Disebuah diskotik.
Musik berdentam keras.
Memecahkan otak.
Memeras keringat.
Musik berdentam keras.
Suara dari neraka.
Basahi wajah-wajah gelisah.
Disana, orang-orang berjingkrak norak.
Disini, orang-orang berteriak gila.
Wanita-wanita tertawa.
Merayu dalam gemuruh.
Membunuh kalbu yang lugu.
Dalam gelap menyulap khilaf.
Pria wanita tawar menawar.
Pria wanita menuai resah.
Kilau lampu-lampu.
Setubuh dua tubuh setuju menyatu dan begitu saja berlalu.
Gak jual cinta disini,Mas. Kata wanita genit.
Hahahahaha. Aku cuma menghibur diri. Jawab laki-laki itu.
Aku cuma punya ini, Mas. Wanita genit itu singkapkan hotpants nya.
Dadanya yang gemuk berrebut menyembul di sela-sela U can see nya.
Desahnya.
Tawanya.
Aih, menghanyutkan. Bisik laki-laki itu.
Rengkuhannya.
Pelukannya.
Sentuhannya.
Gesekannya.
Hahahaha. Memabukkan.
Bah!, bukankah saat ini aku juga sedang mabuk?.
Mabuk bir ber-krat-krat yang baru saja ku tenggak tadi.
Kemudian terjadi transaksi.
Berapa?. Tanya laki-laki itu sombong.
Wani piro?. Tanya Wanita genit.
Sebutkan saja. Berapa?.
Wanita genit itu menempelkan bibir sensualnya ke ujung telinga si laki-laki.
Dia membisikkan sesuatu.
Hah!, berapa?. Teriak laki-laki itu kaget.
Untuk menutupi rasa malunya. Laki-laki itu membuka isi dompetnya.
Lalu ia tendang kaki meja itu. Bah!, uangku sudah habis untuk membeli bir sialan itu!.
Gak bisa kurang?. Pinta laki-laki itu.
Huh!. Sorry ya Mas, aku bukan wanita murahan.
Wanita genit itu pergi meninggalkan si laki-laki.
Kalau mau yang gratis di rumah kan ada Mas... Hihihihi. Ejek wanita genit itu.
Kurang ajar!. Teriak laki-laki itu sambil menendang keras kaki meja.
Sepergian wanita genit itu. Laki-laki itu menghabiskan se-krat bir lagi yang masih tersisa.