Kali ini saya dapat kesempatan untuk mengunjungi Gothenburg, kota terbesar kedua di Swedia, untuk mengikuti kursus demi keperluan pekerjaan. Karena lokasi Gothenburg yang "nanggung" dari rumah saya di Kopenhagen (kira-kira sama dengan Surabaya - Jogjakarta) maka pilihan naik pesawat pun sangat terbatas dan mahal. Ada penerbangan cuma sekali sehari dengan jam siang hari, padahal kursus saya dimulai jam 10 pagi. Alhasil pilihan jatuh ke kereta. Dari Kastrup Copenhagen airport, saya naik Øresundståget yang jalurnya menyusuri pesisir timur timur Denmark sampai pesisir barat Swedia. Øresund sendiri adalah nama selat yang memisahkan Denmark dan Swedia, dan karena kereta ini dikelola oleh dua negara, maka namanya sendiri pun gabungan antara bahasa Denmark dan Swedia. (Øresundståg = kereta Øresund, Øresund (dalam bahasa Danish), Öresund (dalam bahasa Swedia) - tog = kereta dalam bahasa Danish, tåg = kereta dalam bahasa Swedia). Memang bahasa Swedia, Denmark dan Norwegia adalah serumpun. Rute nya pun seperti yang terlihat di peta dibawah ini dan jarak tempuhnya adalah diatas 3,5 jam. Gara-gara kursus saya dimulai jam 10 pagi (sebenarnya jam 9.30 beserta introductionnya) maka saya terpaksa ambil kereta pagi alias jam 5.40 sudah berangkat dari stasiun terdekat yaitu airport yang dekat rumah saya. Jangan dikira naik kereta harganya lebih murah dari pesawat, kereta di Skandinavia rata2 sama mahalnya dengan pesawat, bahkan lebih mahal. Jika ada orang yang memilih naik kereta daripada pesawat, itu tentunya karena alasan lebih ramah lingkungan, ingin menikmati pemandangan atau tidak ada pilihan lain seperti saya karena jarak tempuh yang "tanggung". Berbekal obat ngantuk yaitu kopi, minuman yoghurt dan buku di Kindle, saya pun berangkat kursus 2 hari di Gothenburg. Kebetulan semua2nya sudah diurus oleh kantor termasuk penginapan, jadi saya tinggal go-show saja.
Duduk di kereta selama hampir 4 jam pun bikin pantat panas, untungnya jam setengah sepuluh kereta sudah merapat di stasiun sentral Gothenburg.
Oh ya, diantara EU (terutama Skandinavia) tidak ada petugas imigrasi, jadi perjalanan kereta dari Denmark ke Swedia pun seperti perjalanan antar kota lokal, bukan negara. Namun ada juga semacam cek random dari waktu ke waktu oleh petugas yang mengecek paspor dan ijin tinggal. Berhubung waktu sudah mepet, dan saya tidak tahu bus mana yang harus saya ambil, saya terpaksa naik taksi dari stasiun ke tempat kursus yang sebenernya jarak nya cuman 3 kilometer! Meter taksi pun berkata 200 SEK lebih (kira2 300 ribu rupiah) yang bikin saya kaget. Walaupun saya tau naik taksi itu mahal di daerah Skandinavia tapi tidak tahu bahwa 2 kilometer saja harganya 200 SEK. Untung sekali lagi ada kartu kredit kantor, jadi tidak perlu merasakan pahitnya membayar taksi sendiri :P Tempat kursus saya sendiri ternyata dekat stadion Ullevi yang baru yang bentuknya agak2 aneh dan futuristik
Kali ini sepulang kursus hari pertama saya nekat jalan kaki balik ke hotel yang bertetangga dengan stasiun sentral. Oleh teman2 kursus saya diyakinkan bahwa jalan kaki pun hanya 20 menit, walaupun saya sebenarnya bisa naik bus dengan tiket kereta saya tersebut (sudah termasuk transportasi lokal), tapi berhubung cuaca cerah, hawa sejuk tidak dingin, saya pun jalan kaki "pulang" ke hotel melewati pemakaman hijau ini:
Benar juga kata teman kursus, jalan kaki pun cuman 20 menit, lebih hemat daripada naik taksi seharga 300 ribu rupiah walaupun bukan saya yang bayar :) Untungnya hotel saya tidak mengecewakan dan sangat recommended kalau kapan2 berkunjung ke Gothenburg lagi. Tinggal "ngesot" ke stasiun sentral karena lokasinya yang benar2 bertetangga. Kamarnya pun oke dan breakfast buffetnya lengkap. Lagi-lagi karena urusan kantor, jadi kamar hotel pun langsung tagih ke kantor :)
Selepas check in pun saya keluar lagi untuk menikmati kota ini, walaupun jam sudah menunjukan jam 6 sore dan saya sudah capek dan tidak berniat untuk jalan jauh2 dari hotel. Di kota ini rupanya banyak restoran vegetarian dibanding di negara tempat saya tinggal Denmark. Jika penduduk Denmark salah satu pemakan babi terbesar di dunia, maka orang Swedia jauh lebih "modern" dan menyadari bahwa tidak semua orang makan daging / babi. Bahkan rata2 kolega saya di kantor yang orang Swedia pun vegetarian, jadi tidak heran di Swedia sendiri banyak restoran vegetarian. Makan siang yang disediakan oleh tempat kursus sudah hilang di perut dan perut saya pun mulai keroncongan menagih makan malam. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba restoran vegetarian buffet yang tidak jauh dari hotel yang juga murah meriah. Makan sepiring penuh dengan bir sebotol pun tidak sampai 100 SEK. Masih mahal taksi yang cuman 5 menit tadi :) Selepas makan malam saya pun jalan2 sekitar situ untuk melihat pemandangan
Cities's best candy assortment
Toko yang pamer katanya paling banyak menyediakan pilihan permen
Proyek bangunan pemerintah yang diiklankan lewat stan di mall
Patung nggak jelas yang berdiri di lapangan depan hotel / stasiun. Selepas itu saya pun kembali ke hotel untuk beristirahat untuk kursus hari ke dua esoknya, dan sayangnya sepulang kursus saya ingin cepat-cepat kembali ke rumah dan ambil kereta jam 3 sore kembali ke Kopenhagen. (Tiap jam ada kereta antara Gothenburg dan Kopenhagen). Jadi sekian cerita saya tentang 36 jam di Gothenburg. Serasa masih banyak yang harus dilihat dan harus kembali lagi, tanpa harus naik taksi tentunya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya