Sambil menunjuk-nunjuk jari ia mengarahkan ke lantai dua tempat dimana anak-anak biasa berkumpul, saya tak ingat dengan jelas kata-kata kotor apa yang keluar saat kejadian beberapa tahun yang lalu itu. Sungguh sangat tidak pantas ketika khotbah Jum'at sedang ingin dimulai malah terjadi hal yang demikian.
Yang terbaru, bulan Januari di tahun 2020 belum juga berakhir. Reaksi kasar dan umpatan yang tak pantas kembali terontar, yah dari orang yang sama dan di tempat yang sama pula. Bedanya kejadian itu selepas Shalat Isya beberapa hari yang lalu tak lama dari tulisan ini terbit.
"Stop" ujarnya, sambil menghadang di depan pintu, anak-anak kecil itu tak boleh keluar. Dengan nada tinggi ia kembali membentak " elu, elu, elu kebelakang ulang Sholatnya, nggak sah lu sholat becanda mulu". Tentunya ditambah dengan makian yang lainnya.
Yang sudah terbiasa melihat kejadian tersebut mungkin agak tenang walaupun dalam hatinya penuh dengan rasa geram melihat kejadian tersebut. Namun, bagi mereka yang baru pertama kali melihat hal tersebut tentu lebih geram dan tidak habis fikir tentunya.
Dengan berbagai alasan apapun melontarkan umpatan seperti itu dan dilakukan kepada anak di bawah umur memang tidak dibenarkan baik oleh Ustadz maupun mereka yang bukan Ustadz, terlebih umpatan tersebut dikeluarkan di tempat yang suci yaitu Masjid.
Dengan kejadian tersebut secara langsung ia menyampaikan ke khalayak ramai, bahwasanya ia tidak bisa memberi contoh dengan gelarnya tersebut. Ada kalimat bagus dalam buku berbahasa arab yang berjudul Attarbiyyah Al-Islam: hal 201, karangan Al-Ahwani, kira-kira terjemahannya seperti ini:
"Sebelum kamu memperbaiki akhlak putera-puteraku, sebaiknya kamu memperbaiki terlebih dahulu akhlakmu. Karena mata mereka terkait degan matamu. Suatu yang baik menurut mereka ialah apa yang kamu anggap baik, dan suatau yang buruk menurut mereka ialah apa yang kamu anggap buruk".
kalimat tersebut menggambarkan dan menguatkan bahwasanya anak-anak kecil itu terpengaruh terhadap gurunya dan apa yang di lihatnya.
Perilaku yang sangat reaktif tersebut sungguh sangat buruk dan dapat merusak mental anak itu sendiri. Seorang yang dianggap Ustadz sejatinya adalah guru, guru bagi lingkungannya, guru bagi murid-muridnya dan guru bagi apa yang ada di sekitarnya.
Poin pentingnya disini kita bisa menilai sikap reaktif orang tersebut terhadap anak-anak, menunjukan manifestasi yang sesungguhnya dari pribadinya. Imbasnya ialah kewibawaannya pun jatuh.
Yah Setelah saya mengamati rasa-rasanya kewibawaannya pun hilang, sekali pun di hadapan anak-anak. Ketika  ia datang anak-anak yang sedang bercanda itu tidak takut dengan orang tersebut, malah berbalas meledekinya tentunnya dengan ciri khas anak kecil.