[caption id="attachment_78482" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi"][/caption] Di jejaring internet ini dengan mudah kita mengakses gambar2 bugil dan pornografi. Mungkin karena manusia itu berpakaian, jika tampil bugil maka menjadi menarik perhatian. Tampil bugil dapat menjadikan sesesorang terkenal karena ditangkap polisi. Namun bicara bugil tidak selalu harus selalu berkonotasi porno, bisa kita mengartikan dalam sudut pandang sebuah seni. Jika tampilan kucing pada ilustrasi ini digantikan peran oleh manusia, tentunya dapat mengundang masalah. Bagi kucing, bulu adalah pelindung tubuh, namun insting untuk bereprodoksi adalah sama dengan manusia, tidak perlu diajari oleh siapapun. Mengingat pentingnya bagian tubuh itu untuk kepentingan kelangsungan hidup, tak salah jika bagian tersbut disebut bagian yang Vital. Perlindungan bagian yang vital bagi manusia karena fungsinya sehingga dikaitkan dengan susila atau norma sopan santun dan kepantasan. Jika kita berpikir secara rasional, rasa malu tersebut memang diciptakan agar alat yang paling penting tersebut harus dilindungi dan tidak ditunjukkan atau digunakan secara serampangan karena akan menghasilkan kelanjutan speciesnya. Seperti halnya masyarakat pedalaman papua ini dan juga masyarakat pedalaman lainnya yang juga menggunakan alat untuk melindungi alat reproduksi itu. [caption id="attachment_78488" align="alignright" width="208" caption="Apa seh isinya...?"][/caption] Anak2 kecil ini, tidak melindungi bagian tubuh atas dengan apapun karena memang sedang bermain, tak ada rasa malu dan bukan merupakan pornografi karena memang tidak akan menarik pikiran yang dapat mengundang syahwat, sebaliknya tingkah anak2 itu menjadi lucu. Bahwa norma dan etika itu terbentuk sebagai perkembangan peradaban manusia. Norma dan etika yang dikaitkan dengan pemahaman agama tersebut tidak lain untuk tujuan mengendalikan reproduksi karena manusia mempunyai kewajiban bertanggung jawab terhadap keturunan yang secara insting telah menjadi bekal setiap mahluk. Kucing misalnya, dia akan merawat anaknya hingga anaknya mampu mandiri, Demikian juga manusia, ikatan perkawinan tersebut adalah sebagai wujud pengikatan tanggung jawab. Namun, perkembangan selanjutnya banyak orang menganggap bicara reproduksi menjadi hal yang tabu sehingga tidak layak dibicarakan. Padahal, setiap manusia telah dibekali insting dan naluri secara alamiah. Tertutupnya pengetahuan tentang reproduksi  tersebut mendorong insting manusia untuk melakukan mengikuti nalurinya. Inilah yang sering menimbulkan anggapan pelanggaran susila dipandang dari norma yang berlaku secara univesal maupun agama untuk mencegah tindakan reproduksi yang tidak terkendali. Pendidikan sex sejak dini, dalam masyarakat indonesia masih menjadi pro kontra, dipandang dari sudut pemahaman agama bahwa pendidikan sex tersebut dianggap suatu hal yang tabu. Namun jika kita melihatnya secara umum, bahwa anggapan tabu tersebut adalah sebuah methoda dalam memberikan pemahaman cara pencegahan tindakan reproduksi yang tidak terkontrol. Banyaknya remaja saat ini yang terlibat dalam sex bebas, untuk saat ini tentunya akan lebih baik jika sejak dini diberikan pemahaman tentang arti sex itu. Sebab, makin ditabukan, makin besar insting untuk ingin tahu tanpa bimbingan karena memang bimbingan itu tidak diadakan karena pandangan tabu tersebut. Naluri manusia akan mendorong anak untuk berbuat tanpa mengetahui resiko yang bakal dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H