Rembulan itu nampak memerah
Bukan di sesaki penuh amarah
Atau rasa egois yang menyalah
Namun di relung hatinya ada luka yang parah
Rembulan itu bersinar kelam
Bukan keacuhan yang mendalam
Atau bukan egois yang temaram
Namun diam lebih baik daripada semakin buram
Saat rembulan memerah di singgasana
Adakah sang bayu yang mendekatinya
Turut membelai perlahan dengan desiranya
Meniupkan aroma keteduhan dalam jiwanya
Ketahuilah saat mentari dalam kelam
Bak batu pualam yang diam
Menahan rasa sesak yang dalam
Maka perlahan gerimis pun menghujam
Menetes basahi bumi
Merasuk dalam pori-pori bumi
Membentuk aliran-aliran anak sungai
Menyatu dalam.muara sesaknya hati
Jika berharap ingin di genggam
Genggamlah erat dengan penuh cinta
Jika berharap tak sanggup memandang
Lepaskanlah dari pandangan secara satria
Jagalah mentari dengan cinta
Temani walau dalam sinar senja
Halau segala awan durjana
Agar selalu bersinar bersama cinta membara
Cirebon, 18 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H