompasianer teraktif ke tiga di atasnya ada kak Rustian, Kak Ahmad, saya, terus ada Kak tanty dan seterusnya dalam judul " 7 Kompasianer teraktif ". Jujur saja bukan itu sebenanrnya yang saya harapkan, bagi saya adanya Kompasiana sudah mewadahi semangat muda saya dalam hal semarakkan Gerakan Literasi, bahkan saya juga saat ini sedang berbagi pengalaman kepada peserta didik saya di Gerakan Prramuka untuk membiasakan diri dengan menulis dengan konsep" Gerakan Literasi Pramuka" di Kota Cirebon.

Di Panggil oleh Pejabat Daerah

Jujur saja sebenarnya tidak banyak yang saya lakukan di Kompasiana, Cuma secara kebetulan, terkadang suka iseng-iseng, pada saat mengikuti kegiatan Pimpinan Dewan, Komandaan Kodim, Kepala Sekolah, dan Kegiatan Kepramukaan suka berlagak layaknya wartawan beneran, mencari data tentang kegiatan dan hasilnya dalam bentuk reportase di kirimkan ke Kompasiana, rata-rata sebelum acara itu berakhir, reportase saya sudah namgkring di Kompasiana, bahkan jadi pilihan dengan label biru, kontan saja saya share ke pejabat yang bersangkutan untuk membacanya, walau awalnya setelah membaca di acungkan jempol tiga kali berturut-turut.

Usai acara kegiatan ataupun besoknya diundang untuk menjeaskan dari mulai apa itu Kompasiana, Kompasianer hingga posisi saya di Kompasiana, dan pada akhirnya sang Pimpinan menyuruh hadir kembaali saat acara lain, namun saya tetap hadir tapi tidak lagi menulis reportasenya, tidak enak sama wartawan beneran walau pun lokalan juga, hingga pada akhirnya seperti biasa kembali berpuisi lagi, hingga Kak Reza pun merasa heran campur bingung, kok bisa yaa setiap hari buat puisi banyak, sementara Kak Reza nulis opini sehari Cuma satu dua, " tidak usah heran kak Reza, puisi mah bahasa hati, beda dengan nulis opini, butuh data dan referensi."

Gagal Hadiri Kompasianival 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun